8. Sakit

3.3K 144 1
                                    

Give me a loved, dear❤
Thank youuuh so muchhh💋
Enjoyedd....

08. Sakit
❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅

"Oiya Ghe, Deva nyari lo tadi di kampus. Katanya gini ehm, 'Matkul pertama Ghea kagak ada, terus, matkul terakhir juga. Dia kemana Nad?' Gitu."

"Udah biasa kali kalau Deva nanya gue. Kita kan deketan bangkunya,"

"Kalau gue sih, gak ngerasa gitu."

Ghea menoleh ke arah Nadia dengan kedua alis yang terangkat. "Terus?"

"Kepo banget kek dora." sarkas Nadia membuat Ghea melotot kesal. Dasar jelmaan dugong.

"Gue pulang ya Ghe," ucap Nadia sambil memasukkan undangannya ke dalam tas yang di bawahnya dari kuliah. "Gue belum pulang dari kuliah,"

Ya, Nadia nenjenguk Ghea karena perempuan itu tadi pagi tidak masuk dan mengeluh kepalanya sakit. Alahasil, Nadia dikelas hanya sendirian, tidak ada teman.

Ghea mengangguk, lalu berdiri dan mengantar Nadia ke depan rumah. "Hati-hati bor. Jaga mata jaga hati oke?"

"Oke,"

Nadia berjalan ke depan kompleks untuk mencari ojek, sedangkan Ghea yang baru saja ingin menutup gerbang, tidak jadi karena ada mobil berwarna putih masuk ke dalam pekarangan rumahnya.

"Ontyy!"

Teriakan anak kecil dari dalam mobil membuat Ghea memicingkan matanya. Dan saat seorang perempuan dengan anak kecil di gendongannya baru saja keluar dari mobil, mata Ghea langsung berbinar.

"Kembaran gueee!"

Ghea berlari ke arah perempuan tersebut dan langsung menerjang Kakaknya, membiarkan anak kecil itu terhimpit kedua tubuh tersebut.

"Hu-huh- Ega gak bisa napasssss!" ucap Anak kecil tesebut membuat Ghea langsung melepaskan pelukannya.

Ghea lantas menyambar anak kecil tersebut dan membawanya ke dalam.

"Ghea ke dalam dulu kembarann!" teriak Ghea sebelum meninggalkan Kakaknya tersebut.

"Onty, onty!"

Ghea berdehem pelan sembari mencium gemas ponakannya itu. Membuat anak kecil tersebut tertawa kegelian.

"Ega mau minumm,"

Ghea akhirnya membawa Ega ke dapur dan akhirnya bertemu dengan Bunda.

"Nenekk!" panggil Ega keras membuat Ghea menjauhkan wajahnya.

"Gak boleh teriak Ega," tutur Rina, kakak Ghea yang datang dari belakang tubuh Ghea.

"Eh, cucu Nenek udah dateng," ucap Bunda sambil mencium kedua pipi Ega. Lalu, mengambil alih Ega dari gendongan Ghea.

Ghea beralih duduk ke kursi sembari bermain ponsel. Dia sengaja membuka grup kelasnya. Di sana, hanya ada perbincangan gabut-gabut saja. Tak ada yang menarik bagi Ghea. Akhirnya, Ghea meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku, dan tatapannya beralih ke plastik besar di atas meja.

"Apanih?" tanya Ghea seraya membuka plastik tersebut. Ternyata, hanya sayur-sayuran saja. Tak ada jajan, ataupun camilan.

"Kak, Kak Al gak ke sini?" tanya Ghea sembari berdiri di depan kulkas.

"Tadi katanya entar malam. Soalnya sekarang kerjaannya harus di selesein dulu, baru bisa di tinggal," ucap Rina di jawab anggukan oleh Ghea.

Ternyata, Kakaknya yang pertama itu sangat sibuk. Saking sibuknya sampe lupa keluargaku. Candaa.

"Gimana?" tanya Rina kepada Ghea membuat Ghea bingung sendiri.

