Danton, My Destiny 7 | Prepare

4.2K 379 7
                                    

Tinggal menghitung hari bahkan jam menuju hari dimana statusku akan menjadi seorang istri dari seorang prajurit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggal menghitung hari bahkan jam menuju hari dimana statusku akan menjadi seorang istri dari seorang prajurit. Rasa gugup dan takut terus menghantui pikiranku. Pikiran negatif terus bercabang tiap harinya. Apakah aku kuat menjadi seorang Ibu Persit seperti Mama?

Aku mendesah lelah. Aku butuh kakakku untuk menceritakan keluh kesahku ini. Biarpun ia seorang laki-laki tapi dia sangat mengerti aku. Aku berharap semoga Danton nantinya akan seperti Kak Raffa yang mengerti aku juga.

TOK! TOK! TOK!

Siapa yang mengetuk pintu kamar batinku. Jika itu Bagas atau Om Arga sudah pasti ia akan langsung berbicara di depan pintu. Jika itu Mama pasti langsung membuka pintu kamarku. Fyi saja aku jarang mengunci pintu kamarku.

"Ate Ayya ini Aca (Tante Ayya Ini Aca)." Aku langsung melompat dari ranjangku, berlekas membukakan pintu pada pemilik suara mungil di depan pintu kamarku. Ku lihat anak perempuan manis tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Aku berjongkok menyamakan tingginya, "Asya sama siapa kesini?" Asya adalah keponakan Danton dan sebentar lagi keponakan ku juga. Dia anak dari Mba Syifa. Tiga hari yang lalu adalah pertemuan pertamaku dengan keluarga Danton, termasuk si kecil manis yang cepat akrab dengan siapapun.

"Aca kesini sama Om Bagas sama Abang juga." Ah adik tampanku memang cepat sekali mengambil hati anak kecil.

Aku langsung menggendong anak kecil berusia empat tahun ini ke dalam kamarku. Aku mendudukkannya di atas ranjangku. "Terus Abang dimana?"

"Abang sama Om Bagas Om Gaga main. Jadi Oma bilang Aca ke kamar Ate aja. (Gaga : Arga, Ate : Tante)"

Aku mengangguk saja, untung keponakan cantikku ini datang. Setidaknya mengurangi rasa bosan, gugup dan nano-nanoku. Asya terus mengoceh menceritakan apapun yang menurutnya menarik, termasuk tentang Om nya-Yudha Aryasatya.

"Ate Ayya tau nggak?" Aku menoleh padanya, "Om Yudha kadang suka nangis kalo ke makam nenek." Sisi ini lah yang belum pernah ku lihat secara langsung. Aku sudah tahu garis besar bahwa Danton adalah seorang anak yatim piatu. Aku mengerti bagaimana rasa kehilangan walau dalam konteks yang berbeda. Memikirkannya saja membuatku ingin menangis.

"KAK RAYYA, ACA DISURUH MAKAN SAMA MAMA!" Jantungku hampir melompat dari tempatnya. Suara menggelegar di depan kamarku membuat jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Mengganggu hawa-hawa sedih saja.

"Ate ayo! Aca keppo Oma masakin Aca apa," katanya yang menggandeng tanganku.

Kedua keponakan Danton sangat senang berinteraksi dengan Mama. Katanya Oma gaul. Berhubung Mama belum mempunyai cucu, Mama juga senang dengan kedatangan keponakan Danton ini-Arsen dan Asya. Bahkan semenjak pertemuan pertama kali, Mama meminta Mba Syifa untuk membiarkan Arsen dan Asya tinggal dirumah sampai hari pernikahan.

"Asya Oma bikin cream soup jagung. Oma jamin Asya suka." Ah, Mama bersemangat sekali.

"Arsen nggak suka cream soup," kata anak laki-laki berusia enam tahun dengan bulu mata lentiknya.

Danton, My Destiny [Terbit di Google Playbooks]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang