1.8 Melting Evribadih

30 6 0
                                    

[ saya tahu anda pintar dalam menghargai karya orang.]
.
.
.

"Mami! Sasa berangkat yaaa!" Sakura berlari ke arah pintu utama setelah menyalami mami nya.

"Udah siap?"

"Udah, yuk. Papi Sasa berangkat ya, assalamu'alaikum." Sasa salim sama papi nya.

"Pamit ya om, assalamu'alaikum." Begitu juga kekasih Sakura, siapa lagi jika bukan Rendy.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya Rendy." Pria yang sudah hidup hampir setengah abad itu mengelus tengkuk Rendy juga menerima jabatan tangan kekasih anak gadisnya.

Rendy masuk ke mobil yang sebelumnya mempersilahkan Sakura masuk, melajukan mobil dengan kecepatan sedang karena ini masih terlalu untuk ke sekolah. Pasti Kirana belum bangun, apalagi Jaka atau Chandra.

"Ren."

"Hmm?"

"Gue ga mau akhir kita mirip sama Jaka—

—Kalo lu mau gue bisa sih."

"Iiishh Rendy!! Gue serius! Jangan tinggalin gue ya, kalo mau pergi bilang aja ga papa." Rendy berhenti, bukan karena perkataan Sakura.

Lampu merah :)

"Sasa, kita jalanin aja dulu ya. Kita nikmati aja masa-masa ini, ga ada yang tau gimana akhir dari sebuah cerita kan? Makanya gue ga mau berandai karena Tuhan kita udah rencanain se perfect itu." Rendy nginjak gas lagi karena lampu udah hijau.

Sakura ngangguk-ngangguk dan mengalihkan pandangannya ke jalanan, Rendy yang ga tau paham atau peka atau cuma insting menggerakkan tangan kirinya buat menggapai tangan Sakura.

Sakura noleh dan senyum walau Rendy ga liat dia, tapi jari-jarinya bergerak teratur dalam genggaman Sakura.

"Harusnya gue yang bilang ke lo Sa, kalo lo udah merasa biasa aja ketika gue memperlakukan lo lebih, bilang. Gue tau caranya mundur." Seakan itu nge trigger Sakura, dia geleng pelan dan makin kuat genggam tangan Rendy.

"Bosen pasti ada. Tapi kita bukan anak-anak lagi kan?" Rendy senyum manis banget sampe Sakura kena serangan diabetes.

"Sayangnya gue ga ada penyakit gula darah rendah Ren." Celetuk Sakura, Rendy mengernyit ga paham.

"Kenapa emangnya? Baguslah."

"Ga susah suntik insulin, liat senyum lo aja cukup. Kalo sekarang yang ada gue diabetes ples serangan jantung." Ucapnya yang di akhiri kekehan dari keduanya.

"Kebalik Sa, harusnya gue yang gombalin lo."

"Yeeuu norak! Namanya juga pacaran, ya terserah lah siapa yang mau cheesy. Emang sejak kapan yang ngasih gombalan tu mesti cowo terus?"

"Anak buah Kirana lo, kentara banget." Lalu tawa mereka pecah, mengingat manusia itu mereka sangat geli.

Apalagi bagaimana ia mengemis pajak jadian yang sangat menguras uang anak SMA! "Lo ada bawa dompet pesenan dia?"

"Ada, ga lucu nanti gue kalo di siram kuah bakso kan?" Apalagi seribu ancaman yang Kirana keluarkan.

.

"Ya Allah akhirnya! Padahal cuma telat 15 menit, tapi pager yang jaga Rendy lagi! Sial!" Gerutu Chandra.

Dia lari keliling sekolah dan manjat tembok yang tingginya lebih 30 centi di atas dia.

"Capek ga?" Tanya seseorang, suaranya seperti perempuan. Chandra noleh, oh Kirana.

"Ngapain lu kesini?!" Tanya Chandra agak ngotot, maklum capek.

Konsep, Lee Haechan Where stories live. Discover now