Chapter 10 + Sensi

374 61 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Alina sampai di rumah ia langsung turun dari motor ninja nya dan beralih membawa beberapa buku novel di tangan nya.

"Pak satria ada di rumah ga ya?" saut Alina sambil terus berjalan menuju pintu utama.

Perlu di ingat sekarang sudah jam 11 malam mungkin saja Satria sudah tidur. Ia membuka pintu ternyata pintu nya tidak terkunci wah ternyata suami nya ini sangat perhatian bukti nya ia tidak mengunci pintu.

Alina masuk perlahan dengan mengendap-endap seperti seorang pencuri, semua lampu dalam keadaan mati membuat Alina sedikit kesusahan berjalan ia terus mengendap-endap sampai suatu suara membuat nya langsung menoleh ke arah suara.

"anjir suara apa itu?!" gumam Alina merinding.

"Pak satria udah tidur kan?" tanya sendiri.

Saat Alina hendak menaiki tangga, suara Satria menggumam di sebelah kanan nya.

"Saya disini Lin!" ucap satria dengan suara deep voice nya.

Alina terlonjak kaget lalu langsung spontan membalikkan badan nya.

"Astagfirullah, pak mau bunuh saya ya?!" kesal Alina.

Sedangkan Satria sudah berganti pakaian menjadi kaos oblong dan celana kolor nya itu menghidupkan semua lampu di ruangan itu memakai remote yang ia bawa, seketika juga semua lampu menyala.

Alina bisa melihat wajah kesal bercampur khawatir dari Satria, lalu ia teringat sesuatu lalu membuka tas sekolah nya.
Satria hanya mengamati tanpa berniat bertanya apa-apa, padahal banyak sekali pertanyaan yang ingin di tanyakan di otak nya itu tentang wajah Alina yang seperti di cakar kucing liar.

Alina mengeluarkan semua novel yang ia beli lalu menyerahkan nya kepada Satria.

"Ini pak! Saya bawa novel sad ending buat bapak." ucap Alina lalu bangkit hendak pergi setelah Satria menerima semua novel itu di tangan nya.

"Buat apa semua novel ini? Terus kenapa sama muka kamu?"

"Novel nya ya buat bapak baca lah! Kalo muka saya ini cuma tadi mainan cakar-cakaran aja jadi nya begini. Udah ya pak, saya ngantuk besok ada ujian." ucap Alina meninggalkan Satria dengan beberapa pertanyaan lagi.

Satria melihat semua cover novel itu dan memang semua ini bergenre sad ending karena Satria sudah membaca semua novel ini jadi Alina sia-sia saja jika ingin membujuk nya.

"Gue udah tahu semua jalan cerita ini!" ucap Satria lalu menaruh semua novel itu di atas meja tv lalu beranjak menyusul Alina ke kamar.

Di kamar Alina sudah tertidur dengan pulas di sofa seperti nya gadis itu akan berendam air hangat tapi mungkin menunggu bath tub penuh jadi dia ketiduran di sofa.

Satria masuk dan langsung melihat alina yang duduk dengan leher yang mendongak ke atas membuat semua luka cakaran di wajah itu terlihat menyeramkan menurut Satria.

Maka dari itu dia masuk ke kamar mandi mematikan shower air dan kembali lagi mengambil kotak obat P3K.

Ia mendekat ke arah Alina duduk di samping kanan nya lalu mulai mengoleskan salep ke bagian yang mungkin saja akan infeksi.

Alina meringis di dalam tidur nya ketika Satria mengoleskan sedikit demi sedikit salep itu mungkin karena perih.
Satria dengan telaten mengoleskan semua itu dan akhir nya selesai, ia lalu berniat bangun namun gumaman dari Alina membuat nya mengurungkan niat.

"Pak, jangan ngambek lagi ya! Maaf kemarin cuma bercanda doang. Bapak tuh harus nya jangan serius amat jadi orang" gumam Alina namun masih bisa terdengar jelas di telinga Satria, ia bangkit lalu melihat Alina lagi.

Alina masih mengenakan pakaian seragam nya dengan rambut sedikit berantakan dengan rok pendek yang hampir memperlihatkan semua bagian paha nya, hal itu membuat Satria menggelengkan kepala.

"Apaan sih sat? Dia itu bocah! Masa lo nafsu ke bocah sih? Ga sehat pasti." ucap Satria pada diri nya sendiri.

"Mana semua pembantu udah pulang lagi, ini gimana gue gantiin baju nya?" ucap nya lagi sambil terus berpikir.

"Ga mungkin kan gue biarin dia tidur pake baju ini? Atau gue bangunin aja ya?"

"Oke, gue bakal bangunin!" ucap Satria mulai memegang lengan Alina dan menggoyang kan sedikit demi sedikit.

"Lin, bangun ganti baju!" ucap nya namun Alina enggan bangun,ia bahkan tidak membuka mata sama sekali membuat Satria berdecak kesal.

"Cantik sih, tapi kebo banget tidur nya!" kesal Satria lalu membopong Alina untuk di pindahkan ke ranjang nya.

"Persetan sama persyaratan, dia ga liat ini! Suruh siapa juga ribet di bangunin susah."

Setelah merebahkan Alina di ranjang, Satria lalu melepaskan sepatu yang masih melekat serta kaos kaki gadis itu. Setelah itu Satria akan menyelimuti Alina saja tanpa berniat menggantikan pakaiannya.

Semua selesai, Satria mematikan lampu kamar mereka lalu merebahkan diri juga di samping Alina dengan batas bantal guling itu.

.

Pagi datang, tapi Satria dan Alina masih enggan terbangun mereka masih nyaman berpelukan satu sama lain menyalurkan kehangatan di pagi yang lumayan dingin ini.

Tanpa mereka sadari bahwa mereka sudah di luar batas yang seharusnya, beberapa menit Alina baru sadar apa yang mereka lakukan dan langsung mendorong Satria dengan keras mengakibatkan Satria jatuh dari ranjang.

"Auh... Lina kamu apa-apa sih?!" kesal Satria di pagi ini.

"Seharusnya saya yang tanya bapak! Bapak ngapain peluk-peluk saya hah?" ucap Alina lalu melihat penampilan nya yang tak berubah sejak kemarin malam.

"Kamu yang meluk saya duluan! Kirain saya kamu udah terima saya jadi suami kamu jadi saya peluk balik kamu."

"ah terserah deh!" ucap Alina bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi.

Alina menutup pintu kamar mandi dengan sangat kencang membuat Satria mencibir.

"Punya istri labil banget sat!"

.

Hari ini Alina tidak berangkat ke sekolah karena kondisi dari wajah nya dan akhir nya Tyo lah yang di repotkan karena harus meminta ijin kepada kepala sekolah nya.

Disinilah Alina berada di ruang tv menikmati keripik kentang dengan kedua kaki yang ia lebarkan persis seperti bapak-bapak di warkop.

"Beh enak banget ini!" seru Alina membuat Satria yang baru saja turun dari anak tangga melihat ke arah nya dan mendekati Alina.

"Coba saya minta!" ucap Satria mencomot keripik itu dari kemasan yang di pegang Alina.

"Dih, ambil lah di dapur ngapain sih bapak ngambil punya saya?" saut kesal Alina

Entah hari ini ia sangat sensi terhadap segala hal setelah menyadari wajah nya bengkak dan itu membuat nya kesal bukan main.

"Jauh! Disini aja yang deket."

"Udah ya pak saya lagi ga mau ngajak berantem bapak. Lebih baik bapak ngapain kek, jangan disini."

"Ini rumah siapa?" tanya Satria.

"Rumah bapak lah, tapi kan saya gatau ini lagi sensi liat orang gerak dikit aja salah di mata saya. Daripada bapak jadi sasaran mending bapak pergi!"

"Emang kamu bisa apa sih? Coba saya mau liat." goda Satria membuat Alina kesal.

My Wife Bad Girl - Nakamoto Yuta (END)Where stories live. Discover now