❃.✮:▹CHAPTER 20◃:✮.❃

20 29 2
                                    

Happy reading🌸🌸

Saat pulang sekolah Freya langsung bergegas menuju ke rumah gia. Dimana, tadi saat di kelasnya, gia tidak masuk mengikuti pelajaran. Freya pikir, pasti gia membolos sekolah hari ini.

Bagaimana pun juga, freya merasa bersalah kepada sahabatnya itu.

Entah, dia juga lupa untuk memberitahu Moses. Saat ini yang lebih penting adalah gia.
Dengan perasaan yang cemas. Ia akhirnya menaiki angkutan umum. Dan turun di depan perumahan gia.

Ia berjalan dengan cepat menuju rumah sahabatnya itu. Sesekali, batu yang ia lewati. Terlempar begitu saja.

Saat tiba di rumah gia. Freya mengetuk pintu rumah gia. Dan sesekali menekan bel sambil menggigit jari. Tidak ada sahutan dari dalam.

Freya berdiri di depan pintu dengan gelisah. Matanya terus memandang kemana saja. Dengan perasaan yang campur aduk. Ia memutuskan untuk mengetuk pintu dengan kencang.

Ah, saat ini dia tidak peduli.
Sopan atau tidak. Yang terpenting adalah gia.

Seketika, ada sahutan dari dalam dengan suara yang sangat lirih.

"Masuk aja" lirih gia yang sambil terisak.

Mendengar suara gia. Freya cepat-cepat masuk dan menuju ke kamar gia. Saat ia membuka pintu kamar gia. Betapa kagetnya Freya, melihat gia sedang bersender di kasur yang berpenampilan acak-acakan. Tidak seperti biasanya. Yang selalu rapih, serta yang selalu merias diri walaupun satu jam sekali.

Freya melangkah dengan perlahan dan mendudukkan dirinya di pinggir kasur.

"Gi" ucap Freya pelan

"Kenapa?"

"Maafin gw gi"

"Kenapa?"

"Semua ini salah gw"

"Ini bukan salah Lo Frey"

Deg.

"Asal Lo tau, gw cinta banget sama iyan. Gw sayang banget sama iyan. Bahkan, melebihi diri gw sendiri." Terang gia lalu duduk dengan tegak.

Gia melirik serta, mengambil foto Adrian yang berada di nakasnya.

"Iya gw tau" Freya membenarkan ucapan gia

"Tapi, semenjak dia Deket sama Lo. Hiks.. hiks... Dia berubah Frey.... Hiks.. hiks.." ucap gia disela-sela tangisnya sambil mengusap foto Adrian

Freya yang mendengar nya, hatinya seperti tercubit sesuatu. Seketika Freya juga mengeluarkan air mata.

"Frey, asal Lo tau. Gw pernah tidur bareng iyan" terang gia kepada Freya.

Freya langsung membelakkan mata nya kaget.
Tidak menyangka kalau Adrian sudah berbuat yang seharusnya tidak dilakukan.
'Apa katanya!!' Pokoknya Freya harus menjauh dari Adrian.

"Gw harap, Lo mulai sekarang jauhin Adrian. Adrian itu segalanya bagi gw. Lo gak mau kan liat sahabat Lo sedih?" Ucap gia lirih, lalu meletakkan foto ke tempat nya semula.

"Emm. Lo gak nyuruh, gw juga udah tau" ujar Freya lalu menghela nafasnya.

"Gw pamit" ucap Freya lalu beranjak dari duduknya. Dan Gia hanya menganggukkan kepalanya.

Ketika berada di luar kamar gia. Seketika air mata freya luruh begitu saja.

Ia terus berjalan keluar rumah. Ia tidak peduli saat ini. Melipat kacamatanya lalu menaruh di saku seragamnya.

Saat Freya tiba di pintu. Freya berpapasan dengan Adrian, yang memang sepertinya juga ingin bertemu gia.

Adrian terkejut saat melihat Freya disini. Pandangan nya jatuh ke mata Freya. Wajah yang sembab dan mata yang merah akibat menangis.

Perasaan Yang Tumbuh [END]Where stories live. Discover now