2.7 Berdamai dan Merelakan

31 5 0
                                    

[ saya tahu anda pintar dalam menghargai karya orang.]
.
.
.

Suasana nya mendadak mencekam dan tegang, atmosfer sekitar seakan mengepung keduanya dalam keadaan yang sangat canggung. Tiara yang terus menunduk dan menyiapkan seribu jawaban juga alibi, dan Jaka dengan tatapan rindu juga kecewa miliknya, serta luka yang sudah sembuh kini agak terbuka sedikit.

"Ara..."

"Please kak, aku, aku, huuuft....aku udah milih jalan aku, ini pilihan aku, maafin aku kak, kita ga bisa." Ujarnya lantang tanpa menatap onyx coklat muda Jaka.

"Itu anak aku Ara?" Tanyanya dengan suara selembut mungkin.

Tiara mengerjap parno, bagaimana pertanyaan itu seperti sebuah pernyataan. Tembakan yang tepat sasaran.

"Bukan—

—kalo iya lo bisa bilang Ra, kalo lo ga mau urus gue siap Ra, jangan hilangin dia, dia ga salah." Pinta Jaka dengan mata berair, tangannya terulur menggenggam tangan dingin Tiara namun di tepis.

"Kak, ini, ini, an-anak aku sama tunangan aku. Ini salah satu alasan terbesar aku menghindar dari kakak."

"Bohong!" Nada suaranya meninggi, kilat marah kentara di dalam tatapan Jaka.

"Kita udah ga ada hubungan apa-apa kak, kakak ga ada hak buat nuntut penjelasan apapun, dan aku ga mau menjelaskan apapun." Matanya berusaha menatap Jaka.

Namun semakin ia menatapnya semakin ia merasa bersalah, semakin ia melihat onyx coklat muda itu semakin ia merindukan sosok ini. Jujur, ia belum bisa melupakan sosok Jaka, apalagi ada bayi di dalam perutnya yang merupakan bukti cintanya dengan Jaka. Walau secara bahasa dikatakan kecelakaan.

"Mutiara Stephanie Adistia! Where's ur damn fiance?!"

Serta merta Jaka dan Tiara menatap Kirana dengan banyak pertanyaan. Kirana kenapa? Dia marah? Marah kenapa? Kirana nampak lelah. Dan Mash banyak lagi pertanyaan yang secara singkat terbesit di otak keduanya.

Braak...

"Ra, jangan berisik malem."

"Lo! Lo! Bangsat lo anak setan!"

"KIRANA!"

Jaka spontan teriak saat Kirana dengan lancang mengata-ngatai Tiara dengan kasar dan menunjuk wajahnya secara terang-terangan.

"Apa!? Lo mau bela dia? Dia aja ga peduli lagi sama lo Jaka, dia aja ga mau ngakuin anak yang dia kandung anak lo, dia ninggalin lo dan milih sama tunangan bangsatnya, TIARA! MATI AJA LO!"

Plaak!

"KIRANA!"

Braak!

Tamparan keras mengenai pipi putih matan kekasih Jaka, ia menyentuh pipi kirinya, perih, merah, dan sakit. Perlahan ia menangis.

Jaka juga praktis membentak Kirana dan menolaknya hingga membentur meja di belakang.

"Lo ada masalah apa sih Kirana!?"

"Jaka bodoh!"

"Lo ga ada otak bangsat!"

Kirana tersenyum saat mendengar kata kasar yang Jaka lempar padanya, dengan telunjuk yang tepat berada di depan matanya, Kirana tersenyum miring dengan lagi-lagi air mata yang turun deras.

Hatinya sakit. Ini namanya bulol. Bucin tolol, Jaka buta jadinya.

"Ya emang gue ga ada otak! Ga waras lagi gue gara-gara cewe lo, sat! Chandra masuk rumah sakit karena kecelakaan dan lo tau siapa pelakunya? Tunangan dia! Inget ga lo pernah kecelakaan juga? Siapa ternyata pelakunya? Ya tunangan si bangsat ini!"

Konsep, Lee Haechan Where stories live. Discover now