2.0 Kirana dan Argumennya

32 4 0
                                    

[ saya tahu anda pintar dalam menghargai karya orang.]
.
.
.


"Abaaaaaang~~, gimana sidangnya?" Kirana sampai di teras rumah bertepatan dengan keluarnya Jepri dari mobil.

Fyi, Kirana di anter sama Chandra naik si pudu; panggilan Chandra buat kereta Scoopy coklat kesayangannya.

Kata Chandra, "Lu makan siang, mandi biar wangi. Abis Dzuhur gue jemput. Nah sekarang, gue anter." Dan jadilah Kirana yang pergi di antar sama bang Jepri pulang sama Chandra.

"Makan dulu lah yuk, abang beli nasi Padang." Ujarnya pelan dan berjalan beriringan dengan Kirana.

Kirana melepas tas ranselnya dan mempersiapkan bahan juga alat-alat yang kiranya ia gunakan nanti. Seperti laptop, dan alat tulis, juga buku catatan.

"Gue ga ada baju, gimana ini?" Rasanya setan di kamar Kirana tuh pengen banget lemparin dia pake batu besar biar sadar diri kalo bajunya tuh banyak. Seabrek, penuh!

"Mandi aja dulu kali ya? Okelah." Kirana memulai ritual mandi keramat yang biasanya di lakukan kalo hari Jum'at aja. Karena sekolahnya kalo Jum'at libur, tapi Minggu sekolah. Aneh? Emang.

.

"Jadi gimana?" Tanya Kirana lagi, ia ingin sekali mendengar cerita abangnya yang abis sidang.

Itu tuh rasanya kaya Jepri depresi banget, tersiksa batin, jadi Kirana suka. Suka ngeliat orang menderita.

"Kayak biasa lah, revisi again."

"Hahaha apa sih yang salah? Salah mulu perasaan, abang sama dosbimnya kemusuhan apa ya?" Kirana menyuap satu sendok penuh nasi ke mulut sebelum mengomentari abangnya.

"Satu rahasia yang lo ga tau dek."

"Paan?"

"Dosbimnya janda anak 3, naksir gue. Tapi dia udah tau gue pacaran sama mawar, jadi hidup gue di persulit sama dia! Astaghfirullahal'adzim gue pengen banget maki beliau tapi nanti ilmunya ga masuk, juga dikira ga ta'zim sama guru."

Kirana ngakak parah, ternyata plot twist nya ini! Jadi selama lima bulan abangnya revisi melulu karena ini? Bahkan si abang udah pernah ganti judul skripsi 2 kali, kasian juga Jepri.

"Refreshing sana! Kusut amat lu kaya kanebo kering." Jepri noleh dan senyum miring, "Gue mau ke Singapore, gue tinggal seminggu boleh?"

Kirana membelalak, jangan bilang sama mawar. Nangis darah dia nih kalo ternyata iya.

"Agenda apa?" Tanya Kirana berubah nada menjadi serius dan tidak bersahabat.

"Emm gue mau launching sekalian peresmian hotel baru, ada apartemen sama villa."

"YOU! Congratulations!" Ucapnya dengan senyum mengembang dan tatapan bangga akan pencapaian si abang.

Jepri narik Kirana ke dalam pelukannya, mereka saling merasakan debaran itu. Debaran bahagia, hingga tanpa sadar Kirana mengeluarkan air matanya.

"Ayah sama bunda pasti bangga punya anak kaya abang, gue juga bangga."

Dapat Jepri rasakan air mata itu merembes ke kaos hitamnya, ia mengangguk. "Bang?"

"Hmm?"

"Adek boleh minta satu hal?"

"Apa?"

"Sampe Nara nikah bahkan punya anak nanti, Nara masih boleh nangis di pelukan abang kan? Buat kaos abang basah? Abang... I feel like I'm in love, pull me when I fall too deep. Abang bakal terus jadi abang Nara kan?"

Konsep, Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang