02. HUKUMAN

6 0 1
                                    

Happy Reading 🌻

Kelas kini tampak sangat sunyi, semua tengah sibuk mencari jawaban dari soal ulangan di hadapan mereka sekarang.

Mereka semua berusaha semaksimal mungkin untuk menjawab setiap soal ulangan di hadapan mereka kini. Tanpa sengaja Gea salah menandai jawaban di kertas ulangannya, Gea mencari penghapus di kotak pensinya, tetapi tidak ada. Gea lupa membawanya.

Gea melirik ke meja Gibran, mengembangkan senyumnya saat matanya menangkap ada penghapus di sana. "Gibran," Panggil Gea yang sama sekali tidak di gubris.

"Gibran woi," Panggil Gea lagi.

"Hm?" Gibran hanya berdehem tanpa menoleh sedikitpun dari kertasnya.

Gea mengembangkan senyumnya, senang akhirnya Gibran merespon. "Pinjem penghapus," Pinta Gea tapi Gibran masih fokus dengan soalnya.

Senyum di bibir Gea seketika luntur dengan kelakuan menyebalkan Gibran. Dirinya hanya meminjam sebentar bukan untuk selamanya."Sst, gibran!! Mr Ex!!," Panggil Gea dengan nada yang lebih tinggi.

"Gue pake," Jawab Gibran yang masih fokus dengan kertas di depannya.

"Ya tapi kan itu lo lagi gak pake, bentaran doang gue perlu," Ucap Gea geram.

"Urusan gue?" Jawab Gibran.

"Pelit banget sih lo jadi manusia," Ucap Gea yang sudah lelah dengan kelakuan teman sebangkunya.

Bu Arini mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, memastikan tidak ada siswa yang tengah menyontek saat ini. Hingga pandangannya jatuh pada dua insan yang kini tampak tengah berbicara di matanya, Bu Arini menatap tajam dua manusia yang tengah berinteraksi tersebut."Kalian berdua, sudah saya bilang tidak boleh ada yang berdiskusi kan? Sekarang tinggalkan kertas kalian, silahkan keluar dan berdiri di depan kelas,"

Gea membelalakkan matanya saat Bu Arini kini tengah menunjuk kearahnya dan Gibran."Tapi kami gak diskusi bu," Ucap Gea membela diri.

Bu Arini menatap Gea tajam, dimatanya mereka tetap tengah berbagi jawaban. "Saya melihat dengan mata saya Gea," Ucap Bu Arini tegas.

Gea lansung saja berdiri dengan ogah-ogahan, berjalan keluar sesuai dengan apa yang di perintahkan Bu Arini. Membela diri pun tidak ada gunanya.

Melihat hanya Gea yang keluar Bu Arini kembali menatap kearah Gibran yang masih setia duduk di kursinya dan kembali membaca soal. "Kamu Gibran? Tunggu apa lagi, cepat,"

Gibran mengalihkan perhatiannya kembali kearah Bu Arini, menunjuk dirinya sendiri. "Saya juga?"

"Saya kan tadi bilang berdua," Ucap Bu Arini menekankan kata 'berdua'.

Dengan raut yang tidak bersahabat dari salah satu diantara mereka, keduanya tampak berdiri di depan kelas, sedangkan Gea menampilkan raut biasa saja.

Gea melirik lelaki di sebelahnya yang kini tengah memasang ekspresi tidak bersahabat. "Sorry," Ucap Gea, bagaimanapun Gibran disini memang salahnya, Gea melirik kembali Gibran karena yang tidak mendapat respon.

"Gue gak di maafin?" Tanya Gea kesal, kembali tidak ada jawaban.

Gea mendengus saat Gibran tidak juga menjawab pertanyaannya. "Lagian sih lo, orang gue cuma pinjem penghapus doang. Kuburan lo sempit ntar," Ucap Gea kesal dan menyalahkan Gibran.

Gibran melirik sekilas gadis di sebelahnya. "Bisa di coret," Jawabnya singkat.

Gea menghembuskan nafasnya. "Masalahnya tu tadi gurunya bilang harus rapi, lo budek?" Jawab Gea.

Kuping Gibran rasanya sudah cukup panas mendengar ocehan gadis di sampingnya ini, sejak tadi terus mengoceh tentang banyak hal, Gibran hanya ingin menjalani hukumannya dengan tenang. "Lo bisa diem gak?" Gea mengerucutkan bibirnya mendengar pertanyaan Gibran.

HOLLA MR EX! (On Going)Where stories live. Discover now