🍇 39

315 74 7
                                    

"Jatoh kalo gitu!" omel Kinta sambil menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Erkan, sebab lelaki itu pun langsung menggendongnya kembali dengan benar setelah sebelumnya ia niatkan untuk menyerahkan Kinta kepada lantai.

"Katanya minta turunin," respon Erkan sambil melihat sekilas wajah Kinta.

Kinta yang sudah memasang wajah kesal pun langsung mengomel, "Ish! Ya tapi pelan-pelan!" katanya dengan nada yang cukup tinggi. Namun, pandangan kesal Kinta perlahan berubah menjadi tatapan membulat saat melihat luka di wajah Erkan.

"Erkan? Kenapa?" tanyanya khawatir sambil memangku sebelah pipi lelaki itu.

"Ga kenapa-napa." Erkan menjawab seraya menurunkan kaki Kinta dengan pelan karena mereka sudah sampai di depan toilet.

"Aashh." Lagi-lagi Kinta meringis saat kakinya menyentuh lantai. Ia lantas menunduk dan melihat kakinya yang cukup lebam. Melihat toilet tersebut, Kinta kemudian berpegangan pada tembok untuk masuk ke sana.

"Pelan," kata Erkan.

Setelah Kinta masuk, hp Erkan berbunyi, membuat lelaki itu kembali ke biliknya untuk mengambil ponsel.

Yanfa
Er
Ulangan dadakan!
Cepet kelas!

Membaca itu, Erkan lalu dengan santainya mengetik 'susulan'.

Cklek ....

Pintu UKS tiba-tiba saja terbuka, menimbulkan bising suara hujan yang semakin terdengar keras.

Erkan pikir itu dokter, namun saat mengeceknya dengan keluar dari bilik. Ternyata ...

"Kinta di mana?" tanya seseorang sambil menggeser beberapa gorden dari bilik di UKS.

"Keluar lo," suruh Erkan.

"Gue tanya Kinta di mana anjir?" tanya orang itu lagi dengan raut wajahnya yang cemas.

Erkan menekan pipi bagian dalamnya dengan lidah, kemudian menendang kaki Dariel dengan kencang sembari dirinya berangsur duduk di atas brangkar.

Karena tak siap, Dariel terjatuh karenanya.

"Denger ga gue nyuruh apa?" tanya Erkan penuh penekanan.

Dariel melihat Erkan dengan nyalang, kemudian bangkit dari jatuhnya.

"Ngajak ribut lo anjing?! Gue jabanin sekarang!" katanya sambil menarik kerah Erkan. "Gue cuma tanya Kinta di mana!"

Pintu toilet kemudian terbuka, membuat dua cowok yang saling menatap tajam itu seketika memutus kontak mata mereka. Dariel berbalik badan dan akhirnya menemukan Kinta.

Baru selangkah ingin menghampirinya, Erkan sudah menahan bahu Dariel dengan tangannya.

Namun, Dariel segera menggidikkan bahunya dalam sekali waktu dan lanjut berjalan ke arah Kinta.

"Ta? Apa yang sakit?" tanya Dariel sambil menatap mata Kinta dalam-dalam.

Kinta yang masih kebingungan hanya balik memandang Dariel dengan tatapan polos, sembari menekan perut dengan satu tangannya.

"Ta?" panggil Dariel.

Kinta langsung meneguk ludah, kemudian menurunkan tangan dari perutnya sembari menggeleng.

Dariel melihat dahi Kinta, lalu menemukan bulir keringat jatuh dari sana. Lelaki itu mengelapnya dengan punggung tangan, kemudian berkata, "Gue anter ke rumah sakit aja ya, Ta?"

"H-hah?" tanya Kinta pelan.

"Dokter Canopus daritadi belum dateng, kan?"

"Dariel, Kinta gapapa," ucap gadis itu.

Blackcurrant ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora