Bagian 12

1K 126 7
                                    

Para pelayan di sekitarku berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan. Aku mendengus sebal, akan tetapi malah terdengar seperti embusan nafas saat flu saja, terasa berat.

Aku baru menyadarinya, aku benar-benar flu. Tiap tarikan nafas terasa berat dan tersumbat.

Mataku terbuka secara perlahan, menyesuaikan cahaya di sekitarku. Ah, sudah siang ternyata. Aku lapar, tapi dimana ibu sekarang?

Aku kurang menyukai meminum menggunakan dot, gusiku terasa sakit lantaran tak memiliki gigi. Aku kembali mendengus sebal. Apa mereka tak tahu bahwa bayi seusiaku belum bisa meminum susu dari dot?

Aku mengalihkan perhatian para pelayan di sekitarku dengan cara menangis. Tak tanggung-tanggung, tangisanku terdengar keras hingga membuat mereka seketika panik.

"T—Tuan Putri? Ada apa?"

"Tuan Putri? Apakah ada yang salah?"

"Tuan Putri?"

Aku terkekeh gemas dalam hati. Masih dengan keadaan menangis. Aku mencoba memberitahu mereka dengan menunjuk bagian hidungku yang sepertinya memerah.

"Astaga! Tuan Putri mengalami flu!"

Para pelayan lainnya yang tersadar pun langsung memanggil tabib dengan berlari tergesa-gesa.

"Tuan Putri, sebentar yah. Kami sudah memanggil tabib untuk memeriksa, Tuan Putri," sahut salah satu pelayan wanita yang tak kuketahui namanya.

Aku tersenyum tipis melihatnya. Aku mengangguk patuh dan mulai menghentikan tangisanku, membuatnya merasa sedikit lega.

Beberapa menit kemudian, seorang tabib tua dengan beberapa pelayan telah sampai di ambang pintu. Mereka terlihat beramai-ramai mencoba mengatur nafas mereka yang terasa putus lantaran berlarian.

"Hosh.. Itu, Tuan Putri.. Hosh.."

Tabib mengangguk, pria paruh baya itu berjalan perlahan menuju tempat tidur bayiku yang di kelilingi oleh para pelayan.

"Maaf, tapi kalian bisa minggir sebentar?" tanya Tabib dengan sopan.

Para pelayan yang tersadar langsung bergeser memberi jarak. Mereka menggaruk kan kepala secara bersamaan lantaran terlalu canggung bercampur malu. Terlampau panik, membuat mereka tak dapat berpikir dengan jernih.

Aku terkekeh pelan melihat raut memelas mereka. Terlihat menggemaskan. Tabib tersenyum tipis padaku, sesekali ia mengajakku berbicara untuk mengalihkan pandanganku yang tertuju padanya.

"Ah, Tuan Putri sedang flu yah? Apakah terasa sakit sekali?" tanya Tabib padaku. Aku hanya diam, menatapnya dengan polos.

Dia terkekeh pelan melihat responku. Apakah ada yang salah denganku?

Setelah pemeriksaan selesai, Tabib tua tersebut tersenyum tipis padaku. Tatapannya beralih pada para pelayan yang masih senantiasa menunggu.

"Tuan Putri mengalami flu dan sedikit demam. Aku sudah meresepkan ramuan untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Tuan Putri tak dapat berada di daerah dingin berlama-lama. Tubuh Tuan Putri masih rentan terhadap energi spiritual di alam. Aku menyarankan kalian untuk menjaganya lebih ketat lagi, perhatikan konsumsi asi yang Tuan Putri perlukan," ujar Tabib sembari menulis resep ramuan di secarik kertas.

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang