GL10-N

384 49 7
                                    

Desi Ananta, Zela ingat itu, mereka pernah bertemu saat ada tour ke Tokyo di SMP setahun lalu, ah atau sudah bisa dibilang setahun lebih karena sekarang mereka sudah naik kelas dua SMA.

Mereka bukan teman dekat ataupun musuh bebuyutan, Zela hanya tau kalau Desi teman seangkatannya, tapi mereka benar-benar berinteraksi saat Tour ke Tokyo dulu. Itupun kala Desi menamparnya dan mengatakan kalau Zela telah merebut pacarnya. Zela ingat pacar Desi itu adalah Tomo. Laki-laki berdarah campuran jepang yang sama sepertinya.

Sebenarnya Desi hanya salah paham, Zela dan Tomo tak memiliki hubungan khusus berjenis perselingkuhan saat itu. Oh, ayolah mereka hanya anak kelas tiga SMP yang masih senang bermain. Zela juga tak terlalu mengerti dengan hal itu. Ia, Tomo dan juga Ken sangat dekat karena mereka merasa senasib. Mereka sama-sama half indo-jepang   dan besar dengan dua kebudayaan,

Mereka hanya senang bertukar cerita dan merasa saling nyambung dalam pembicaraan.

Tapi tampaknya kedekatan mereka disalah pahamkan oleh Desi, gadis itu melabrak Zela saat mereka di Tokyo, ia juga meneriaki Zela karena telah merebut pacarnya, gadis itu juga sempat berteriak kalau Zela sama seperti mamanya yang gila akan popularitas dan kekayaan, saat jaman SMP dulu Adhira memang cukup sering datang kesekolah untuk menjadi wali Ken dan Zela karena Zeo yang sibuk bekerja.

Dan wajah muda Adhira menjadi perbincangan, karena mereka merasa Adhira terlalu muda untuk menjadi seorang ibu dari dua anak remaja, saat itulah mulai banyak gosip yang beredar bahwa Adhira adalah wanita yang buruk, tidak tamat SMA, pernah sakit gila dan yang kebetulan mendapat pria kaya raya seperti Zeo.

Saat itu, didalam pergaulan mereka yang termasuk high class tentu saja itu menjadi suatu aib yang buruk.

setelah itu Tomo yang merasa bersalah pada akhirnya memarahi Desi disaat mereka sedang berkumpul berasama teman kelas yang lain. Saat itu lah hubungan mereka berakhir disana.

Dan seingat Zela mereka tak memiliki komunikasi apapun lagi karena setelahnya mereka memilih mengurangi interaksi dan melanjutkan sekolah di SMA yang berbeda.

"Gimana uda inget? Aizel."  tanya Desi remeh.

Zela menggeram, matanya memerah ia tak suka mamanya direndahkan. Dan Zela tak dapat mencegah tangannya untuk menampar kuat pipi Desi hingga gadis itu menoleh kesisi lainnya.

"Itu buat mama gue,"

Plak

"Itu buat mulut sampah lo"

Plak

"Dan itu buat salam pertemuan kita."

Saat Zela akan melayangkan tamparannya lagi, Alika menahannya. "Uda Zel,"

Zela hanya melirik Alika tapi ia tak mendengarkan dengan baik.

"Ada yang harus lo tau dari cerita dendam lo dimasa lalu, pertama gue gak ada hubungan sama Tomo, kedua mama gue gak serendah yang ada dikepala sok pinter lo" Zela mendorong kening Desi yang empuhnya sudah pusing karena banyaknya tamparan Zela sebelumnya.

"Ketiga, Gue gak gila popularitas, keempat gue gak murahan dan gue gak rendahan, kelima, mau gue pacaran sama siapapun, apapun alesannya itu bukan urusan lo. Dan yah, yang terakhir, lo salah cari lawan Des."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Zela menghempaskan tangannya dari pegangan Alina, gadis itupun melangkah keluar kelas meninggalkan teman-teman kelasnya yang menatapnya ngeri dan menatap Desi kasian. Sudut bibir Desi yang berdarah telah membuktikan bagaimana Zela menggunakan kekuatannya.

