Chapter 13 - Dead

2.2K 457 113
                                    


Bismillahirrahmanirrahim

✿_____✿_____✿

Hanya orang-orang hebat yang tahan dengan rasa bernama sabar.

✿_______________✿_______________✿

"Bunga tercantik untuk Ibu terbaik."

Setangkai bunga mawar merah terpampang di depan mata Lena saat ia tengah memasak. Harum bunga berbaur dengan wangi masakan udang saus tiram. Mematikan kompor, wanita itu berbalik dan mendapati sang anak tengah tersenyum.

"Gimana? Ibu suka sama bunganya?" Reyhan masih memegang bunga itu di depan wajah sang ibu. Kini Lena memandang bunga yang dipegang putranya dengan saksama seperti sudah mengenalnya sejak lama.

"Ini ... ini .... "

"Ibu terharu, ya?"

"Rey, nggak lucu, sumpah."

"Ibu terharu banget?"

"Ini kan bunga mawar yang ada di depan rumah, kenapa kamu petik?!"

Reyhan malah nyengir.

"Padahal Ibu udah rawat bunga itu baik-baik, sengaja biar jadi pemandangan bagus."

"Kan masih banyak, Bu. Cabut satu aja. Soalnya cantik banget. Jadi pengen ngasih ke Ibu."

"Tetep aja! Ini bukan untuk dipetik."

"Terus sekarang maunya gimana? Udah terlanjur dipetik." Lelaki itu mundur demi menghindari cubitan ibunya.

"Awas, ya, kamu, Rey!"

Reyhan tergelak, berlari menjauh saat ibunya berusah mengejar.

"Makanya kamu cepet nikah, biar goda istri, jangan ibu terus!"

"Aku nggak mau nikah, Bu. Kan Ibu tahu sendiri kalau Rey nggak bakal menikah, soalnya nanti kasih sayang Rey harus dibagi dua. Rasa cinta dan sayang Rey cuma didedikasikan untuk Ibu."

"Berbakti sama orang tua memang wajib, tapi menikah juga wajib, Rey."

"Iya tapi untuk sekarang Rey nggak bakal menikah dulu. Rey mau habisin waktu sama Ibu seorang. Punya dua orang pacar itu ribet, Bu. Nanti saling cemburuan."

"Ngaco." Lena mencubit pinggang Reyhan, putranya memekik. "Itu alasan aja! Ngaku aja kalau kamu itu nggak bisa goda cewek selain Ibu. Di depan cewek yang kamu suka pasti bikin kamu gagu, kan? Gimana mau dapat pasangan kalau kamu kaku. Udah, deh. Mulai sekarang belajar buat PDKT, belajar sama temen kamu itu, Alden. Dia pinter banget kayaknya kalau soal cari jodoh alias rayu-rayu perempuan."

"Kita dua orang berbeda yang nggak bisa disamain, Bu. Setiap orang punya jalan masing-masing, termasuk dalam hal mencari jodoh."

Lena mengusap kepala Reyhan yang rambutnya hitam dan tebal. "Iya, iya, kamu kalau ngomong suka bener. Bangga banget Ibu sama kamu. Pertahankan masa jomblo kamu sampai benar-benar menemukan yang tepat. Anak ibu terjaga, in syaa Allah dapatnya yang terjaga juga."

"Nggak melulu kayak gitu, Bu. Ada masanya juga yang terjaga berjodoh sama yang pernah pacaran tapi dia mau memperbaiki diri."

Lena mengangguk-anggukkan kepala. Putranya sudah dewasa dengan pikiran yang sudah dewasa juga. Katanya, pemikiran orang yang tumbuh dengan luka bisa lebih dewasa dan bijak.

Tiba-tiba ponsel Reyhan berdering petanda ada panggilan masuk. Pria itu lekas mengangkatnya dan sedikit menjauh dari sang ibu. Lena tersenyum menatap sosok putranya yang ia anggap harta paling berharga satu-satunya yang ia miliki di dunia ini.

Wedding Dress √Where stories live. Discover now