BAB 1 : MEMBELI MESIN WAKTU

108K 10.3K 198
                                    

"Kenapa bibir berkata ikhlas, padahal di hati ngga!?"

Betapa mudahnya setiap sifat yang ada pada diri seseorang berubah-ubah.

Dia yang tadinya adalah pribadi yang hangat dan murah senyum, menjadi pribadi lain yang bahkan dirinya sendiri pun tak punya jawabannya.

Dia Sadam Adnan. Masih menjadi lelaki bertanggung jawab tapi kini tampak dingin dan tak tersentuh.

Banyak orang yang berlomba-lomba ingin menjadi sepertinya. Definisi kesempurnaan dalam hidup dari kacamata orang lain.

Tapi mereka tidak tahu bahwa do'a Sadam justru berbanding terbalik dari do'a mereka. Lelaki tampan nan kaya itu hanya ingin hidup sederhana dan hidup bahagia bersama dengan istri dan anak yang ia cintai.

Kita ingin menjadi orang lain, tapi orang lain menginginkan posisi kita. Rumit bukan?

Andai mereka tahu kunci bersyukur maka mereka akan menemukan harta karun terdamai dalam hidup.

Pukul 15.23

Sebentar lagi ia akan bertemu dengan istrinya. Ingin rasanya Sadam tersenyum untuk mengapresiasikan kebahagiaannya, tapi ia tidak bisa.

Hanya hatinya yang membuncah bahagia karena rindu.

Sadam terus mengerjakan pekerjaanya dengan cepat bahkan melewati jam makan siang nya seperti yang sudah-sudah. Jelas ia tidak akan peduli, karena melihat wajah bidadari surga nya saja sudah membuat dirinya kenyang.

Sampai getaran pada benda pipih disebelahnya mengalihkan fokus Sadam.

Air muka diwajah tampan Sadam jelas berubah di detik lelaki itu mendengar suara dari seseorang disebrang sana.

Tanpa salam apapun Sadam langsung mematikannya tidak peduli akan nilai kesopanan yang selama ini dirinya genggam.

Deru napas Sadam naik-turun dengan cepat. Secepat gerakannya yang langsung mengambil kunci mobil dan dompet di meja kerjanya lalu keluar dari ruangan bertuliskan General Manager.

Mengabaikan sahabatnya yang merangkap menjadi sekretaris pribadi nya juga beberapa karyawan yang memang akan bersiap-siap pulang.

Melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tetap safety meskipun dirinya dikuasai amarah yang bisa mengakibatkan dirinya kecelakaan, Sadam tetap mengingat ada keluarga yang harus ia bahagiakan menunggu kedatangannya.

Getaran di ponselnya kembali terdengar sebanyak empat kali, sama sekali tidak Sadam hiraukan. Id penelpon yang sama tertera nama BUNDA.

Sadam tahu malaikat akan mencatatnya sebagai dosa kepada orang tua, tapi sungguh otak nya sama sekali tidak dapat memikirkan berapa banyak lagi jalan keluar yang harus ia tempuh untuk setiap masalah-masalahnya.

Seringkali Sadam ingin membeli mesin waktu, berapapun harganya InsyaAllah ia sanggup.

Kenapa para ilmuwan-ilmuwan diluar sana yang katanya sangat jenius tidak menciptakan mesin waktu saja?

Sungguh dengan mesin itu akan banyak beberapa masalah Sadam yang akan selesai dengan mudah.

Kenapa Sadam tidak berdo'a saja memohon pertolongan Allah? Jawabanya tiap waktu, tiap sujudnya Sadam sudah memohon pertolongannya tapi, Allah masih ingin melihat seberapa kuat imannya, seberapa banyak usahanya.

Tapi menurut Sadam ia sungguh sudah di titik terendahnya. Sadam ingin kembali ke masa kecil lagi saja Ya Rabb.

Di mana hanya tidak bisa menulis angka empat adalah kesulitan terbesarnya.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang