Bagian 09

1.1K 153 10
                                    

Banyak tabib kerajaan yang ayah utus untuk memeriksa kondisi para korban bencana dadakan tadi.

Aku sendiri telah bangun dan tengah digendong oleh salah seorang pelayan istana yang kami bawa.

"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Ayah pada salah satu tabib yang ditugaskan untuk memeriksa keadaan ibu.

Tabib tersebut menunduk, "Yang Mulia Permaisuri mengalami koma lantaran banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya."

Ayah terdiam mendengarkan penuturan tabib tersebut, kedua tangannya terkepal erat di sisi hanfu. Rahangnya kembali mengeras, amarahnya seketika membuncah mengingat dirinya yang tak lalai dan tak sanggup menjaga istri tercintanya.

"BAJINGAN MANA YANG BERANI MEMBUAT ISTRIKU SEPERTI INI?! CARI DALANG DARI KEJADIAN HARI INI, JIKA KALIAN TAK BISA, JANGAN HARAP KEPALA KALIAN MASIH BISA UTUH!" Ayah berteriak keras hingga telingaku kembali berdengung. Para prajurit yang berada di belakangnya langsung menunduk takut merasakan amarahnya. Posisi mereka saat ini adalah salah satu lutut mereka menyentuh lantai yang dingin dengan kedua tangan yang senantiasa menangkup di depan.

"Kami paham, Yang Mulia!" balas para prajurit serempak. Mereka mulai berhamburan keluar dari ruangan tersebut, menyisahkan kami dengan para tabib yang masih sibuk menganalisa kondisi ibu lebih lanjut.

"Kalian! Rawat dengan baik istriku, jika kalian gagal, seluruh keluarga kalian akan kubuat tewas. Camkan itu!" ucap Ayah dingin. Beliau menatap tajam para tabib hingga tubuh mereka terlihat bergetar ketakutan.

"Kami paham, Yang Mulia."

Ayah yang semulanya berdiri mulai berjalan menghampiriku. Beliau memberikan kode pada pelayan wanita yang mengendongku untuk memberikanku padanya. Pelayan itu paham, ia menunduk hormat dan berlalu keluar dari ruangan.

"Putri ayah baik-baik saja kan?" tanya Ayah dengan lembut. Aku yang masih belum bisa bicara hanya bisa membalas ucapannya dengan tersenyum lugu.
Beliau terlihat terkekeh gemas melihat respon yang kuberikan. Tangannya mulai mengelus suraiku dengan perlahan.

"Apakah kalian tak memiliki kesalahan dalam pemeriksaan putriku ini?" Ayah bertanya pada tabib-tabib yang masih sibuk mengurus ibu.

Beliau tampak tak percaya dengan hasil analisa yang diberikan oleh tabib sebelumnya.

"Pemeriksaan yang telah kami lakukan sebelumnya pada Tuan Putri telah benar, Yang Mulia. Tak ada kesalahan apapun. Seperti yang kita lihat, Tuan Putri tampak sehat. Saya memperkirakan saat terjadi serangan dadakan dari orang asing tersebut, energi yang masih asing untuk tubuh bayi yang rentan seperti Tuan Putri mengakibatkan terjadinya pendarahan di beberapa titik seperti rakyat yang tak memiliki tingkat kultivasi sama sekali," sahut salah satu tabib.

Ayah mengangguk paham. Beliau menatapku dengan tatapan sendu.

"Lalu, mengapa istriku belum juga bangun?" Ayah beralih menatap ibu dan para tabib dengan intens.

"Yang Mulia Permaisuri telah melewati masa koma, dan beliau tengah tertidur lantaran tubuhnya masih terlalu terkejut dengan energi spiritual. Tubuh Yang Mulia Permaisuri terlalu lemah lantaran tak memiliki tingkat kultivasi seperti bangsawan pada umumnya. Permasalahan tersebut wajar lantaran Yang Mulia Permaisuri berasal dari benua yang berbeda dengan benua kita yang terkenal dengan energi spiritualnya. Saya sudah meresepkan ramuan untuk memperkuat daya tahan tubuh Yang Mulia Permaisuri." Ayah mengangguk paham. Istrinya berasal dari benua yang berbeda dengannya, tentu juga dengan daya tahan tubuhnya yang lebih rentan terhadap energi spiritual dibanding rakyat biasa.

"Baiklah, zhen paham."

*zhen : panggilan untuk diri sendiri khusus Kaisar.

Rebirth as a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang