3

5 3 0
                                    

Hari yang begitu cerah, seolah-olah tau betapa berartinya hari ini bagi Zee dan juga Raka. Setelah setahun akhirnya mereka akan bertemu.

"Gue udah cantik belum sih," gumam Zee sembari merapikan pakaiannya.

"Lu udah cantik dari dulu kali," sosor Rania lalu duduk di sofa kamar Zee.

"Tapi hari ini gue harus lebih cantik," ucap Zee.

Rania melirik Zee sebentar lalu kembali fokus pada makanan yang ada di tangannya. "Terserah deh!" putus Rania.

Zee menatap Rania sebal. "Lu tega banget sama gue."

"Udah jam 9," kata Yira yang baru saja masuk ke dalam kamar Zee.

Zee melebarkan matanya. "Gue telat njirr!" teriak Zee langsung keluar dari kamar dengan menyambar tas kecil di pintu.

Yira dan juga Rania saling menatap. "Apa lu!"

"Bodo," jawab Yira acuh lalu juga ikut keluar dari kamar Zee.

Di bandara Zee terus saja mencoba menghubungi Raka tapi terus saja tidak diangkat oleh Raka.

"Raka nyebelin banget sumpah!" gerutu Zee yang sudah mondar-mandir seperti setrika.

"Santai aja kali Zee," ucap Rania.

"Mana bisa gue tenang, Nia! Ini kali pertama dia ke sini gue takut dia sesat," jawab Zee yang masuk mencoba menghubungi Raka.

"Iya kali dia sesat Zee, dia udah gede lagian ini udah jaman modern bisa aja dia pake google maps." Rania kembali berkata.

"Raka," ujar Yira santai dengan pandangan terus ke depan.

Zee dengan cepat langsung menyusuri pandangan Yira. Dan ya ...

"RAKA!" pekik Zee dan langsung berlari kearah Raka.

"Akhirnya dua orang insan manusia saling mencintai bertemu," ucap Rania dengan tatapan haru.

Yira melirik kembarannya itu sekilas. "Lebay!"

Raka merentangkan tangannya ingin menyambut pelukan hangat Zee dengan senyum yang merekah walau senyum itu tertutup oleh masker hitam yang ia kenakan.

Jlep

"Raka," lirih Zee saat sudah berada di pelukan Raka.

"Iya Zee ini gue Raka," jawab Raka dengan membalas pelukan Zee.

Mereka hanya diam dengan posisi masih berpelukan, tidak menghiraukan semua tatapan orang-orang tentang mereka. Ya begitulah kalau sudah jatuh cinta.

"Udah pelukannya ntar jadi gosip di tv," ucap Rania dengan sedikit menahan tawa.

Zee melerai pelukannya dan menatap kearah Rania. "Ganggu aja sih lu, nggak tau apa gue lagi pelukan," ujar Zee sedikit sewot.

Raka merangkul Zee dan mengusap-usap puncak kepala Zee penuh sayang. "Zee," ujar Raka yang masih menatap Zee dengan senyum.

Zee pun sedikit mendongak. "Kenapa?" tanya Zee penasaran.

Raka kembali tersenyum lalu menggeleng. "Gue capek doang kok," jawab Raka.

"Wahh gawat banget sih si Zee orang capek bukannya di suruh istirahat malah di ajak ngobrol sambil berdiri gini," ucap Rania.

Zee menyengir kuda. "Ayok kita pulang!" ajak Zee namun langsung mendapat tatapan tajam dari Yira.

"Mau lu bawa pulang?" tanya Yira.

Dengan polosnya Zee pun mengangguk. "Iya," jawab Zee.

Raka yang mendengar pun tertawa lalu kembali memeluk Zee gemas.

"Lu gemesin banget sih," ujar Raka sembari memeluk Zee.

"Gue susah napas anying, lu mau bunuh gue hah?!" ucap Zee di dalam dekapan Raka.

Yira hanya menggelengkan kepalanya lelah, lelah dengan kejombloannya selama ini.

"Ra! Ntar kita cari pacar juga yok!" ajak Rania pada Yira.

"Nggak!" tolak Yira lalu pergi meninggalkan Zee dan juga Rania.

