19.

739 135 113
                                    

Happy Reading 💚

●●●

Malam hari yang tak pernah diinginkan Clara. Malam saat di mana acara dinnernya dengan Daniel akan segera terlaksana, dan naasnya Clara tidak menginginkan hal itu.

Mood Clara kian hancur saat dirinya mendengar teriakan lantang Saga yang mengatakan bahwa Daniel sudah menunggunya di bawah. Clara akhirnya turun dari lantai dua rumahnya---berjalan malas menemui Daniel.

"Eh, awas ya lo kalau sampai bikin adik gue nangis!"

"Enggak Bang, gue janji akan bikin dia bahagia malam ini."

Sebuah percakapan kecil itu samar didengar oleh Clara. Sambil membenahi dress baru yang tadi dibelikan oleh Saga, gadis itu menghentikan langkahnya sejenak.

"Inget, kalau sampai lo enggak bisa megang omongan lo barusan, gue bakal ancurin markas lo!"

Clara sedikit terbelalak, ucapan Saga yang terdengar dingin itu sarat akan ancaman. Bisa sangat menyenangkan sekaligus mengerikan jika abangnya itu benar-benar melakukan ancamannya.

Sagara Gavriel Alexo. Pria itu dulunya ketua dari geng yang terkenal dengan kekuatan dan ketangkasannya. Yaitu Orthros.

Saga sangat ditakuti oleh teman-temannya dulu-saat dia masih SMA---karena sikap keras dan ancaman senggol dikit bacok yang dimilikinya. Clara saja bisa sedikit berucap syukur dengan sifat kakaknya sekarang, yang lebih tenang dan tidak tempramental.

"Gue udah siap." Dua lelaki di depan pintu itu menoleh bersamaan.

Saga merutuki dalam hati, harusnya Clara berdandan lebih lama lagi. Atau kalau perlu berpura-pura ada urusan mendadak atau beralasan sakit sekalian. Tapi ini, adiknya itu berdandan lebih cepat dan parahnya nampak cantik pula.

"Malam, Clara!" sapa Daniel ramah sebelum senyumnya luntur karena pemandangan yang ia dapat.

"Baju dari gue enggak lo pakai?"

"Eng-"

"Baju lo enggak muat, gimana sih, kalau ngasih hadiah itu yang bener! Udah kotaknya merah kaya kotak seserahan manten, isinya enggak ada yang muat pula!"

Saga berjalan menuju meja di dekat dinding. Mengambil sebuah kotak di sana.

"Nih, gue balikin! Lain kali enggak usah ngasih Clara hadiah-hadiah segala, lo enggak kasih gituan gue juga bisa beliin apa yang dia mau, lo pikir gue sama bokap gue enggak punya duit?"

Clara menghela malas, sifat Saga yang dulu pernah tertanam kini kembali lagi karena Pria itu merasa kesal pada Daniel. Padahal sekali lagi, Clara sudah bersyukur sifat ketus, sombong, angkuh, dan menyebalkan Saga telah hilang seiring waktu berjalan.

"I-iya, Bang, gue minta maaf kalau lo enggak suka, lain kali gue enggak akan ngasih kaya gitu lagi. Yaudah, gue permisi dulu."

Hah? Bolehkah Clara tertawa? Melihat Daniel kikuk menerima kotak dari tangan Saga benar-benar terlihat konyol. Akhirnya, ada juga sosok kasat mata yang ditakuti lelaki itu.

"Yaudah, sono!"

Saga menepuk punggung Daniel sambil berbisik.

"Simpen baik-baik ancaman gue buat ngehancurin markas itu di otak lo! Siapa tau entar pas kejadian lo udah siap. Siap gue bikin babak belur!"

"Iya, Bang. Gue inget, kok." Daniel mengangguk mengerti.

Saga memasang senyum termanisnya. Pria itu lalu mempersilahkan Daniel mengajak Clara makan malam.

THEATER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang