Act 5

1 0 0
                                    

*pletak*

*pletak*

Suara lemparan kerikil yang mengenai kaca jendela Ann membuat Ann terbangun dari meja belajarnya. Hari masih sangat gelap, Ann ternyata tertidur sebentar di meja belajarnya selang waktu beberapa menit ia membaca buku pelajarannya. Ann bangun dengan terheran-heran. Ia bertanya dalam kepalanya bahwa suara apa itu yang mengenai jendelanya.

*pletak*

Suara itu muncul lagi dan tanpa berpikir panjang lagi, Ann langsung segera membuka jendela kamarnya.

"Siapa itu?!"

Ann nampaknya kesal dan mengeluarkan nada yang sedikit tinggi dari biasanya. Ann menoleh ke arah bawah dan menemukan seorang laki-laki berpostur sedang dan terlihat tinggi. Laki-laki itu mengenakan kemeja kotak-kotak dan kacamata bulat. Dan juga, rambut coklatnya yang terlihat sedikit berantakan membuat Ann terkesima dengan penampilan laki-laki ini. Ditambah, laki-laki itu tersenyum ke arah Ann dan melambaikan tangannya. Laki-laki itu memberi sinyal pada tangannya agar Ann segera turun dan mengikutinya. Ann bertanya-tanya dalam pikirannya, siapakah laki-laki itu. Darimana ia bisa mengenali laki-laki itu dan nampaknya mereka seperti sudah saling akrab satu sama lain. Karena Ann penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk segera menghampiri laki-laki itu untuk menjawab rasa penasarannya.

"Aku sudah menunggu lama loh...ayo ikut aku!"

Sesampainya Ann di bawah, laki-laki itu langsung menarik tangan Ann dan ia mulai berlari. Ann yang masih heran dengan situasi ini memutuskan untuk mengikuti kemana laki-laki itu akan membawanya. Langkah mereka pun terhenti di taman tengah kota. Mereka berdua merasa lelah karena sepanjang perjalanan mereka terus berlari yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di taman tersebut. Udara di malam itu terasa sangat sejuk, lebih tepatnya mungkin lebih dingin dari biasanya. Ann yang hanya mengenakan kaos saat itu akan menjadi orang pertama yang akan merasakan betapa dinginnya malam itu. Badannya mulai sedikit gemetar, dengan refleks ia mengusap-usap tangannya yang mulai merasa kedinginan. Melihat hal tersebut terjadi pada Ann, laki-laki itu langsung memakaikan kemejanya pada Ann. Ann terkejut dengan hal tersebut, ia hanya diam terpaku melihat laki-laki itu. Saat itu juga, hati Ann merasa berdebar-debar karena ia bisa menatap wajah laki-laki itu dengan jarak yang sangat dekat.

"Seperti baru pertama kali bertemuku saja...-" laki-laki itu tertawa kecil melihat Ann yang ekspresinya sangat polos dan bingung itu.

"Udah ngga dingin kan? Tunggu ya..lihat sekelilingmu nanti, pasti kau akan suka" ia tersenyum dengan sangat manis.

Tak lama setelah ia mengucapkan hal tersebut, lampu di sekililing taman tersebut menyala. Melihat pemandangan tersebut, Ann merasa sangat takjub dan terkesima dengan lampu-lampu itu. Begitu indahnya bisa mendapatkan pemandangan seperti ini di malam hari yang sangat dingin. Ditambah dengan lampu yang menyoroti bunga-bunga di sekeliling taman itu, membuat pemandangan menjadi semakin indah. Mata Ann terlihat begitu berbinar-binar melihat pemandangan tersebut. Tanpa ia sadari, laki-laki tersebut tersenyum begitu hangat melihat Ann yang bahagia seperti itu. Laki-laki itu begitu senang melihat Ann senang, seperti layaknya pasangan, saling mengisi kebahagiaan satu sama lain. Saat itu terasa begitu indah, sampai di satu titik Ann mulai merasa janggal. Ia begitu bahagia saat itu, padahal ia baru saja mengalami kejadian yang begitu berat. Pandangannya buram, ia memandang ke bawah dan menyadari bahwa ini semua hanyalah fana. Ia baru menyadari ini hanyalah mimpi, inilah yang ia butuhkan sekarang, tapi ini hanyalah mimpi.

