05.03 Surat : Kontrakan Sambung

4.5K 1.2K 43
                                    

Teruntuk bulan Januari.

Hari ini cerah, aku gak perlu diskripsiin segalanya. Tapi, semua orang kayaknya baik-baik aja, termasuk aku. Seharusnya begitu, aku seharusnya baik-baik aja hari ini, tapi kayaknya gak semudah itu. Bibi nelpon, suaranya serak, aku tau dia habis nangis, aku gak tau kenapa dia nangis.
Pulang sekolah, bibi bilang di telpon, dia bakal jual rumah nenek, udah ada orang yang sepakat buat beli rumah nenek dan katanya, dua hari lagi dia bakal datang ke sini. Aku pikir kayaknya aku bakal pindah lagi ke rumah bibi, tapi ternyata enggak. Bibi bilang, dia bakal bayar sewa rumah kontrakan selama satu tahun untukku. Aku gak masalah dengan itu. Aku nerima segalanya, sadar kalau ternyata diri ini udah nyusahin bibi sejak lama. Bibi juga kayaknya butuh banget uang, aku tau gak seharusnya bergantung terus menerus di keluarga bibi, dia punya tiga anak laki-laki yang masih hidup dan perlu meneruskan hidupnya dan bibi punya tanggung jawab sebesar itu. Aku seharusnya gak membebani menjadi salah satu yang perlu dia perjuangkan. Aku cuma ponakannya gak lebih.

Bibi bantuin aku pindahan ke kontrakan kecil, gapapa, kayaknya ini bakal lebih baik. Semua bakal lebih baik.

Rumah nenek terjual, semua benda di dalam rumah mungkin udah berubah, warna rumahnya juga udah gak sama lagi, halaman depannya juga sekarang banyak bunganya. Semuanya gak sama lagi. Orang-orang di dalamnya juga berbeda.

Satu-satu yang tertinggal di sana cuma sebekas kenangan yang tersamar barangkali memang patut dilupakan.
Ketika seseorang pergi ke rumah nenek, gak ada satupun hal yang tersisa di rumah itu, semuanya udah pergi, berubah seiring dengan penghuni barunya.

Terus, aku sadar fakta baru, aku emang gak seberharga itu sampai harus sebegininya dibiar sendiri? Ah, iya. Seharusnya mereka ngebuang aku sejak lama, tapi baru bisa sekarang dilakuinnya.

Jadi, sekarang aku harus bagaimana?

Ciera Pelita

Rintik hujan telah usai dari sejam yang lalu, deru mobil membawa ke arah gang yang lumayan besar untuk dimasuki sebuah mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rintik hujan telah usai dari sejam yang lalu, deru mobil membawa ke arah gang yang lumayan besar untuk dimasuki sebuah mobil. Mobil pick up itu berhenti pada penghujung rumah susun dengan cat sudah usang, Ciera turun memeluk erat ransel kuningnya. Ini akan menjadi titik hidup barunya, titik hidup baru di mana ia benar-benar berhenti menunggu di rumah nenek akan kedatangan seseorang untuk kembali. Matanya menatap nanar pintu rumah kontrakan bersambung dengan teras berpagar besi itu.

Barangkali seharusnya memang sudah begini, dia tidak bisa menolak semua hal terjadi padanya, kaki itu melangkah ke mana orang mengusirnya pergi, kepalanya hanya mengangguk mengiyakan semua permintaan-permintaan orang-orang mengelilingi tanpa tahu cara menolak. Sebab ia tidak pernah diajarkan untuk membantah.

Surat Untuk JanuariWhere stories live. Discover now