Sekarang mereka berada di sebuah restoran, karena tadi Zee kasihan dengan Raka yang kelaparan jadilah mereka memutuskan untuk makan dulu di sini.

Sedari tadi pun Zee dan juga Raka tak henti-hentinya membuat para jomblo iri pada mereka.

"Udah nggak usah suap-suapan lagi kayak nggak punya tangan aja," sosor Rania yang memang sejak tadi sudah iri dengan pasangan yang baru saja bertemu ini.

Zee memicingkan matanya. "Makanya jangan jomblo," jawab Zee dan langsung membuat Raka tertawa, sedangkan Yira? Dia hanya diam sembari makan.

"Udah Zee nggak boleh gitu," ujar Raka melerai.

"Iya-iya," jawab Zee laku kembali menyuapi Raka penuh sayang.

"Nggak punya tangan," ucap Rania pelan.

"Oiya lu ke sini tadi cuman sendiri?" tanya Zee yang masih menyuapi Raka.

"Iya, tadi sebenarnya mau bareng keluarga besar sekalian ngelamar lu tapi kan lu masih sekolah jadi ntar aja," jawab Raka lalu tersenyum.

Zee menatap Raka dengan senyuman yang entah itu senyum apa. "Lu mah gitu, orang nanya serius juga," balas Zee.

"Iya sayang gue serius," ucap Raka sembari mengacak-acak puncak kepala Zee gemas. "Kok lu cantik banget sih?" tanya Raka pada Zee.

"Apaan sih," balas Zee malu-malu.

"Kosannya berapaan mbak?" tanya Rania pada Zee.

Zee menautkan kedua alisnya. "Lu mau ngekos?" tanya Zee.

"Iya soalnya ni dunia punya lu sama Raka doang," balas Rania ngasal.

"Dihhh jomblo ngiri aja!"

Keadaan pun kembali seperti awal, Zee yang sibuk menyuapi Raka dengan makanan, sedangkan Rania dan juga Yira juga sibuk menyantap makanan mereka.

Tiba-tiba saja pandangan Raka tertuju pada toko bunga yang ada di seberang sana.

"Zee lu mau bunga?" tanya Raka.

Zee menatap ke arah toko bunga yang juga di tatap oleh Raka. "Lu mau beliin gue bunga?" Bukannya menjawab Zee malah balik bertanya pada Raka.

"Gue mau Ka!" sosor Rania dengan wajah girang.

"Lu bisa diem nggak!" ucap Yira pada Rania dingin..

"Iya-iya tadi gue cuman becanda kali, galak bener," ucap Rania pada Yira.

Raka hanya tersenyum lalu kembali menatap kearah Zee. "Iya, sebagai hadiah pertama pertemuan kita," jawab Raka.

"Yaudah kalo lu mau beli ya beli aja."

"Gue juga ya, Ka!" ucap Rania lagi dan langsung mendapat tatapan tajam dari Yira. "Ehh nggak jadi deh, sodara gue galak takut gue," lanjut Rania.

"Nggak papa ntar gue beliin buat semuanya. Itung-itung kan sebagai hadiah terakhir," balas Raka.

"Kok terakhir," jawab Rania.

"Iya, katanya hadiah pertama."

Raka tersenyum entah kenapa tiba-tiba Zee merasa senyum Raka ini agak berbeda.

"Yaudah gue beli bunganya dulu ya, jangan tunggu gue," ucap Raka yang langsung membuat suasana jadi hening.

"Apaan sih, Ka," ujar Zee yang langsung memeluk lengan Raka erat. "Lu mau ninggalin gue ya," tuduh Zee dengan mata yang sudah siap mengeluarkan air mata.

Raka menggeleng pelan. "Gue sayang sama lu dan gue nggak akan pernah pergi ninggalin lu. Gue bakalan terus jagain lu Zee," jawab Raka.

"Yaudah gue beli bunga dulu," lanjut Raka lalu bangkit sebelum dia benar-benar menyeberang jalan dia lebih dulu menoleh kebelakang kearah Zee dan teman-temannya. Raka tersenyum sembari melambaikan tangan.

Lalu Raka pun menyeberang jalan belum sampai di seberang sana tubuh Raka sudah terlebih dulu di hantam dengan mobil.

Brak!

"RAKA!"

meet to partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang