Dapur (03)

301 28 0
                                    

"Bri...."
Aku yang sibuk membuat teh langsung di hampiri oleh kak Isman.

"Kak?, tunggu saja di luar, bentar lagi siap kok"
Kataku.

"Tehnya ga usah di kasih gula ya..."

"Iyaaa, soalnya manisnya sudah ada sama aku, itu kan?"

"Hehe, sudah hafal ya?"

"Di kantor saja kakak suka gombal"

"Bukannya kamu suka di gombal begitu?, sama...."

"Ssst..."
Aku berbalik dan menutup mulut kak Isman dengan jari telunjukku.
"Jangan sebut namanya"

Kak Isman tersenyum dan mengangguk.
"Ya sudah"

Aku lanjut membuat teh.
Sementara itu kak Isman melingkarkan kedua tangannya di leherku.
"Tahu tidak?"

"Hmm..."

"Cuma begini saja dengan kamu sudah bikin saya bahagia"

"Hehe, bisa saja"

"Iya...., tapi kamu belum mau buka hati lagi"

"Maaf kak..."
Aku tertunduk.
"Tapi untuk saat ini aku merasa lebih nyaman sendiri"

Cup!
Kak Isman mencium pipiku.
Tidak hanya sekali, kak Isman terus mencium pipiku dan bahkan kedua tangannya kini memeluk tubuhku dari belakang.

"Hentikan ini kak..."

"Tenang bri, saya cuma ingin mencium pipimu saja"

"Tolong...., kak Isman jangan terlalu berharap padaku"

"Saya tidak mengharapkan kamu mau menerimaku dek, saya cuma mau kamu bisa membuka hatimu kembali, bukan hanya untukku...."

"Sekali lagi maaf kak...., sepertinya aku tidak bisa melakukan itu"

"Saya cuma ingin melihat kamu bahagia"

"Tapi......, mana mungkin aku bisa bahagia jika terus di bayangi oleh orang itu!"
Aku membalikkan tubuhku.

Aku dan kak Isman saling berpapasan.
Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
"Kak...., selama ini aku tidak bisa melupakan dia dari hidupku!"

"Bri...."
Kak Isman memelukku.
"Semua akan indah pada waktunya, tenangkan dirimu, kamu hanya perlu meluapkan semua isi hatimu"

Jdar!!!
Petir muncul, lalu dengan cepat hujanpun turun.

Aku menyeka air mata di wajahku dan kembali tersenyum.
"Kak Isman, besok kan cuti, nginao saja di sini, lagipula di luar hujan kak"

"Iya bri, makasih ya"

"Siap senior!, sama-sama kak..."

.
.
.

****FAHMI POV****

Akhirnya aku sampai di rumahku.
Setelah melepas rindu dengan keluargaku, aku dan Wandi masuk kedalam kamarku.
"Bersih juga"
Ucapku saat melihat kamar yang sudah lama ku tinggalkan ternyata sangat bersih dan rapih.
"Eh wan, nginap saja, di luar hujan"
Tawarku.

"Tidak perlu mi, aku kan naik mobil hehe"

"Hmm ya sudah, ehh tapi pulangnya nanti, aku mau bertanya lebih banyak"

"Soal Abri?"

Aku mengangguk.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Banyak..."

.
.
.

Sebulan berlalu.
Aku di tugaskan di Polda.
Walaupun di tengah kesibukanku membela negara, aku tetap mencari Abri.
Aku bahkan sering memeriksa bagian dokumen, jika saja aku bisa menemukan berkas yang berkaitan dengan Abri.

Bukan hanya itu....
Aku juga kadang ikut razia lalulintas, dengan harapan mungkin Abri bisa aku temukan saat razia.

Semua yang memiliki kemungkinan mempertemukan aku dengan Abri akan aku lakukan.
Itu demi menyampaikan permohonan maafku padanya.

Pukul 22:36 Malam.....

Kali ini...
Aku akan ikut patroli bersama dengan beberapa personil yang lain.
Tapi yang ini bukan karena aku juga ingin mencari Abri, namun memang karena di minta oleh pak kepala.

Setelah apel dan penyampaian rincian target malam ini, kami membagi 3 kelompok dan mulai berpatroli mengelilingi kota Makassar.

.
.

Dengan mengendarai motor patroli, bersama dengan 7 personil yang lain aku  menyusuri area yang telah di bagi sebelumnya.

Sasaran malam ini adalah balap liar.
Dan di bawah jembatan layang inilah seringkali terjadi pelanggaran itu saat tengah malam maupun dini hari.

Ciiiit!!!!!
Kami menepi di pinggir jalan.
"Jam segini masih aman, mau berpencar dulu?"
Tanya Heri, senior lebih tua 3 tahun dariku.

"Boleh pak, mungkin kita bisa menangkap beberapa pelanggar lain"
Yang lain setuju dengan pak Heri.

Akhirnya mulai dari sini, kami berpatroli sendirian, namun dengan alat komunikasi yang masih siaga, jika ada hal-hal yang tidak bisa di tangani sendiri.

Aku sekarang cuma fokus memperhatikan jalanan di depanku, yang mana kini aku sudah memasuki area gang warga.
Aku melambatkan laju motor agar tidak mengganggu warga sekitar yang tengah beristirahat.

.
.

Sekian lama berpatroli, aku melihat sesuatu.
Dari kejauhan aku melihat jembatan dan seseorang berdiri di luar pembatas jembatan itu.

Bunuh diri kah?!

*****

Bukan acara 86 ya! >:v

Jangan lupa vote :D

Pluviophile (Sejenak#3)Where stories live. Discover now