Bab 15 : Ab Imo Pectore (18+!)

1.1K 139 10
                                    

Jessi, Terry, dan Kai masih sibuk berkutat dengan buku-buku tentang pemerintahan dan sejenisnya padahal sudah pukul 10 malam. Tentu saja, mereka adalah generasi selanjutnya yang akan menjadi pemimpin klan Byal Fang, entah dari keluarga Gabriel ataupun keluarga Raphael.

Lilin-lilin kecil wangi yang menerangi ruang belajar mereka perlahan mulai habis. Kai sudah tertidur di atas bukunya, Jessi masih fokus membaca, sementara Terry hanya terdiam menatap salah satu lilin. Ia teringat mendiang ibunya, ya, Terry sangat merindukan wanita itu. Sekarang yang mengambil peran sebagai ibunya adalah Nyonya Gabriela, bibinya.

"Terry, kau mengantuk?" Jessi menegurnya, Terry terkejut dan hampir menjatuhkan pena di genggamannya.

"Ahaha, kurasa iya." Jawabannya terdengar sangat canggung, Jessi sebenarnya tidak yakin, tapi ia memilih untuk mempercayai Terry saja.

.

Sudah dua minggu tiga hari semenjak Steve dan Daniel resmi menikah, keduanya baik-baik saja dan terkadang tanpa sadar, interaksi mereka yang biasa jadi terlihat manis karena Daniel yang terkenal dingin akan jadi sedikit cerewet saat bersama Steve.

Steve selalu ambil bagian saat menyiapkan makanan, entah itu sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Yah, tidak begitu banyak jenis makanan yang bisa ia masak, tapi lumayan. Terkadang ia menghidangkan makanan Korea dan membuat heran seisi meja makan, kecuali Daniel tentunya. Steve hanya berkata bahwa ia menemukan resep baru.

Steve tidak sungkan ikut berkebun, beres-beres, bahkan turun ke sungai untuk mencuci pakaian atau sekedar bermain dengan anak-anak kecil dan sering mengajak Daniel juga Jay. Para pelayan terkadang takut bahwa kepala pelayan dan kepala pengurus kediaman keluarga Christian akan marah ketika tau bahwa Tuan Muda Steve ikut mengerjakan ini itu.

Tapi bahkan kepala pelayan dan kepala pengurus mansion tidak marah sama sekali karena mereka mulai mengenal Steve yang memang periang dan baik. Tuan dan Nyonya Christian juga tidak mempermasalahkan hal itu, kebebasan adalah hak Steve juga selama itu tidak melanggar peraturan klan.

Malam ini adalah purnama, sangat besar dan pendar cahaya birunya sangat menyejukkan mata. Steve bersiap akan tidur ketika Daniel keluar dari kamar mandi dengan keadaan top-less, Steve sudah sering melihat Daniel seperti itu tapi dirinya masih tidak terbiasa, jantungnya selalu berdegup dengan kencang seakan melompat keluar.

Steve terus bergerak di atas kasur mencari posisi yang nyaman. Sebenarnya bukan masalah posisi tidurnya, tapi entah mengapa sejak pagi tadi tubuhnya terasa tidak nyaman. Setelah mengingat-ingat lagi, Steve meneguk ludahnya kasar. Minggu ini siklus rut-nya!

Ia melirik Daniel yang selesai berpiyama dan mulai menaiki ranjang, Steve berusaha mengontrol ekspresinya dan sebisa mungkin menekan aromanya. Berani sumpah, menekan hasratnya adalah hal yang menyakitkan, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan diri dan pikirannya. Tidak mungkin juga ia 'menyerang' Daniel, karena Alpha-nya itu jelas lebih kuat.

Setelah Daniel berbaring dengan piyama sutra biru langit yang tampak nyaman, Steve mencoba berbasa-basi dengan Daniel, mengobrol ringan guna mengalihkan fikirannya dari hasrat yang melonjak.

"Yeonjun hyung?" Panggil Steve. Keduanya memutuskan untuk memanggil satu sama lain dengan nama lahir jika sedang berdua saja, seperti sekarang misalnya. Daniel hanya berdehem lembut menyahuti panggilan Steve, matanya sudah tertutup. "Hyung sudah mengantuk?" Tanya Steve, Daniel membuka matanya lagi. Ia fikir mungkin ada yang ingin Steve bicarakan.

"Belum begitu mengantuk, ada apa?" Daniel menoleh, mendapati Steve menatapnya intens. Steve jadi bingung ingin membicarakan apa, kemudiam terlintas di benaknya tentang ramalan untuk menyelamatkan hidup Daniel.

