7. Makan Bersama Calon

2.5K 140 0
                                    

Give me a loved, dear❤
Thank youuu so muchhh💋
Enjoyeedd...

07. Makan bersama keluarga Calon
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

“Kamu tau, menunggu adalah hal yang sangat wajar tidak enaknya.” ucap Bima seraya kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celananya.

Ghea berjalan pelan ke arah Bima. Pelan, pelan, pelan, hingga akhirnya sampai di hadapan Bima.

Ghea menyalimi tangan Bima, setelah itu menyelinap masuk ke dalam rumah di sela-sela badan Bima. Bima yang melihat hal itu sontak mencekal tangan Ghea yang sudah di belakangnya.

“Eh?”

Ghea refkles menatap Bima. Bima yang di tatap pun ikut mengangkat sebelah alisnya. Seolah menantang Ghea.

“Bapak, lepas,” ucap Ghea dengan tangan yang tak bisa diam di cekalan tangan Bima.

Bima akhirnya melepaskan cekalan tangan Ghea. Dia berjalan ke arah kursi yang berada di teras seraya menatap Ghea yang masih berdiri di pintu menatap dirinya.

“Cepat ganti baju. Mama saya udah nunggu kamu di rumah.”

Ghea mengangguk patuh. Ia lantas berjalan memasuki rumah menuju kamarnya. Ghea menaiki tangga seraya berfikir, kenapa akhir-akhir ini Dosennya itu selalu posesif terhadapnya. Bagaimana nasibnya jika sudah menikah nanti. Haduh.

Sesampainya di kamar, Ghea meletakkan tasnya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya. Dia akan mandi sebentar agar badannya segar kembali. Malu lah jika ke rumah mertua tapi belum mandi.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Ghea bersiap-siap, kini Ghea sudaa siap dengan style-nya.

Ghea mengambil ponselnya dan berjalan keluar menuju Pak Bima yang sedari tadi menunggunya di teras. Ghea melewati ruang tamu, ia mencium aroma sedap dari dapur. Hal itu membuat Ghea menuju dapur, bukan ke teras.

“Bunda?”

Bundanya menoleh kala mendengar suara anaknya. Ia mengecilkan kompornya dan menghampiri anaknya yang sudah duduk di kursi makan.

“Kenapa?”

Ghea menatap Bundanya polos. “Bund, Ghea jangan di izinin keluar ya,” Bundanya langsung saja mengernyit bingung. Kenapa dengan anaknya ini.

“Ghea gak mau keluar sama Pak Bima.” ucap Ghea kesal karena Bundanya tak mengerti-ngerti apa maksud dirinya.

Bunda lantas saja tersenyum jahil. Ia mencolek hidung Ghea seraya tersenyum. “Kamu lagi marahan ya,”

“Enggak. Ghea gak lagi marahan. Ghea cuma, cuma,”

“Cuma apa?”

Ghea mendecak kesal. Entahlah, hormonya kali ini sedang tidak baik-baik saja kabarnya.

“Ghea berangkat dulu ke rumah Pak Bima. Tante Heni udah nunggu Ghea.” ucap Ghea seraya menyalimi tangan Bundanya.

Ghea berjalan, dan seketika balik lagi menghadap Bundanya yang juga masih menatapnya.

“Oiya. Ghea pulangnya agak malam deh Bund, gapapa yah,”

Bundanya hanya mengangguki ucapan Ghea. Ghea tersenyum singkat kepada Bundanya, lalu berbalik badan menuju Bima yang berada di teras rumahnya.

“Ck. Lima menit lagi sampe kok,”

Samar-samar, Ghea mendengar Dosennya itu sedang bertelfon dengan seseorang. Ghea berdiri di samping pintu sembari menunggu Bima yang mengangkat telfonnya agak menjauh. Mungkin pembicaraannya tidak mau di dengar oleh orang lain.

My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang