Epilog II : Kembalinya Steve

739 122 2
                                    

Beberapa jam setelah kepergian rombongan Daniel, peti Steve retak dan terbuka. Tampak bayangan putih mengangkat Steve keluar dari sana, dari siluetnya, bayangan putih itu adalah wanita bertubuh semampai dan anggun. Wanita itu membaringkan Steve di atas air danau Mata Air Suci sementara ia duduk di sampingnya. Ya, Steve terbaring di atas air diantara teratai yang sedang mekar.

Samar-samar, tampak bayangan anggun itu tersenyum dan kemudian perlahan, tampaklah wujud asli dari bayangan putih itu. Seorang wanita paruh baya yang cantik dan anggun, dengan rambut gelombang sepunggung, dan sebuah tiara kecil sederhana bertengger elok di kepalanya. Ia membelai lembut wajah Steve, senyumnya tampak tulus. Kemudian wanita itu meletakkan tangannya di atas dada kiri Steve, tepat dimana jantung pemuda itu berada. Perlahan tubuh Steve mulai terasa hangat lagi, luka-lukanya sembuh sempurna, dan kulitnya tak lagi pucat. Deru nafas pelan yang tenang beradu dengan denyut jantung terdengar, wajah yang tadi pucat, kini bersemu lagi.

"Nak, wajahmu mirip sekali dengan sepupuku, Lee Minhyuk." Gumam wanita itu, ia mengecup pipi Steve dengan sayang. Bulu mata Steve tampak bergetar, pemuda itu kemudian membuka mata, tapi segera menutupn lagi karena silaunya cahaya matahari.

"S-silau..." Ujar Steve pelan. Suaranya sedikit serak karena tenggorokannya kering dan lama tidak berbicara.

"Syukurlah kamu sudah sadar." Suara wanita itu membuat Steve terkejut. Masih dengan menutup mata, ia menengok ke arah suara tadi berasal dan sedikit memicingkan mata.

"Siapa k-kamu?" Tanya Steve.

"Sebelum ku jawab, mari pindah ke tempat yang lebih kering." Wanita itu mengangkat Steve lagi dan mendudukkannya di bawah sebuah pohon rindang meski daunnya sudah kering semua.

Steve masih tampak kebingungan, ia celingukan melihat sekitar, menurutnya aneh. Tempat ini tandus tetapi memiliki bukit hijau dan sebuah danau mata air dengan air terjunnya sekalian.

"Minumlah dulu." Wanita cantik itu menyodorkan sebuah daun teratai yang cukup besar berisikan air dari danau. Rupanya saat Steve sibuk memerhatikan sekitar, wanita itu mengambilkan air untuknya. Awalnya Steve ragu untuk meminumnya, tapi senyum wanita itu tampak tulus, Steve jadi tidak tega. Ia akhirnya menandaskan air di daun itu.

"Nyonya, maaf jika saya lancang. Tapi apakah saya boleh tau anda siapa? Kenapa repot-repot berbaik hati menolong saya?" Steve bertanya dengan ragu. Wanita tadi terkekeh kecil, ia kemudian duduk di samping Steve, mensejajarkan posisi dengan pemuda Alpha itu.

"Ah, bagaimana ini? Menantuku tidak mengenali ibu mertuanya sendiri." Wajah wanita tampak kecewa, tentu saja dibuat-buat. Steve semakin kebingungan. Tidak mungkin kan wanita ini adalah roh dari mendiang ibu kandung Daniel?

"M-maksudnya?" Dahi Steve mengerut.

"Aku Han Jiseo, Choi Jiseo. Ibu kandung dari Choi Yeonjun." Wanita bernama Jiyeo itu tersenyum. Steve terbelalak kaget dan sontak sedikit menjauh. Benar pikirannya, wanita ini adalah roh ibu kandung Daniel.

"Ja-jadi... Nyonya ini adalah-"

"Hahaha, bukan, bukan. Aku bukan hantu tau. Mana ada wanita secantik aku menjadi hantu? Hahahaha!" Tawa Jiyeo lepas, merasa lucu dengan tingkah Steve. "Tapi, sungguh. Aku bukan hantu atau roh atau semacamnya. Aku adalah dewi penjaga tempat ini, karena itulah Mata Air Suci dan bukit itu tetap terjaga keindahannya meski sekitarnya tandus." Jiyeo menggeser duduknya mendekati Steve.

"Dewi penjaga? Lalu... Mengapa Daniel berkata bahwa ibunya sudah tiada?" Kepala Steve sakit memikirkan semua ini.

"Benar, aku memang meninggal ketika melahirkan Yeonjun. Aku dimakamkam disini juga. Dulu tempat ini tidak seperti ini, tidak ada tanah gersang dan tandus, semuanya asri, bunga bermekaran dimana-mana, dan rumput hijau menghampar seperti permadani. Saat itu ada seorang kakek tua yang menjaga tempat ini, ia hanya akan terlihat saat purnama, selebihnya ia akan bersembunyi di balik air terjun. Dia yang membuat jantungku berdenyut kembali dan aku hidup lagi.

Kakek itu biasa ku panggil Kakek Yoo. Ia merawatku hingga aku benar-benar pulih. Aku sangat senang dan berencana akan kembali ke klan Hwanggeum Gumiho. Tapi Kakek Yoo berkata, aku tidak akan bisa kembali bersama keluargaku karena sudah terdapat perbedaan diantara kami. Mereka belum pernah mati, sementara aku adalah makhluk yang kembali dari kematian. Tentu saja semua tidak akan sama. Jika aku memaksa kembali, maka Kakek Yoo akan menjadi tumbal. Karena yang ia gunakan untuk menghidupkanku lagi adalah separuh nyawa dan tenaga dalamnya. Maka dari itu, aku tetap disini, bersembunyi di balik air terjun, dan bersama Kakek Yoo menjaga tempat ini.

Sampai suatu hari, Kakek Yoo merasa bahwa usianya tidak akan panjang lagi. Ia memintaku menjadi dewi yang menjaga tempat ini dengan syarat jangan menunjukkan diri pada siapapun. Karena jika da yang tau aku bahwa aku hidup kembali, akibatnya akan fatal. Salah satunya adalah kerusakan tempat ini. Semua tau, bahwa penjaga Mata Air Suci adalah seorang yang berilmu tinggi dan 'harta' berharga meski mereka hanya dikenal lewat legenda. Jika sampai ada yang berusaha menyerang penjaga Mata Air Suci, sama saja artinya dengan merusak tempat penuh energi murni ini.

Dan alasan mengapa sebagiannya menjadi tandus adalah ketika terjadi penyerangan oleh serigala wilayah barat. Mereka berniat menguasai tempat ini, aku pun terpaksa menampakan diri padahal Kakek Yoo sudah melarang. Saat itulah, mereka saling membunuh satu sama lain dan berusaha membuatku sebagai tawanan. Kakek Yoo ikut melawan, tapi usianya yang senja membuatnya tumbang dalam beberapa serangan. Aku terluka parah, dan membuat sebagian tempat ini menjadi tandus. Berlari sembunyi di balik air terjun adalah satu-satunya cara. Mereka berusaha mengejarku tapi berakhir mengenaskan karena klan Naga Langit mengejar mereka dan melemparkan mereka ke jurang di balik bukit." Jiyeo bercerita panjang lebar sementara Steve setia mendengarkan.

Stebe tidak bisa berkata-kata. Ia senang bertemu ibu mertuanya, tetapi juga sedih karena tidak bisa membawa wanita itu bertemu putranya lagi.

"Ibu... Apa Ibu merindukan Yeonjun?" Tanya Steve.

"Tentu saja. Tapi aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh. Aku tidak akan bisa melepasnya jika aku melihatnya dari dekat. Aku... Tidak mau dia berakhir sepertiku." Jiyeo tersenyum, tatapannya sendu. Ia kemudian melihat ke arah danau, terdapat sebuah teratai berukuran raksasa berwarna kebiruan, cantik tetapi misterius. Steve ikut memandang ke arah teratai itu. "Karena itulah, ketika rombongan Yeonjun singgah disini, aku tidak menampakkan diriku meski sangat ingin memeluk putraku itu." Steve tanpa segan memeluk Jiyeo.

"Teratai itu... Besar sekali." Gumamnya yang di dengar Jiyeo.

"Ya, itu adalah tempat peristirahatan terakhir Kakek Yoo." Jiyeo melihat ke arah Steve yang sudah melepas pelukannya. "Nak Soobin, apa kamu ingin kembali pada Yeonjun dan yang lainnya?" Tanya Jiyeo. Steve tidak terkejut ketika Jiyeo memanggil nama lahirnya, bukankah selama ini Jiyeo selalu memperhatikan Daniel yang berarti juga memperhatikan Steve?

"Tapi... Bukankah Ibu akan mati jika aku jauh dari Ibu? Nyawaku ini... Bukankah ini milik Ibu?" Steve berujar ragu. Jiyeo tersentuh hatinya, pemuda ini memang tepat untuk putranya.

"Aku tau. Tapi ku rasa aku sudah hidup sangat lama. Aku ingin melakukan kebaikan untuk terkhir kalinya." Jawab Jiyeo. Steve menangis, ia memeluk Jiyeo erat-erat.

"Terima kasih, Bu, dan maaf karena aku egois."

"Ssst! Kamu tidak egois, ini keinginanku sendiri." Jiyeo mengusap rambut Steve penuh sayang.

"Terima kasih, Bu, terima kasih."

.

Beberapa tahun lamanya, Steve tinggal bersama Jiyeo di balik air terjun. Selain memulihkan luka, ia juga ingin berbakti pada ibu mertuanya. Mereka sering mengunjungi teratai Kakek Yoo, membersihkannya, dan sebagainya. Steve merasa senang dan aman.

"Nak, kamu sudah persiapkan semuanya?"

"Sudah, Bu. Tapi..."

"Tidak ada tapi, beberapa hari lagi kamu berangkat."

"Baik, Bu. Terima kasih, dan... Maaf."

To Be Continued

.

.

.

Saya pribadi suka sama karakter ibunya Yeonjun. Karena saat ngetik ini saya membayangkan ibu saya, yeah, she would do anything for me and so kindhearted:")

Love your mother. Without mother, we never see the world.

Paypay reader-nim~

It's Not System (YeonBin AU) - [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora