astha

2K 497 141
                                    

2005

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Waktu berlalu cukup lama dikala netra kelabu menatap tajam eksistensi gadis yang duduk pada bagian paling atas. Bersandar pada kursi, mengukir senyum pada kehadiran sosok yang tak asing.

Dengan bangganya mengenakan jaket putih dengan lambang malaikat tanpa kepala.

Surai hitam sebahu milik adiratna menari perlahan tatkala diri menunduk. Anting emas panjang pada telinga kanan terayun pelan. Ada campur aduk dikala netra bersitabrak.

Sebelum akhirnya sebuah seruan dari pemuda lain terdengar. Menghancurkan kontes saling tatap antar dua insan muda yang sedarah.

"Baji Keisuke sudah resmi masuk sebagai anggota Valhalla!"

•••

"Sakit! Kei, kau—kau mencengkramku terlalu kuat! Sakit!"

Permohonan pada sang pemuda diabaikan. Pergelangan dicengkram erat, dapat dipastikan akan menimbulkan bekas kemerahan.

Namun tampaknya Baji Keisuke tak peduli. Pemuda ini terus menyeretnya hingga ke dalam gang. Sepi tanpa adanya satu insan. Seolah memastikan bahwa pembicaraannya tak akan ada yang mendengar.

"Kei—"

Cengkraman dilonggarkan. Secara refleks, gadis itu mundur seraya memeluk diri. Menatap cemas netra kelabu di hadapan.

"APA MAKSUDMU, (NAME)?!"

Bentakkan.

Tubuh gemetar, sang gadis tahu jelas kakaknya tengah dilanda emosi. Wajahnya memerah marah, tampak kalut ketika keinginan tuk memukul ditekan kuat-kuat. Alhasil diri hanya memukul dinding, menimbulkan debuman, serta lebam pada kepalan tangan.

Ini adalah bentakkan pertama kali dalam hidupnya, dimana (Name) benar-benar merasa takut.

"Kei, aku—"

"Aku tak habis pikir."

Keisuke abaikan lecet pada buku jari. Dia menyisir surai hitamnya ke belakang. Dengan merah pada wajah, dia menatap sang adik yang begitu gugup.

"Aku tidak pernah sekali pun ingin mencampuri kehidupanmu," pemuda itu memulai. "Tapi dengar. Saat kau bilang kau menjalin hubungan dengan seseorang, dan orang itu adalah Hanma, aku biarkan kau. Itu adalah saat sebelum insiden penusukan Draken."

(Name) mengerutkan kening.

"Tapi bagaimana—BAGAIMANA BISA KAU MENJALIN HUBUNGAN DENGAN ORANG GILA ITU?! (NAME), TIDAKKAH KAU MEMIKIRKAN KESELAMATANMU?!"

Netra kelabu berkilat. Memancarkan emosi jelas, tersampaikan lewat tatapan. Dimana bahkan (Name) tak bisa berkata. Diam, menutup celah labium hingga tak memberi izin bagi sedikit udara pun untuk masuk.

"Aku tidak pernah melarangmu melakukan sesuatu, tapi kali ini! Jangan terlibat!"

"Kei—"

"VALHALLA ITU BERBAHAYA!"

Lantas permata jingga menatap kelabu yang membasah. Suara yang bergetar bercampur amarah membuat diri tak tahu harus bagaimana.

"Cukup aku yang dianggap pengkhianat. Kau adalah adikku, (Name). Mana mungkin aku biarkan kamu ikut menanggung ini?"

Ditatapnya ragu sang kakak. Pahlawan yang dicinta, kerap datang dikala butuh bantuan. Sungguh (Name) mencintai kakaknya, namun bila harus berpisah dengan orang yang ia sayang ... apakah gadis ini bisa?

"Kembalillah ke Touman. Mikey pasti akan menerimamu. Tinggalkan Hanma—"

"Tidak mau."

Bibir digigit pada celah gigi. Sang gadis tatap dengan berani sosok kakak yang dikagumi.

Keputusan sudah bulat. (Name) tidak peduli dengan benar dan salah. Sudah pasrah, membiarkan ego menguasai diri.

"Aku menyukai Shuji, Keisuke."

•••

Dua pemuda duduk berhadapan pada sebuah kafe. Usai dikirimkannya pesanan, sang punya daksa tinggi di atas rata-rata kini tersenyum lebar.

"Oh ya, Kisaki. Bagaimana rencana untuk menghasut Kazutora?"

Tetta menopang dagu. Menatap malas sebelum akhirnya menghela lelah.

"Akan kuatur," netranya beralih menatap Shuji. "Bsgaimana dengan Baji (Name)? Jika Baji Keisuke benar-benar mati, bukankah dia bisa saja berbalik mengkhianati kita?"

Labium dibasahi oleh lidah. Setelahnya pemuda dengan anting emas panjang pada telinga kiri kini terkekeh.

"Tidak mungkin. (Name) menyukaiku."

Shuji berujar dengan begitu percaya diri. Menjawab seolah apa yang dikatakannya adalah sesuatu, dimana hal itu tak akan berubah pada setiap detik waktu.

Diseruputnya sebuah minuman dingin. Tetta meneguknya dan kembali menatap Shuji. Bertanya, "lalu bagaimana denganmu?"

Mata memicing tajam. Kedua tangan dilipat di atas meja, disusul tubuh yang mendekat. Shuji mengukir seringai khas, dimana kelopak mata ikut terbuka lebar, menampakkan wajah yang kerap dinantikan sang pemilik hati.

"... Kisaki, menurutmu, aku bagaimana?"

Kisaki Tetta mengerutkan kening sebelum menjawab tanpa ragu.

"Kau gila."

"Tepat."

Netra madu pancarkan sinar hangat. Samar, membuat Tetta sendiri kurang yakin apakah benar dia melihatnya.

Permukaan wajah yang disorot cahaya, kini berikan rona pada wajah. Merah muda menghiasi pipi, dikala setelahnya tawa keluar tanpa henti.

"Aku gila karenanya."

•••

3 Agustus 2021

𝐂𝐀𝐍𝐃𝐀𝐋𝐀! hanmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang