Saat ini, kedua remaja itu tengah duduk anteng sambil memakan bakso bakar. Dion menatap Natali tiada henti. Natali itu cantik, manis juga. Pokoknya nggak bosan dipandang.
"Tau aku cantik. Jangan diliatin mulu," ucap Natali yang masih fokus kepada Basko bakarnya.
Dion terkekeh. Natali itu pede banget, tapi Dion suka. Karena, Natali bisa terbuka dengan dirinya. Jika ada teman-teman Dion. Natali lebih suka diam, cuek, beda kalau lagi sama Dion doang.
Lagi-lagi Dion terkekeh. Gemas melihat gadis cantik itu. Dion hanya memperhatikan Natali makan, untuk makan saja Dion sudah duluan kenyang melihat Natali makan. Lebay? Sangat sih. Tapi ya emang kenyataannya begitu.
"Ay, lihat sini dulu. Aku mau fotoin," ujar Dion. Natali mengerutkan keningnya. "Buat?"
"Udah cepetan senyum!"
"Mager buat senyum." Natali membalas.
"Ciss." Dion mengarahkan kamera ponselnya pada Natali. Natali berpose, dengan senyum tipisnya. Yang membuat siapapun yang melihat akan meleleh.
"Cantik banget sih," puji Dion saat melihat gambar foto pacarnya itu.
Ini dia foto hasil tangkapannya Dion.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Biasa aja. Ih, kok jelek sih muka aku!! Ulang ih, senyumnya jelek," sosor Natali meminta difotoin ulang.
Dion menggeleng. "Penuh memori, ini udah bagus," jawabnya.
Natali mendengus. "Bagus dari hongkong!"
"Bagus sayang. Udah ih, mau foto lagi?"
"Nggak," rajuk gadis itu.
Dion mencubit pelan pipi sang pacar, ia mengajak Natali untuk balik ke kelas. Sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.
Baru saja sampai di depan kelas, bel pulang berbunyi. Membuat semua murid-murid berlarian ke luar kelas. Begitupun dengan Eksa dan yang lain.