"Hyung, apa energi kehidupanku sudah diserap semenjak kita resmi menikah?" Tanya Steve, iseng. Daniel tampak agak terkejut, tapi sebisa mungkin ia segera mengontrol ekspresinya.

"Hm, tentu tidak sebelum melakukan hubungan suami-istri. Tapi aku tidak akan memaksa jika kamu belum siap, lagipula ini menyangkut hidupmu." Jawab Daniel, ia mengalihkan pandangannya dari Steve, jujur saja dia salah tingkah. Steve tampak menyesal menanyakan hal itu sebab hasratnya makin menjadi. Keheningan lama menyelimuti keduanya sebelum Steve memutuskan memulainya duluan.

Perlahan ia duduk di atas tubuh Daniel, menatap mata rubah itu dengan polos, dan mengusap rahang tegas Daniel dengan sensual. Sensasi saat rut memanglah gila. Daniel terkejut, ia bingung mengapa Steve melakukan hal ini?

"Soobin, sedang apa kamu?" Daniel berusaha duduk dengan Steve di pangkuannya, menahan agar pemuda itu tidak jatuh.

"Hyung, tolong..." Suara Steve terdengar parau, tatapannya sayu sungguh menggugah Daniel. Melihat kondisi itu, Daniel paham apa yang dimaksud Steve tapi Daniel masih ragu.

"Tapi Soobin, ini me-"

"I know that! Aku tau, hyung... Aku tau resikonya, aku juga sangat sangat sadar mengatakan ini." Wajah Steve memerah, memang, kesadarannya masih dalam kendalinya. Daniel menghela nafas mempersiapkan diri, ia mengangguk kecil tanda mengiyakan permintaan Steve.

Perlahan, Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Steve lembut. Ia membaringkan Steve, mengukungnya dengan kokoh, menatap dalam mata Steve meminta izin yang tentu saja diangguki. Daniel mulai memberi banyak ruam di leher jenjang Steve, perlahan turun ke dada dan melepas piyama pemuda dalam kungkungannya.

Suara-suara yang membangkitkan hasrat meluncur dengan mulusnya dari bibir Steve. Tangannya tidak bisa diam, dengan mengikuti naluri menjambak pelan rambut Daniel. Ketika Daniel menjauhkan wajahnya, terdengar desah kecewa dari Steve disertai bibir yang dimanyunkan. Daniel terkekeh, tidak tau jika Steve masih bisa berlaku imut saat hasratnya sedang memuncak.

"Can I?" Bisik Daniel, tatapannya tampak lapar tapi penuh ketenangan.

"I'm yours, hyung. Ab imo pectore." Jawab Steve dengan lirih, pandangannya sayu dan jernih. Mendengar jawaban itu, Daniel tersenyum lebar.

.

"Ugh, sakit-!" Rintih Steve ketika kelamin Daniel semakin besar saat sedang knoting di dalamnya.

"Sebentar lagi, hm?" Daniel sebenarnya tidak tega melihat Steve yang gelisah karena kesakitan, maka ia memilih mengecupi wajah Steve dengan sayang untuk menenangkannya. Ketika knoting hampir selesai, Daniel mengeratkan pelukannya pada Steve dan mendesah lega ketika selesai. Ia berniat menarik kejantanannya, tapi Steve menggeleng.

"Biarkan saja, ayo peluk aku." Steve berbicara lirih sambil memegangi lengan Daniel yang mengukungnya. Daniel terkekeh, ia menyelimuti keduanya dan berbaring sembari memeluk Steve. Tubuh keduanya terasa lengket karena keringat setelah malam panas yang mereka lakukan selama dua jam.

"Tidak ingin mandi dulu?" Tanya Daniel, Steve semakin menyamankan diri bersembunyi di dada Daniel dan menggeleng.

"Tidak, besok pagi saja." Jawabnya, tak lama terdengar dengkuran halus tanda Steve sudah tertidur. Daniel pun menyusulnya, pelukannya semakin erat seakan Steve akan diculik jika ia tidak memeluk pemuda itu dengan erat.

.

"Wow, mereka sungguh melakukannya?"

To Be Continued

What the heck that I write?! 😭

Nb :
Ab Imo Pectore (Bahasa Latin) = From the bottom of my heart / Dari dasar lubuk hatiku

It's Not System (YeonBin AU) - [END]Where stories live. Discover now