Bonus Bagian 2: Tentang Aksara

2.3K 473 146
                                    

Kalau ditanya soal hidup Aksara, cowok itu punya hidup yang biasa aja, lempeng, lurus, dan rada bosenin.

Tidak ada hal yang wah bisa membuat orang-orang terkagum-kagum mendengar cerita hidupnya. Kalau diibaratkan jalan tol hidup Aksara nyaris mulus, keserepet krikil dikit rada oleng, eh pas belokan ketemu Ciera, hidupnya langsung banting setir.

Ya, gimana ya, selama dia bernapas, paling-paling yang meresahkan ya Bapak negara di rumah menjewer telinga sepanjang jalan menuju gereja biar dia ikut sekolah minggu, padahal mah Aksara ingin nonton Doraemon biar bisa akrab sama temen sekelasnya bahas kartun kucing satu itu.

Tapi apalah daya, jika bapak sudah bersabda maka harus terlaksana, apalagi kalau itu adalah hal baik, Ibu siap melempar panci kalau Aksara menolak.

Sebagai satu-satunya anak di rumah mereka, Aksara hampir tidak pernah kekurangan apapun. Mendapat cinta ibu, mendapat cinta Bapak plus kecupan di kening depan umum kalau Aksara macam-macam sama Bapak. Itu ancaman, soalnya Aksara tidak mau mendapat titel anak manja.

"Sinterklas gak akan kasih kado ke anak nakal." Bapak sering menakutinya begitu.

"Sinterklas itu cuma boongan Pak."

Setelah menentang pernyataan tersebut Aksara pas kecil bakal kena jitak, lalu mengadu pada Ibu.

"Anakmu itu lho, masa dia gak percaya Sinterklas." Dan Bapak bakal ikut-ikutan mengadu pada Ibu.

"Ya, soalnya Aksa gak bisa dibohongin Bapak!"

Tetapi saat natal, bapak bakal memberi kado diam-diam, esok pagi berujar ke Aksara kalau itu adalah hadiah dari Sinterklas.

Yaudah, tidak apa-apa terserah Bapak, Aksara tidak rugi juga toh, dapat hadiah.

Ibu dan Bapak tidak menuntutnya menjadi si nomor satu, tidak pula masalah kalau Aksara melakukan kenakalan kecil, Bapak selalu bilang padanya.
"Manusia tumbuh dari kenakalan dan kesalahan, jadi lakuin sebanyak yang kamu bisa."

Karena sudah dibilang begitu, Aksara merasa hidupnya tidak punya tantangan yang mendebarkan. Mana Ibu bakal tertawa-tawa saja mendengar Bapak berbicara. Jadi keluarga Aksara harmonis.

Walau pun mangkok plastik Ibu pernah melayang menuju bapak, esoknya mereka berdua akan menempel lagi selayak orang kasmaran.

Soal kehidupan sekolahnya, Aksara termasuk anak teladan karena lumayan mager menentang peraturan-peraturan yang ada. Nilainya pun biasa saja, tidak bagus, tidak pula buruk. Punya beberapa teman namun tidak terlalu dekat.

Jika ditanya soal kelebihan, Aksara punya satu kelebihan menilai seseorang yang mendekatinya untuk menjadi teman, menilai kepribadian, atau 'kehendak' mereka mendekati dirinya.

Barangkali ini terjadi sebab semasa kecil ia kerapkali dijadikan babu-babu anak-anak.

Lalu suatu hari ketika Bu Silvia wali kelas mereka menyuruh dirinya mendekati Ciera. Semua menjadi terasa berbeda. Aksara tidak pernah bisa menebak tentang semua hal mengenai gadis itu. Mungkin karena ia terlalu tak acuh akan masalah orang lain dan terlalu peduli untuk dirinya sendiri.

Haruskah Aksara mengakui ini? Hidupnya berhasil dijajah oleh Ciera Pelita, gadis berambut sebahu, dengan gigi kelinci tak rapi menyembul ketika tersenyum. Ransel kuning cerah dan jaket merah marun kusam.

Ciera itu lucu, aneh, dan ajaib. Aksara mulai berpikir bahwa dirinya terkena guna-guna dari gula-gula kerap ia terima.

Terlepas dari banyak hal, Ciera tulus berteman, mulut ceplas ceplosnya atau bagaimana penampilan konyolnya.

Berteman dengannya menyenangkan.

Lalu kejadian itu muncul, setelahnya Ciera menghilang. Aksara ingin tidak peduli, tapi harinya sunyi.

Surat Untuk JanuariOnde as histórias ganham vida. Descobre agora