"Kau terlihat sedih lagi, Ann..aku tahu apa yang terjadi denganmu.." laki laki itu meraih tangan Ann dan menggenggamnya dengan erat. Tangan laki-laki itu begitu hangat, persis seperti yang ia inginkan.

"Kau tahu apa!? Kau tak tahu apa yang aku alami...." air mata mulai mengalir dari mata Ann, ia menangis sampai terisak-isak. Laki-laki itu hanya terdiam sembari menggenggam tangan Ann. Lalu perlahan ia memeluk Ann dan mengelus pundaknya dengan sangat pelan. Laki-laki itu mencoba untuk menenangkan Ann.

"Aku memang tidak tahu apa-apa, Ann...kamu yang paling paham dengan situasimu saat ini..tapi perlu kamu ketahui Ann, kamu tak perlu melalui ini sendirian...aku disini.."

"Dan juga..mungkin kamu tak menyadarinya..coba lihatlah sekelilingmu...mungkin teman dekatmu ingin membantumu, Ann...tapi kamu hanya terus menghindar dari mereka..terimalah kalau kamu juga membutuhkan bantuan dari orang lain, Ann.."

Ann terdiam mendengar kata-kata tersebut. Ia seperti terkena tamparan saat itu juga. Kata-kata tersebut membuat pikirannya menjadi lebih terbuka lagi. Memang, tak jarang teman dekatnya menawarkan ia bantuan. Mereka selalu mendekat ke Ann dan menanyakan apakah ia baik-baik saja atau tidak. Mereka selalu ada di sisi Ann tanpa perlu Ann mengatakannya. Mereka seperti memahami bahwa Ann butuh untuk ditemani. Namun ia selalu menghindar dari teman-temannya. Ia merasa bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak membutuhkan bantuan dari siapapun. Walaupun sebenarnya dalam dirinya ia berteriak begitu kencang, berteriak untuk meminta tolong namun hanya dirinya saja yang bisa mendengarnya. Ann merasa bahwa dirinya begitu kejam karena ia tidak mau mendengarkan apa yang sebenarnya ia butuhkan. Ia tak mau mengakui bahwa dirinya membutuhkan pertolongan dan ia tidak mau memperdulikan emosinya atau bahkan dirinya sendiri. Memang, tak mudah untuk berubah drastis saat itu juga. Tapi, ia percaya kalau ia melangkah sedikit demi sedikit ia pasti bisa maju. Tak perlu berlari kalau saat itu ia belum bisa berlari, hanya cukup melangkah dengan sangat pelan. Karena ia tahu ia belum mampu untuk bergerak lebih.

Tak lama semua yang ada di sekelilingnya memudar, perlahan laki-laki tersebut juga menghilang seperti layaknya debu yang menghilang begitu saja. Laki-laki tersebut sempat tersenyum ketika mereka akan berpisah, dan ia mengeluarkan sedikit air mata saat dirinya akan menghilang. Ann tak bisa meraih laki-laki tersebut lagi. Seketika sekeliling Ann berubah menjadi latar yang putih kosong dan ia melihat dirinya sendiri dari kejauhan sedang tertidur lelap. Ann berlari dan meraih tubuhnya sendiri. Ketika ia sudah berhasil meraih tubuhnya, pada saat itu juga ia terbangun dari mimpinya.

Ann terbangun dengan napas yang terengah-engah seperti orang habis lari marathon. Ia melihat sekelilingnya, ternyata suasana kamar seperti biasanya. Hari sudah pagi dan jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Hari itu hari sabtu, jadi hari ini Ann libur. Ia melihat lengannya yang masih ada bekas sayatan itu. Ia kemudian perlahan mengelus bekas sayatannya.

"Maaf diriku...maaf kalau aku melukaimu..."

***

I'll Always be by your sideWhere stories live. Discover now