-

Zela melangkah keluar kelas dengan tergesa, matanya merah emosi dan siap menangis.
Zela tak suka mamanya dibilang begitu.

Mamanya adalah mama terhebat, tak peduli dulu mamanya pernah begitu membenci ia dan Ken.

Mamanya adalah mama terbaik dalam hidupnya.

Zela dan Ken tau kisah masalalu orang tuanya. Ia bahkan tau bagaimana gila dan egoisnya kedua orang tuanya dimasa lalu. Tapi apapun itu, kedua orang tuanya adalah yang terbaik dalam hidupnya. Zela tak suka mamanya dicela. Zela tak suka.

Zela terus memaki Desi dalam pikirannya, sampai ia tak menyadari air matanya jatuh begitu saja. Disana, ditaman belakang sekolah Zela terduduk dibawah pohon ketapang yang daunnya sudah banyak menguning dan berjatuhan.

Gadis itu membekap mulutnya yang ingin berteriak.

Zela tau ia mudah berpindah hati, tapi sungguh dari sekian banyak pacarnya ia tak pernah sekalipun memutuskan hubungan dengan semena-mena, ia tak pernah selingkuh, ia tak pernah merebut kekasih orang. Zela tak serendah itu.

Ia menghargai mereka, ia menghargai pasangannya. Tapi kenapa semua orang melihat rendah dirinya.

"Hiks, Tsukareta (Melelahkan)!" kesal Zela berusaha mengatur suasana hatinya.

"Ekhem, Tsukareta itu apa kak?"

Zela terkejut, ia benar-benar terkejut dalam artian sebenarnya, tubuhnya bahkan sedikit terlonjak dari tempat nya duduk.

Zela menghapus air matanya, ia lalu menatap siapa orang yang mengejutkannya. Saat ia pergi dari kelas tadi sudah hampir jam masuk kelas dan kira-kira siapa orang gila yang bolos masuk kelas selain dirinya di SMA cendikia yang penuh ketertiban ini.

"Lo!" Zela langsung berdiri dari duduknya. Mata merahnya nyalang. Ia tak suka dilihat saat ia dalam keadaan   lemah.

Yaka, sitersangka utama itu tersenyum hangat. "Iya, gue, hai pacar!"

"Ei" Zela terkekeh sinis, ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Gila, ngapain lo kesini?! Lo mau ngatain gue hah? Mau ngatain gue murahan, mau ngatain gue gila popularitas iya! Eh asal lo tau ya waktu itu gue gak ada niatan buat mencium lo- Eh bangsat!"

Zela melototkan matanya saat Yaka menarik pinggangnya dan membawanya kepelukan laki-laki itu.

"Mencium, kenapa tiba-tiba jadi baku gitu bahasanya kak?" kata Yaka terkekeh pelan, ia mengelus pelan pundak Zela.

Zela tak sanggup merespon, ia masih terkejut, dan kepalanya tiba-tiba kosong saat mendengar tawa pelan Yaka. Dada laki-laki itu bergetar seiring kekehannya yang terdengar.

"Ekhem"

Baik Zela maupun Yaka terlonjak kaget, itu bukan deheman salah satu dari mereka. Lalu keduanya menoleh secara bersamaan dan disana keduanya mendapati Ken, Alika, Alina, Angel dan juga pak Nanang, salah satu guru BK Sekolah SMA Cendikia.

Oke,

Zela rasa ini bukanlah situasi yang baik.


-

Konnichiwaa!

Dilingkungan kalian masih ada pemikiran yang sama kayak lingkungan Zela nggak? Kalau orang yang masih muda dan uda punya anak remaja pasti langsung ada cerita. Like a gossip. Misalnya, kalau ada yang bilang, "Ih si A, umur masih segini anaknya uda umur segene."
Terus yang lain bilang. "Yaiyalah Si A dulunya kan gini."

Hahaha, lingkunganku gitu soalnya.

Oya, Terima kasih telah membaca

Gengsi lah! (Selesai)Where stories live. Discover now