8. HEXAGON - Lorong

81 87 9
                                    

Aku menyukaimu. Ini nyata, kamu harus melewati banyak serigala di sekitarku. Harus kan? ..

"Udah makan?" tanya Hafa duduk di samping meja Avi.

"Hai. Belum nih." jawab Avi sudah tidak fokus pada bukunya. Seharusnya siang ini tugasnya dikumpulkan dan Avi harus menyelesaikannya.

"Mau makan?" tawar Hafa.

Mau banget-jerit Avi dalam hati.

Tapi ia khawatir kalau bertemu dengan teman-temannya. Ia tidak tau nasib Hafa bagaimana nanti.

Terakhir ia mempunyai gebetan-hanya sekedar gebetan kelas 9 SMP. Diajak nonton bersama di malam hari berhasil dengan mulus. Tetapi besoknya cowok itu kehilangan mobil mewahnya, karena mobilnya kena pilox dan bercak tanda tangan spidol permanen dari teman-teman Avi.

Sudah tau siapa saja pelakunya. Dan pemimpin keonaran itu adalah Dika. Hanya Dika yang berani membatasi garis keras untuk Avi.

"Duluan aja Gue selesain ini dulu." Avi menunjukkan buku tugas materi perkawinan silang.

"Mana yang belum? sini Gue bantu." tanpa permisi Hafa langsung berada di belakang Avi sampai tangannya menjulur ke depan buku tugas.

Sekarang posisi mereka sangat intim. Hafa memeluk Avi dari belakang dan membuat degu jantung Avi tidak sehat. Avi tidak suka jantungnya jika terdengar sampai luar.

Bisa dipastikan sekarang wajahnya merah padam dan pipinya mulai memanas menahan gejolak perasaan yang sudah lama tidak tumbuh.

Gugup sangat gugup.

Hafa mulai menjelaskan dan mengisi yang kosong dari soal Avi. Bukannya Avi fokus pada bukunya malah terbuai oleh aroma tubuh Hafa sedekat ini.

Untung saja ini dikelasnya sendiri, jika di ruangan lain pasti sudah menjadi bahan perbincangan yang tidak-tidak.

"Sampai sini paham?" tanya Hafa sudah menyelesaikan dua soal dalam lima menit.

Ah Avi saja tidak terasa sudah lima menit manahan nafas, tidak bergerak dan berperang dengan batinnya.

Avi hanya mengangguk sebagai jawaban. Lidahnya terlalu sulit untuk menjawab saja. Mungkin efek tidak pernah gugup karena menyukai seseorang.

"Yaudah lanjut." ujar Hafa.

"Eh gausah deh Gue bisa lanjutin sendiri. Lo makan aja keburu istirahatnya habis." tolak Avi dengan nada lembut.

"Gue mau ngajak Lo makan padahal."

"Gue..? Hmm.. Gue lagi diet." ujar Avi bohong. Jelas ia sangat bohong. Perutnya saja sudah meraung-raung seperti cacing kepanasan.

Alasan lainnya adalah ia tidak ingin Hafa tau bagaimana joroknya Avi kalau makan. Pasti langsung ditinggal nantinya.

"Kalau gitu gimana nanti Gue antar pulang?" tawarnya.

"Gue kan ada remidi."

Jangan terlalu terkejut. Avi memang memiliki otak minim, berbanding dengan Hafa yang mendominasi di kelas sebagai siswa unggul. Dan Avi adalah siswa yang berhasil mencetak remidi dengan tujuh siswa lainnya.

Ada tatapan kecewa saat mendengar alasan Avi tapi Hafa mencoba untuk tersenyum semanis mungkin.

Sebelum pergi dari hadapan Avi, ia sempat mengelus puncak kepala Avi dengan gemas sebagai perwujudan kasih sayang. "Semangat ya."

Kalau saja Avi berdiri saat ini mungkin ia bisa pingsan seketika, karena kakinya sudah sangat lemas mendengar soft nya sikap Hafa padanya.

Benar-benar tipe idaman Avi.

Hampir jam lima sore Avi masih berjuang dengan tujuh siswa lainnya mengerjakan remidi. Ia tidak-belum menyerah. Efek penyemangat dari Hafa masih bertahan sejauh ini.

Tapi saat keluar kelas setengah jam setelahnya, Avi langsung terduduk lesu di pinggir pintu. Duduk bersimpuh dilantai tanpa alas apapun dilihat aneh oleh teman sekelasnya.

"Bosen duduk di kursi Lo?" tanya Dimas teman sekelasnya yang duduk di atas kursi.

"Gue lemes tau." jawab Avi dengan nada lesu. Bahkan wajahnya dan semuanya terasa sudah berat.

"Heh bantuin." Avi mengulurkan tangannya pada Dimas agar ia dibantu untuk berdiri. tapi Dimas menatapnya dengan diam saja.

"Duh Ley, duduk diatas napa. Nyrimpetin Lo." ujar Aga cowok paling nyebelin di kelasnya.

"Avi ya. Bukan Harley." ujar Avi membenarkan. Hanya Aga dan Dimas pasangan sesama cowok yang nyebelin dengan berani memanggilnya Harley.

"Minggir sebelum Gue banting Lo." ujar Aga.

"Sini banting aku." Avi merentangkan tangannya ke udara dan menutup matanya bersiap diangkat tubuhnya dan dibanting oleh Aga.

Tapi bukan itu yang Avi rasakan, melainkan tarikan kuat yang mendekap kedua tangannya lalu menarik tubuh Avi dengan paksa berdiri.

Kaget?jelas. Seperti orang tertidur pulas yang langsung ditarik bangun berdiri dan berjalan. Seperti itulah Avi perasaan sekarang.

"Omo omo.." ujarnya tidak seimbang hampir saja terjatuh kalau tangannya dilepas olehnya.

Elang.

"Ngapain Lo di sini?" suara Avi yang keras dan nyaring seolah menggambarkan perasaannya sekarang. Ada Elang hadir di depan matanya.

Takut temannya berkata yang tidak apalagi sampai terdengar oleh Hafa bisa gawat. Hafa saja belum tau siapa saja sahabatnya, apalagi teman-temannya. Elang seolah gampang sekali hadir di depan Avi dan di depan pasangan ember ini.

"Lo-" Avi menunjuk Aga dan Dimas memberi peringatan.

"Ngapain sih? sana pergi." usir Avi mendorong tubuh Elang.

"Ayo." sekarang gantian Elang menarik tangan Avi untuk menjauh. Bukannya nurut Avi malah berontak.

"Gue bareng Teguh kok."

"Dia nitipin Lo ke Gue." ujar Elang.

"Gue bukan barang." jawab Avi kesal. "Lagian Lo ngapain sih di sini? Temen-temen Gue ga pernah tuh repot-repot sampai kelas." lanjutnya.

"Gue kan bukan temen Lo."

"Siapa tuh kalau bukan temen?" suara Dimas yang meledek.

Avi menoleh pada Dimas dan Aga yang menatap mereka berdua dengan seringaian. Avi berusaha biasa saja dan memberikan peringatan lewat jarinya.

Akan selalu mengawasi mulut mereka berdua mulai saat ini.

Avi nyelunur pergi langsung tanpa memperdulikan Elang. Ia kesal, sangat kesal dengan Elang.

---

*

-

*

GIMANA CERITANYA??

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN DI KOLOM KOMENTAR DAN KASIH BINTANG.

FOLLOW JUGA BIAR GAK KETINGGALAN UPDATE BARUKU.

Semakin kalian aktif, aku semakin semangat juga 

BISA BANGET FOTO AESTHETIC DI WALL PESAN

On Instagram @lala.l1lyyy

On Facebook lala lily

On tiktok @saharaqueen_

Kirim cinta banyak-banyak. Happy reading

HEXAGON - SEGI ENAM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang