17

6K 639 18
                                    

Dengan tergesa gesa Aksa berlari menuju toilet, setelah selesai ia keluar dari sana namun saat akan menuju kantin tiba tiba ada seaeorang yang membekap mulutnya hingga ia tak sadarkan diri.

Samar samar Aksa melihat wajah seorang pria paruh baya sebelum kesadarannya benar benar terenggut.

Beberapa jam berlalu Aksa mulai tersadar menatap linglung pada sekelilingnya, ia berada dikamar yang begitu mewah.

Aksara terdiam menatap kamar yang nampak asing dipernglihatannya kembali mengingat ngingat kejadian sebelumnya hingga ia ingat saat ia keluar toilet lalu ada yang membekap mulutnya.

"Apa sekarang penculik menyekap sandranya dikamar mewah"gumam Aksa seraya memperhatikan detail ruangan itu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan seorang pria paruh baya memasuki kamar itu dengan nampan ditangannya

"Tuan muda sudah sadar"ujar pria itu basa basi yang tak ditanggapi olej Aksara

"Tuan muda sebaiknya anda makan dulu"titahnua seraya memberikan semangkuk bubur pada Aksara.

Aksara menatapnua sekilah lalu mengalihkan pandnagannya kearah lain tak ingin menatap pria itu

"Om siapa?"tanya Aksa tanpa mau menatap pria itu

"Saya Max tangan kanan tuan Reynold Maheswara"jawabnya lugas

"Kenapa om culik Aksa?"tanya Aksa yang mulai menatap pria itu

"Karna tuan Reynold menginginkan anda"sahut Max

"Untuk apa? Kalian mau jual Aksa?"tanya Aksa beruntun

"Tidak tuan, tuan Reynold menginginkan anda untuk menjadi putranya"jelas Max singkat

"Kenapa harus Aksa? Kenapa gak buat anak sendiri aja? Aksa punya keluarga kenapa harus Aksa?"tanya Aksa bertubi tubi

Max menghelas nafasnya, "Tuan Max belum menikah, dan tuan Max hanya menginginkan anda untuk menjadi pewaris seluruh kekayaannya"jelas Max penuh penekanan

Aksa terdiam membisu seraya menatap manik mata Max seakan mencari kebohongan disana

"Lalu dimana tuan Reynold?"tanya Aksa.

Max diam sesaat sebelum menjawab pertanuaan tuan mudanya itu.

"Tuan ada dikamarnya, beliau sedang istirahat, anda ingin melihatnya?"ujar Max diakhiri pertanyaan

Aksa diam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. Max tersenyum tipis melihatnya lalu beranjak memnawa Aksa untuk menemuin tuannya.

Ceklek

Max membuka pintu disebelah kamar yang tadi Aksa tempati, ternyata itu sebuah kamar, kamar dengan nuansa gelap itu terasa begitu dingin saat Aksa memasukinya.

Mengedarkan pandangannya dan ia melihat diatas kasur sana terdapat seorang pria paruh baya yang tengah terbaring dengan mata terpejam.

"Mendekatlah dan tanyakan apa yang ingin anda tanyakan"titah Max

Aksa menatap Max lalu dengan ragu mulai mendekat kearah kasur dan berdiri disamping kasur itu seraya menatap lekat pria paruh baya itu.

"Panggil saja, tuan pasti bangun"ujar Max saat Aksa menoleh kearahnya

Aksara nampak ragu namun dengan sedikit keberanian ia menyentuh lengan pria itu dan tak lama pria itu membuka matanya.

Keduanya diam membisu seraya saling menatap satu sama lain, pria iti tersenyum tipis menatap Aksa yang berdiri disampingnya.

"Max bantu aku duduk"perintahnya tatapannya tak beralih sama sekali dari Aksara.

Aksa mengernyit saat pria itu meminta bantuan untuk duduk, Max mendekat dan membantu tuannya itu untuk duduk bersandar dikasur.

"Om kenapa?"tanya Aksa setelah diam cukup lama memperhatikan pria itu

"No bukan om,panggil aku Papi"ralatnya seraya menarik Aksa untuk duduk disampingnya

Aksa menurut saja masih dengan menatap pria itu Aksa sama sekali tak membuka suara lagi.

Pria paruh baya itu menatap haru anak disampingnya tak menyangka jika keinginannya untuk memiliki anak itu terwujud juga.

"Maafkan papi yang sudah menculikmu, papi hanya ingin menghabiskan waktu papi denganmu sebelum papi pergi"ujar pria itu

"Pergi"beo Aksa seraya menatap penuh tanya pria itu

"Panggil aku papi sekali saja"pinta pria itu mengalihkan pembicaraan

Aksa diam menatapnya dalam, tersenyum tipis sebelum mengucapkan apa yanh diinginkan pria itu "Papi"ujar Aksa

Senyum manis terukir dibibir pria itu, airmata lolos dari maniknya membuat Aksa tertegun karnanya, dengan ragu Aksa menghambur memeluk pria itu, pria itu meneganh menerima pelukan dari Aksa aebelum membalas pelukan itu seraya terisak.

Keduanya hanya diam seraya saling memeluk, entah apa yang Aksa rasakan ia hanya merasa tak tega saat melihat airmata pria itu, lagi pula pelukannya terasa nyaman sama seperti pelukan keluarganya.

AKSARA GEOVANO {PROSES REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang