『19: Kenyataan』

22 6 0
                                    

start⇩

Adis bersandar pada jok mobil, dilihatnya Mutia dan Rama yang sibuk berbincang-bincang ditengah ramainya jalanan malam. Sementara itu, Angga hanya memainkan ponsel untuk sekedar menghilangkan bosan.

"Kak, lo tau gak..." kata Adis mencoba membuka topik.

Angga menoleh, fokusnya sudah tak lagi pada ponsel, melainkan pada Adis. "Apa?"

"Sebenernya gue males ngomong ke lo, tapi yaudah, Gevan kayaknya deket lagi sama Sisi?"

Bukannya menjawab, Angga malah tertawa saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan adiknya itu. "Maksud lo apa?" tanyanya masih dalam keadaan tertawa.

"Lho? Gue nanya serius, Kak, kok lo malah ngetawain gue sih?"

"Ya lo ngaco soalnya, Dis, sejak kapan sih Gevan yang udah muak banget sama mantannya itu tiba-tiba mau deket lagi?"

"Tapi beberapa hari yang lalu gue liat dia ngobrol akrab banget sama Sisi??"

"Oh yang waktu itu, pas lo pulang bareng Galen?"

Adis mengangguk membenarkan.

"Emang sih, waktu itu Sisi gatel lagi sama Gevan, terlebih pas dia liat lo bareng Galen, disitu langsung ngerasa punya kesempatan besar buat deket-deket ke Gevan."

Adis sedikit kaget, ternyata saat itu mereka juga memperhatikan dirinya dengan Galen.

"Astaga... bisa-bisanya gue lupa soal itu, gara-gara gue Sisi jadi gak percaya kalo Gevan udah punya pacar lagi."

"Ya elah, dia mah mau digimanain juga tetep batu, Dis, mau Gevan bener pacaran sama lo juga bakal terus gatel."

"Heh kalo ngomong filter dikit! Sumpah, Kak, pantes aja lo gak punya cewek."

Angga tertawa keras hingga Mutia menoleh ke kursi belakang. "Kenapa, Nak?" tanyanya.

"Itu Adis, Bu, haduh."

"Dih, kesambet tau rasa lo," celetuk Adis.

"Sudah sudah, sebentar lagi kita sampai," kata Mutia menengahi.

"Woah sepi, Ayah mau parkir dimana?" tanya Angga.

"Disini saja. Kalian turun dulu, Ayah nanti menyusul."

Semuanya segera menurut, dan bersamaan turun dari mobil.

"Lo ngerasa aneh gak sih, Kak? Kayak tumben banget Ibu sama Ayah ngajak keluar buat makan malem."

Angga menutup rapat bibirnya. "Ya pengen aja kali, udah ah ayo masuk."

°°°

"Pergi dulu, Ma," pamit Gevan seraya menyalimi mamanya.

"Jangan pulang kemaleman. Cuma reunian, kan?"

Gevan mengangguk. "Paling jam sembilan udah beres. Pokoknya jangan terlalu khawatir, aku kan cowok," katanya sambil berpose gemas dengan kedua telunjuknya yang ia tempelkan di pipi.

"Nah justru itu, kamu cowok, ntar diculik tante-tante girang gimana? Mau kamu?"

"Astaga ... ya emang aku segemas itu sih, tapi jangan diculik tante girang juga. Udah ah, babai Mama," pamitnya lagi.

"Hati-hati, kalo ada apa-apa langsung telpon mama!"

"Siap, Bos!"

Adis(Completed✓)Where stories live. Discover now