Act 2

1 0 0
                                    


Ann pun tumbuh dewasa dengan masa lalunya yang membentuknya menjadi Ann yang sekarang. Karena di SMA nya ia selalu berada di ranking 3 besar, ia berhasil memasuki kampus ternama. Orangtuanya sangat bangga terhadap Ann, namun dalam hati Ann ia tidak merasa bahagia. Ia merasa sangat tertekan selama ia kuliah karena yang ia jalani bukanlah hal yang ia senangi.

"Kenapa kamu bisa salah masuk, Ann?" salah satu teman dekat Ann bertanya kepada Ann. Pada saat itu mereka sedang berkumpul dan bertanya satu sama lain kenapa mereka bisa masuk ke kampus dan jurusan itu.

"Aku tidak tahu...mungkin aku sudah terlanjur kecemplung, akankah lebih baik sekalian saja kalau aku menenggelamkan diriku sepenuhnya?"

Semester 2 pun berganti, dan mata kuliah yang Ann jalani terasa semakin sulit dan rumit. Ia merasa ingin menyudahi saja kuliahnya, atau bahkan hidupnya. Tak hanya itu, kondisi psikologis Ann mulai terpikul dan kuliahnya pun menjadi berantakan. Orangtua Ann tak terima dengan hal itu, mereka memarahi Ann dan memaki Ann melalui telepon. Saat itu kondisi keluarga Ann juga semakin memburuk, orangtuanya terus bertengkar mengenai permasalahan finansial mereka. Ann merasa semakin tertekan dan terpikul, ia sering sekali menyakiti dirinya sendiri hanya karena ia ingin rasa sakit yang ada di dadanya itu hilang. Namun, rasa sakit itu tak kunjung hilang. Rasanya semakin sakit sampai ia juga merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Setiap harinya ia selalu menangis, lebih seringnya diam-diam, karena ia tidak ingin orang lain melihatnya dengan keadaan seperti itu. Ia selalu mengenakan baju panjang ke kampusnya untuk menutupi luka sayatan yang ada di lengannya. Tubuhnya terlihat sangat lemas dan pucat, seperti layaknya mayat hidup berjalan. Melihat kondisi Ann yang seperti itu, tak jarang temannya selalu mengkhawatirkan Ann.

"Ann...kamu tidak terlihat baik-baik saja..kami khawatir Ann..apa yang terjadi denganmu?"

"Aku baik-baik saja kok...mungkin cuma stress aja, pelajarannya semakin sulit kan?"

"Ann....kamu bisa cerita apa saja pada kita..kamu tak perlu melaluinya sendirian, ada kita Ann"

"Hey..tenang aja, aku ini tidak apa-apa. Kalian tak perlu mengkhawatirkanku, oke?"

Ann tersenyum tipis setelah mengatakan hal itu kepada temannya. Tapi temannya tahu bahwa ada hal yang tidak beres dengannya. Senyum Ann juga tidak terlihat meyakinkan, seperti senyum yang dibuat-buat.

***

I'll Always be by your sideWhere stories live. Discover now