Poin Nomor 2

19 2 0
                                    

Tiana turun dari angkot, lalu melanjutkan ke sekolah dengan berjalan kaki. Jaraknya tak begitu jauh dari sekolah, ada beberapa anak sekolahan juga yang melakukan hal yang sama seperti Tiana. Tersisa waktu setengah jam lagi sebelum bel masuk. Maka Tiana dapat berjalan dengan santai. Namun, suara klakson mobil dari belakang membuat ketenangan Tiana buyar. Dalam hitungan detik mobil itu berada di samping Tiana. Dari jendela mobil yang terbuka, Tiana dapat melihat wajah menyebalkan Sepan yang menoleh padanya.

"Eh, Cewek Aspal! Berhenti lo!"

"Aku mau cepat sampai ke sekolah. Ada tugas piket," sahut Tiana tetap tak berhenti.

"Lo lupa point kedua?"

Tiana menghela napas, lalu menghentikan langkahnya. Bersamaan dengan itu mobil Sepan juga berhenti.

"Masuk!"

Tiana menoleh tak percaya. "Apa? Masuk ke mobil kamu?"

"Ya jelas masuk ke mobil gue lah. Lo kira masuk mana? Got? Lubang buaya?"

"Aku bisa jalan sampai sekolah, Sepan. Nggak perlu bantuanmu."

"Cih, makhluk nggak tau diri bisa juga geer. Gue nggak niat mau bantu lo. Gue ada tugas buat lo. Cepetan masuk!" cerca Sepan tak berperasaan.

Tiana menatap tajam, tapi tangannya meraih knop pintu mobil dan membukanya. Tiana masuk ke dalam segera. Sepan kembali menjalankan mobilnya.

"Gue mau mulai sekarang lo bawain tas gue ke kelas."

Tiana kaget mendengar permintaan Sepan. "Apa?! Sepan, kamu keterlaluan. Apa kata anak-anak nanti kalau lihat aku bawain tas kamu. Mereka bisa menuduh yang macam-macam. Juga menghina aku," protes Tiana.

"Ya gampang. Mereka juga nggak mungkin tebak lo itu pacar gue. Secara ... bayangin aja cewek modelan kayak elu pacaran sama gue. Nggak level. Kalau mereka anggap lo babu ya  ... Fine aja." ucap Sepan terkekeh.

Tiana menghela napasnya sabar. "Sepan, kamu adalah satu-satunya cowok menyebalkan yang pernah aku temui dalam hidupku."

"Tapi gue ganteng, tajir, penuh pesona, dan banyak yang suka."

"Sekalipun hal yang mustahil itu terjadi. Kamu tiba-tiba suka sama cewek kayak aku ... jangan harap aku mau sama kamu. Karena ... sesuatu yang ada di depan kita nggak akan tau," ucap Tiana menatap tajam ke sampingnya.

Sepan tertawa keras. Memukul-mukul stir mobilnya saking konyolnya ucapan Tiana. "Ahahahaha ... aduhh ... babu gue emang pinter berkata-kata. Gue akuin untuk percaya diri lo keren. Tapi sayangnya itu kelebihan, Sayang. Yang ada gue jijik kalau itu terjadi. Jangan halu deh."

"Liat aja nanti," sahut Tiana menyudahi ucapannya.

Mobil Sepan memasuki area parkiran.  Bersamaan dengan itu Ilham baru datang dengan motornya. Sepan memarkirkan mobil di tempat biasa ia menempatkan mobil dan motor kesayangannya. Tak ada yang berani merebut tempat parkir Kaum Cogan.

Sepan keluar dari mobil, bersamaan dengan Tiana yang juga keluar. Para siswa dan siswi yang kebetulan melihat hal itu, sontak mulai berasumsi pada teman-teman di sampingnya. Bagaimana tidak, baru pertama kali Sepan membawa cewek dengan mobilnya. Namun, asumsi keheranan dan kekaguman itu sirna, begitu Sepan dengan seenak jidat melempar tas hitamnya ke arah Tiana. Maka dengan sigap Tiana menyambutnya. Tiana hampir mengumpat setelahnya.

Septiana [COMPLETED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant