୧ ׅ𖥔 ۫ Chapter 9 ⋄ 𓍯 𔘓

1.6K 92 21
                                    


••••
HAPPY
READING
••••


Pagi yang cerah menghiasi kamar dua orang sepasang suami istri muda ini. Eksa yang tengah mandi, dan Zara yang sedang merapikan tempat tidur.

Eksa telah selesai mandi, dan sudah memakai seragam sekolahnya.

Mereka berdua turun ke bawah dan sarapan bersama, hari ini Zara sangat cepat terbangun. Ia terbangun jam 3 pagi, jadi dari pada dia tidur lagi, mending shalat tahajud.

Setelah sarapan, kedua remaja itu langsung bergegas ke sekolah, berharap tidak terlambat seperti kemarin.

••••

"Zar, inget jangan dekat-dekat lagi sama si Rizi resek itu," ucap Eksa mengingatkan.

"Razi, Sa! bukan Rizi ih," jawab Zara.

"Biarin," saut Eksa lalu meninggalkan Zara di kelasnya.

"Sa," pangil Zara pelan.

Eksa membalikan badannya, lalu menaikan alisnya sebelah.

"Belajar yang rajin, jangan bolos lagi!" tegur nya.

"Siap komandan!" jawab Eksa sambil mengangkat tangannya berbentuk hormat.

Zara terkekeh kecil melihat tingkah Eksa yang sangat mengemaskan.

Zara memasuki kelasnya yang masih terlihat kosong. "Natali sama Ghea belum datang? Lama banget," gumamnya, biasanya dua temannya itu sudah berada di sekolah jam segini.

"Pagi, Zara," sapa seorang lelaki, Razi.

Zara tersenyum kecil, gadis itu bingung harus merespon bagaimana. Takut-takut, tiba-tiba Eksa datang dan marah lagi karna ia berbicara dengan Razi.

Zara menghela nafas, ia melihat Natali yang berjalan kearah pintu, untunglah.

"Kant-" ucapan Razi terpotong karna Zara langsung berlari menghampiri Natali.

"kantin yuk!" ajak Zara sambil menarik tangan Natali kuat.

"Ngapain narik-narik sih?" kesal Natali.

Zara cengengesan, "hehe, nggak papa," jawabnya.

Saat di kantin Zara melirik Eksa yang sedang duduk bersama dengan teman-temannya.  Gadis itu pun tersenyum kecil.

"CEWE, KIW KIW!!" teriak Nevan saat melihat Zara dan Natali memasuki kantin.

"Mau gue tonjok?!" ucap Eksa galak, ia menatap tajam Nevan.

"Bukan cewek lu kok, tuh gue bilang yang di samping zara," ujar Nevan.

"Yang satu lagi punya gue," saut Dion tiba-tiba.

Nevan tersenyum smirk. "Sejak kapan ya brother?"

"Nggak lama lagi, liat aja ntar," jawabnya.

"Masa sih? Keduluan gue kalau pake nunggu." Nevan tertawa kecil.

"Emang dia mau sama lo? Modelan buaya kampung," sinis Dion.

"Wanjir, buaya kampung ga tuh?" timpal Aldy bengek.

"Kenapa harus buaya kampung anjir! Kenapa nggak kota aja, biar kece gitu," kesal Nevan.

"Nggak cocok!"

"Awokawok." Aldy tertawa mengejek.

"Halah serah lo pada, SINI!!!" teriak Nevan lagi sambil melambaikan tanggannya ke udara.

DIEKSA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang