25. Efek Kupu-Kupu 🕊

37 8 2
                                    

Happy Reading

Saran ost : Best Part by Daniel Caesar ft H.E.R

Btw, jika ada kalimat rancu dan kata yang typo, silakan langsung di koreksi dan sertakan di kolom komentarnya, ya. Terima kasih :).

__________

Nathan di antarkan pulang dengan selamat oleh seorang sopir taksi tua, ia membantunya keluar dari dalam mobil, di bantu satpam yang setia menjaga rumahnya. Nathan kehilangan kendali, ia benar-benar tepar padahal alkohol yang diteguknya tak begitu banyak tapi sudah sanggup membuatnya tumbang dalam beberapa kali menyesap.

Samar-samar dapat ia dengar obrolan satpam dan si Sopir, satpamnya menanyakan apakah ongkos taksi sudah di bayar atau belum, dan beberapa pertanyaan lain yang tak sanggup lagi ia maknai maksudnya apa.

"Terima kasih, Pak."

Ucapan terakhir sebelum sepenuhnya mobil taksi dengan warna kuning cerah tersebut pergi meninggalkan kompleks mewah yang di penuhi rumah-rumah bak istana itu.

Di angkat si Satpman tubuh Nathan, meskipun berat, tapi sepertinya ia sudah biasa melakukannya.

Hingga sampai di dalam rumah, Prisilia sementara memakai masker wajah, melihat dengan tatapan lumayan kaget ke arah anak semata wayangnya yang kini tak lagi berdaya, ia hanya bisa mengembuskan napas gusar, sedikit menghirup oksigen untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak, kemudian di keluarkannya perlahan sembari menggeleng.

"Antar sampai kamarnya, ya, Pak Udin."

"Iya, Bu."

Prisilia tak kaget lagi melihat Nathan yang biasanya pulang sudah tak sadarkan diri, tapi baru kali ini lagi setelah beberapa tahun belakangan disaksikannya sang Anak menjadi pemabuk kembali. Jujur saja, Nathan telah berhenti meneguk alkohol semenjak lulus dari kuliah, selain mendapat marah dari Ibunya, ia pun tak terlalu minat minum-minum seperti itu-mungkin karena telah dewasa, hanya saja terkadang stressnya datang tiba-tiba-kemudian tanpa sadar membuatnya kembali beralih ke sana untuk menghilangkan beban.

Naik mengikuti dari belakang, Prisilia tiba pula di kamar anaknya, setelah satpam tersebut menyelesaikan tugas dan keluar. Diliriknya tubuh Nathan begitu lemah, dengan tatapan mata yang tak dapat ia sembunyikan lagi sendunya, Prisilia menutup mulut dengan mata terbuka-bahkan seperti bola netranya ingin melompat keluar, ia kemudian mendekati tubuh putra tunggalnya itu.

"Nathan? Wajah kamu kenapa?"

Prisilia bertanya dengan tangan yang sudah bergetar hebat, ia menyentuh wajah anaknya sendiri dengan degup jantung yang saling bertaluan-matanya berair sekarang, sungguh beban apa lagi yang kini anaknya tanggung.

Tak ada jawab dari Nathan, antara ia dengar atau tidak, Prisilian pun tak tahu. Jemarinya menyentuh tiap luka di wajah Anak yang dikandungnya selama 9 bulan itu-kini telah terperban, tapi masih nampak ada bekas kehijau-hijaun di sana, menampakkan dengan jelas bahwa ada luka yang coba bersembunyi dibalik kapas-kapasnya.

"Kamu berkelahi atau dipukuli lagi?" tanya Prisilia kembali bahkan tak peduli jika anaknya tak mau menjawab.

"Aku dipukuli Ayah ...,"

Nathan menjawab seketika dengan suara lemah, ia berbalut sakit entah fisik maupun hati, remuknya terasa dari dalam, ia hanya benci perasaan seperti ini.

"Kenapa lagi dia pukuli kamu? Nathan membuatnya marah?"

Prisilia menyeka tiap bulir air matanya yang sedari tadi tertampung di pelupuk netra, tak sanggup menyaksikan ketidakberdayaan anaknya. Mereka sama-sama terkurung di lingkup kehidupan di mana keduanya tak bisa memilih.

𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐀𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐭𝐢 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Where stories live. Discover now