12 . 🐥

149 43 7
                                    

"Rora.. mau sampe kapan kita muter muter kota terus sih ini..?"

"Udah si, jalan aja.. ntar gue bensinin kalo abis."

Aurora kembali memenggelamkan wajahnya di pundak yeosang. Yeosang mah seneng seneng aja.

"Sang.."

"Hm"

"Kenapa lu manggil gue rora?" Cicit gadis itu.

"Karena nama lu aurora." Jawabnya singkat.

"Tapi orang lain kan manggil gue rara atau ara."

Yeosang memiringkan kepala sambil terus bergumam.

"R di bahasa korea kan sering dibaca l, nah kalau lu dipanggil pake aksen korea jadi lola. Kan cocok sama lu yang hobi loding."

'Duk!'

"Becandaan mulu idup lo! Mau mati?!"

Motor yang dikendarainya memang sempat oleng, untung ga jatoh. Tapi aurora jadi kepikiran sesuatu.

"Bener juga.. mati aja yuk, sang.. hidup gue keknya ga guna banget jadi cewe bego.."

"Yeu tolol. Mau mati mah mati aja sendiri, gausah ngajak ngajak. Yang bego kan elu, gue mah pinter."

Aurora mendengus.

"Gimana sih! Katanya disisi gue?!"

"Yakan gue bilang 'berdiri di sisi lu' bukan mati di sisi lu."

"Tau ah, sebel!"

"Lah pundung.."

Untuk sesaat mereka terdiam menikmati semilir angin malam di kota ini. Sesekali yeosang mengusap tangan yang melingkar di perutnya.

"Kenapa si lo? Gausah sok baik ah.. gue takut."

"Mau yupi?"

Aurora menggeleng.

"Mau seblak." Celetuknya.

"Lah.. tumben.."

"Yaudah gausa--"

"Gue tau tempat seblak yang enak, ra."

Ia tersenyum saat yeosang menancap gasnya lebih kencang menuju warung seblak yang yeosang tuju.


◇◇◇

"Rora, mau seblak apa?" Tanya yeosang, begitu sampai.

"Kerupuk oren, kerupuk tangga, sama sosis. Pake telor jugaa. Kuahnya banyak, sambelnya jangan banyak banyak."

"Oke."

Membiarkan yeosang memesan seblaknya, aurora duduk di salah satu kursi panjang yang mengarah langsung ke arah sawah di pinggir warung seblak itu. Meski hari sudah gelap, ia masih bisa merasakan segarnya udara disana.

"Ga nyangka kan, masih ada sawah di perkotaan kek begini?"

Ia menoleh dan mendapati yeosang sedang duduk di sampingnya. Kemudian ia kembali melihat persawahan di hadapannya.

"Gue pesenin pop i*ce rasa choco cookies juga."

"Makasi.."

Aurora menunduk sambil memilin jarinya. Entah kenapa rasanya jadi canggung mengingat ia terus terusan membela yunho di hari hari lalu.

"Btw kok lu tau gue suka pop i*ce rasa choco cookies, sang?" Tanya aurora.

"ngalahin musuh tu, cara pertamanya adalah ketahui dulu seluk beluk si musuh."

"Ck. Mulai dah sok pinter."

"Tapi bener kan?"

Sebagai jawaban, aurora hanya mengangguk, sambil tersenyum kikuk. Beberapa saat mereka terdiam, mengedarkan pandangannya ke sawah itu. Hingga,

"Maaf, sang.." gumam aurora.

"Buat?"

"Gue nonjok lu."

Tawa yeosang pecah, hingga tawanya memenuhi warung seblak pinggir jalan itu. Sedangkan aurora hanya menatapnya aneh.

"Kok tawa sih?"

"Ya abisnya aneh, lu kan emg sering nonjok gue."

"Yakan kemaren nonjoknya gegara ngebelain orang yang salah.." sahutnya sambil membuang muka.

Yeosang berhenti tertawa, dan menatap setiap lekukan indah wajah aurora. Meski sudut mata gadis itu menangkap yeosang sedang memperhatikannya, ia tetap enggan menoleh.

"Gue mau bales tonjokan maut lo." Ujar yeosang.

"Y-yaudah, gapapa. Bales aja."

Aurora menutup matanya bersiap siap jika bogem yeosang datang secara tiba tiba.

Tapi yang datang bukan lah kepalan tangan yeosang, melainkan










'Cup!!'










"Gimana bogem gue? Tepat sasaran??"

◇◇◇

◇◇◇

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

◇◇◇

Bosen gk sie gue cup cap cup cap mulu?:")

AHAHAHA

MUSUH || ⎷Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin