45: Have A Nice Dream

1.9K 253 59
                                    

[warning: part ini mengandung adegan yang sensitif. bagi pembaca di bawah usia 18 tahun mohon untuk bijaksana memilah bacaan]



SEOUL, KOREA SELATAN, 2024

Waktu berotasi begitu cepat. Segalanya pun kembali pada tatanan senormal biasa.

Rosé dengan rutinitasnya sebagai seorang Idol dan penyanyi solo, kerap membintangi berbagai acara televisi, menjalani photoshoot berbagai macam produk, dan menghadiri konser-konser musik lokal maupun mancanegara.

Jika waktu luangnya tiba, Rosé akan menghabiskan itu bersama para membernya, Jennie, Jisoo dan Lisa untuk berjalan-jalan ke beberapa tempat wisata, atau sekedar masak-masak di dapur dorm bersama-sama. Kadang pula Rosé tak segan menyambangi teman-temannya dari grup idol lain untuk sekedar berbincang-bincang sambil minum kopi.

Begitulah hari-hari Rosé berjalan dua tahun belakangan ini.

Tanpa Oh Sehun.

Musim Semi tahun ini dimulai sejak seminggu yang lalu. Sejak saat itu, hujan tiada pernah berhenti mengguyur di kala malam. Namun, malam ini agaknya tak demikian.

Berdiri di tepian balkon kamarnya, Rosé memandang langit malam yang tak sepekat malam-malam sebelumnya. Cenderung merona keunguan berhias sebulir bulan nyaris purnama berteman bebintangan. Angin berhembus sejuk, meniup beberapa helaian tipis rambut Rosé yang kini berwarna hitam legam sedikit bergelombang. Pada dua telinga gadis itu terdapat Ipod yang memperdengarkan alunan musik dari ponsel dalam genggaman.

Sesekali dari bibirnya terdengar senandung kecil mengikuti irama lirik lagu Peter Pan milik EXO, lagu lama yang menjadi favorit Rosé baru-baru ini setelah seseorang merekomendasikannya.

Hujan selalu menyeret beberapa momen ke dalam kepala Rosé. Kenangan tentang dirinya dan seorang pria yang tak bisa ia jumpai lama sekali karena alasan tertentu. Definsi hujan dalam kamus hidup Rosé telah berkembang dari makna semestinya menjadi banyak hal. Kontrak kerja skandal palsu, kencan rekaan, Paris dengan segala keindahan, segelas kopi untuk meredakan kemarahan, serta kehangatan yang tersemat pada tindak tutur seseorang. Tak ketinggalan satu nama yang menjadi inti dari segalanya:

Oh Sehun.

"Bagaimana pendapatmu soal pernikahan?"

Tiba-tiba saja akal Rosé menyeret pertanyaan yang Sehun lontarkan dua tahun lalu. Saat itu mereka berada di Paris, tepatnya malam hari di kaki Menara Eiffel. Rosé terkejut bukan main mendengar apa yang keluar dari mulut pria yang berbaring di atas rerumputan, sebagaimana dirinya.

"Pernikahan?" Rosé hanya bisa membeo. Tiba-tiba saja otaknya kosong dan sukar berotasi memilah jawaban. Membisu cukup lama, Rosé beranjak bangkit dan mendudukan diri berharap posisi itu akan membuat ia mampu berpikir lebih jernih.

Sehun mengikuti jejak gadis itu. Melipat dua tungkak dan memeluk lutut dengan dua lengannya. "Menurutmu kapan waktu yang tepat untuk menikah?" Kembali lagi Sehun bertanya.

Merasakan dua buah serambi yang memompa cepat, Rosé menjawab terbata, "J-jika sudah siap."

Sehun mengangguk menanggapi jawaban Rosé seraya melempar pandangannya asal. Gadis di sebelahnya itu kini dirundung gugup sembari memainkan bebukuan jemari seperti biasa. "Mengapa tiba-tiba Oppa bertanya perihal itu?" Lalu, dari mulut Rosé terdengar satu pertanyaan yang diucap pelan. Cenderung ragu.

Pandangan dua insani di sana untuk yang kesekian kalinya bertemu. "Apa Oppa berniat menikah dalam waktu dekat ini?" Rosé kembali bertanya, sedang Sehun tersenyum tipis di sana. "Entahlah. Apa kau siap menikah dalam waktu dekat ini?"

FAKE: The Scandal [END]Where stories live. Discover now