"Apanya yang gimana?"

Rina menghela nafasnya, lalu memberikan dot susu kepada Ega. "Ya, calon suami kamu gimana?"

Ghea berfikir sejenak, lalu otaknya terlintas sebuah ide laknat.

"Dia sangat tampan, gagah, kaya, jadi most wanted di kampus Ghea juga. Pokoknya sempurna deh,"

Rina dan Bunda cekikikan mendengar ucapan Ghea. Padahal selama ini, Ghea tak mau menikah dengan Bima. Dan sekarang, mencoba ingin berbohong. Dasar.

"Mulut sama hati gak sama loh Ghe," ucap Rina membuat Ghea melotot.

"Sok tau banget sih!" kesal Ghea sambil menatap Rina. Saat Ghea baru saja ingin berbicara lagi, bel rumah berbunyi membuat Ghea mau tak mau membukanya.

"Iya, waalaikumsalam," ucap Ghea saat pintu sudah terbuka. Dan terpampanglah Kakak pertamanya, yaitu Aldebaran. Sang CEO yang sombong nan galak, tapi tidak bagi keluarganya.

"Lama banget sih, kayak nunggu jamet tau gak,"

"Mulutmu Ghe," tegur Al membuat Ghea menyengir dan menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah. Ghea membuntuti Kakaknya itu beserta istrinya.

"Tadi katanya ke sini malam?"

Al mengangguk'kan kepalanya, "Iya, tapi Kakak iparmu pengen cepet-cepet ke sini,"

"Dih, kamu lah. Enak aja aku. Jangan di percaya Ghe," ucap istrinya membuat Ghea menggelengkan kepalanya. Suami istri yang ini selalu saja bertengkar.

"Dio kemana kak?" tanya Ghea kepada Isnaini, istri Aldebaran.

"Dia lagi di rumah Omahnya, nanti malam di ambil kok sama Mas Al," Ghea mengangguki ucapan Kakak iparnya itu, lalu dirinya tak ikut ke dapur. Melainkan menuju kamarnya. Biarlah, dirinya ingin tidur kali ini. Dan tadi pagi juga tidak masuk kampus karena kepalanya rada pusing. Eh ternyata, sekarang udah sembuh. Wkwk.

Baru saja Ghea menaruh ponselnya di kasur, dering ponselnya kembali berbunyi. Saat di lihat, ternyata Dosennya kini menelpon dirinya.

Ghea menggeser tanda hijau, lantas menempelkannya ke telinga kanan.

"Assalamualaikum. Ada apa pak?" tanya Ghea sopan. Sebab dirinya kan mahasiswa gess. Karena berbicara kepada Dosen harus punya etika. Aseasekk.

"Kamu kemana tidak masuk?"

"Jawab salam dulu atuh Pak," tegur Ghea. Sebenarnya ia tak berani, karena suara berat Bima langsung menyeruak ke indera pendengarannya.

"Waalaikumsalam. Jawab,"

"Jawab apa?"

"Ck."

Ghea cekikan pelan mendengar Bima kesal di seberang sana. Ternyata, Dosennya itu bisa kesal juga. "Saya sakit. Emangnya ada apa Pak? Ada tugas?"

Sebentar hening, sebentar menghela nafas. Itulah yang Ghea dengar dari telfon.

"Bapak kangen yaa," goda Ghea membuat Bima di seberang sana tersedak ludahnya sendiri.

"Eh eh, Bapak. Bapak kenapa?"

"Saya tidak kangen sama kamu. Cuma ngingetin. Minggu depan kamu presentasi. Karena kamu tidak mengikuti presentasi tadi."

"Gini ya, Pak. Kita kan mau nikah nih, gaada niatan gitu nyenengin calon istri?" ucap Ghea berusaha merayu. Tapi naas, telfonnya malah di matikan sepihak oleh Dosennya itu. Siapa lagi kalau bukan Raditi Bimandala.

"Sialan,"

❅✧.·:*¨ ¨*:·.✧❅


My Cold Lecturer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang