15. HEXAGON - Tragedi Elang

68 72 10
                                    

Dika, Teguh, Rama, Nizar dan Abib duduk melingkar ditengah angin pantai malam hari. Mereka ngobrol sesama laki-laki, tapi mereka sedikit kekurangan karena tidak hadirnya seseorang yang selalu ricuh.

Mencoba terbiasa namun hal itu malah membuat mereka lebih banyak diam.

"Ah-kita pada kenapa sih?" frutasi Rama membanting ponselnya ke atas pasir. "Harusnya kita bisa marah secara dewasa tadi." sesal Rama

"Caranya?" tanya Abib.

"Udah yang lalu biarin. Nanti juga Avi.."

Ucapan Nizar terpotong oleh suara yang asing di hari yang cerah ini. Avi datang sesuai permintaan Elang tadi. "Ngomongin Gue?"

Dika dan Rama yang uring-uringan langsung bangkit dari duduknya. Terlihat wajah yang tadinya lusuh berubah menjadi cuek. Istilahnya sok cool.

"Hai Abib." Avi menyapa Abib yang masih duduk dan langsung memeluknya dari samping. "Kangen. Udah makan?"

Abib diam. Ia hanya tersenyum dengan wajah sumringah karena ada yang datang.

"Ngapain Lo matiin lampunya?" teriak Teguh melihat ruangan di rumahnya semua gelap karena ulah Avi.

"Kalo ada Gue gausah nyalain lampu." ujar Avi.

"Gelap oey, mana nih lampunya." cari Dika keluar dari kamar mandi.

"Gue mau makan lah." protes Rama.

"Eits. gaboleh di nyalain." pantang Avi melarang Abib hendak bangkit.

"Ini rumah Gue." balas Teguh.

"Gue adalah sumber penerangan." ujar Avi mengangkat dagu tinggi.

"Ya kalo masih gini artinya Lo kalah sama yang lampunya cuma 10 watt." ujar Teguh.

"Lo bandingin sama lampu, coba bandingin sama hidayah Lo semua." balas Avi tidak terima.

"Apa mkasud Lo?" tidak terima Dika.

"Gak ada pengulangan." balas cepat Avi.

"Cepet nyalain gak." ancam Dika.

"Gue ke sini karena daerah sini sepi, kayak angker." sindir Avi.

"Lo nyindir atau ngomong fakta." ucap Teguh.

"Gue lapar." ujar Avi duduk di kursi bekas Teguh dan menatap pasir di bawah kakinya.

"Lapar ke sini?" tanya Dika masih angkuh.

"Ayo bikin mie." ajak Avi sumringah ke Abib. Karena hanya Abib yang paling gampang goyah pendiriannya dengan rayuan imut.

Abib dengan sekuat tenaga menahan rasa ingin berkata iya saat senyum perempuan itu tidak luntur.

"Oke cukup." tegas Nizar membelah suasana. Ia berdiri dengan tegas dan wajah yang dingin. "Bisa di jelaskan semuanya."

Senyum Avi perlahan pudar bahkan tatapan matanya kini terlihat melesu. Melihat suatu kenyataan yang tidak ingin dikatakan.

"Gue sama Hafa emang ga pacaran. Kita deket doang." ujar Avi. "Kalo ga percaya tanya aja sama Elang." lanjut Avi menunjuk Elang dengan tegas.

Elang yang hanya diam saat ditunjuk dan di jadi tumpuan harapan sebagai jawaban akhirnya memberi klarifikasi.

"Gue udah larang Lo sebelumnya."

Jawaban yang membuat Avi meneguk ludahnya. Bukannya di selamatkan malah mendorong ke lubang hitam.

HEXAGON - SEGI ENAM (End)Where stories live. Discover now