Chapter Dua puluh

75.6K 8.8K 1.5K
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

05.25 Subuh.
___________

"Fa bi'ayyi ālā'i rabbikumā tukażżibān."

Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang terdengar merdu itu membuat Azkiya terbangun.

Perlahan gadis itu mulai membuka mata, lalu mengusap-usapnya pelan, tak lupa juga ia membaca doa bangun tidur.

Dari kecil, Azkiya selalu di ajarkan oleh kedua orang tuanya untuk selalu membaca doa bangun tidur, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas diberikannya kesempatan untuk hidup lagi.

Kali-kali aja yekan, bangun-bangun udah beda alam.

"Amin." Azkiya mengusap wajahnya setelah selesai membaca doa.

Kemudian ia melihat ke arah samping, tepat ke arah Laki-laki yang tengah duduk dengan mata terpejam, wajah basah karena air wudhu, serta mulutnya yang berkomat-kamit.

Kelihatan nya sih, lagi muraja'ah hafalan Al-Qur'an nya (Mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an).

Tanpa di sadari, Azkiya mengangkat ujung sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Masya Allah," gumamnya kagum. Entahlah, kalimat itu spontan saja ia ucapkan.

Pesona Gus Adnan membuatnya terpana.

Saking terpesonanya, ia sampai tak sadar jika Adnan telah selesai muraja'ah.

"Jangan lihatin saya begitu, nanti kena diabetes cinta," ucap Adnan setelah mengakhiri bacaannya, dan saat menoleh ia langsung melihat Azkiya yang tengah memperhatikannya.

Seketika Azkiya langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Melihat itu, Adnan terkekeh. "Salting, salting aja... Gak usah malu-malu kucing begitu," ucapnya dengan nada meledek, seraya berdiri lalu berjalan ke arah Azkiya.

Azkiya berdecak pelan. "Apaan sih, siapa yang salting coba."

Adnan tak menyahut, ia justru duduk di pinggiran kasur dan langsung mengarahkan tangannya ke kening Azkiya, agar tahu gadis itu masih demam atau tidak.

"He'em... Demam nya sudah hilang, Alhamdulillah. Shalat gih, sendiri aja tapi ya, soalnya saya tadi sudah shalat di mesjid, jangan sedih, meski hari ini saya ga bisa ngimamin kamu shalat, yang penting saya sudah jadi imam kamu menuju surganya Allah."

Azkiya tak menggubris gombalan Adnan, ia memilih membuka selimutnya dan hendak beranjak menuju kamar mandi.

Namun, saat kakinya hendak menyentuh lantai, suara Adnan membuat kakinya tercekat.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang