PESTA DEREN

12 2 0
                                    

Tiana berjalan menuju halte depan. Tiba-tiba ada suara klakson motor dari belakang. Tiana tersentak dan menoleh. Ternyata itu Ilham yang berhenti di samping Tiana dengan motornya.

"Na, gue antar, yuk!"

"Gapapa, Kak Ilham. Aku bisa naik halte aja."

"Kan lumayan hemat biaya. Kamu mau langsung ke kafe? Aku anterin."

"Hari ini libur sih. Soalnya cuma buka pagi sampai siang aja tadi, makanya aku nggam kerja hari ini," sahut Tiana.

"Ya udah aku antar ke rumah. Jangan nolak, Na. Nggak enak," gurau Ilham.

Tiana tersenyum, lalu mengangguk. "Ya udah aku ikut." Tiana naik ke motor Ilham.

Di perjalanan pulang, Ilham mencuri kesempatan untuk mengutarakan maksudnya sedari tadi. Sebelum Sepan mendahuluinya pasti.

"Na!"

"Iya, Kak?"

"Kamu diundang sama Deren ke pesta ulangtahunnya, kan?"

"Iya, diundang kok."

"Bareng gue, ya. Sekalian temenin gue cari kado dulu nanti sorenya. Kan hari minggu."

Tiana terdiam sebentar, ia mengingat Sepan tiba-tiba. Entahlah wajah Sepan tiba-tiba saja terbayang di benaknya. Jika mereka tidak berdebat tadi, mungkin Sepan akan mengajaknya ke pesta bersama.

"Tiana?"

"Oh, iya. Oke deh, Kak. Bisa kok, nanti jemput aja. Tapi tunggu chat dari aku, ya. Soalnya kalau ada Bapak di rumah, aku nggak bakal dibolehin pergi ke sana."

"Oke siap. Nanti chat aja gue dulu. Semoga Bapak kamu nggak ada di rumah dulu deh. Hehe."

"Hmm."

Tiana terdiam setelahnya, membiarkan hembusan angin yang berlawanan arah menerpa wajahnya. Pikirannya kalut dan bercabang. Apakah tindakan yang ia lakukan sekarang adalah kebenaran?

***

Sepan mengeringkan rambutnya dengan handuk. Memeriksa pesan masuk beruntun di ponselnya. Sudah ia duga itu pesan dari siapa.

Deren K.C

Sep, lo datang ke ultah gue, kan?

Eh, lu harus datang pokoknya.

Bawa hadiah yang gede

Sep, lo ke sini sama siapa?

Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus datang. Kalau enggak, lo-gue end!

Ecamkan itu!

Sepan menghela napas dan menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Sepan berjalan menuju lemari baju dan mengambil baju kaus hitam, jaket cokelat, dan jeans hitam sobek-sobek di bagian lutut dan betisnya. Usai mengenakan pakaian, Sepan berjalan menuju cermin untuk menata rambutnya.

"Kira-kira Tiana datang nggak, ya? Mana dia marah lagi sama gue. Gue yakin ini ada sangkut pautnya sama Anita."

"Pokoknya gue harus jelasin semuanya dan dapetin Tiana. Gue nggak mau gagal raih cinta gue."

Di sisi lain, Tiana tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gaun panjang berwarna peach yang ia kenakan kepunyaan almarhuma ibunya. Tiana menatap sendu tampilan dirinya, tersenyum manis ketika teringat kembali masa-masa dulu.

Septiana [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang