3

279 26 1
                                    

Seketika semua yang melihatnya langsung terpukau atas penampilannya dengan pakaian rapi dan berdasi, rambut dibiarkan mengerai, kulit putih, dan matanya sipit seperti orang tionghoa.

"Wahh ganteng seketika hati aku berbunga-bunga."

"Apalagi matanya sipit dan kulitnya putih kaya Chanyeol."

"Meronta-ronta jiwaku tak tahan melihat ketampanannya."

Banyak sekali celotehan dari murid lainnya.

Sementara Ena malah hanya diam membeku.
Bukan karena ia kagum dengan cowok itu seperti teman-temannya. Akan Tapi karena ia takut kalau berdekatan dengan cowok apalagi cowok ganteng sepertinya.

"Silahkan Angkasa bisa duduk disebelah Arsina Jalena Sanders. Yang namanya Arsina silahkan acungkan jari."

Ena dengan gugup langsung mengacungkan jarinya.

Angkasa pun langsung berjalan menuju tempat duduk Ena. Karena memang tidak ada lagi bangku yang tersisa disana. Lagipula memang Ena yang meminta sendiri kepada gurunya untuk duduk sendirian. Karena sistemnya 1 meja 1 cewek dan cowok. Ena memang daridulu sudah memberi tahu Bu Sania soal phobianya karena kalau Ena nggak memberi tahu ia takut ketinggalan pelajaran karena ia merasa sesak saat berdekatan dengan laki-laki.

Tapi sekarang ia terpaksa harus menahan dirinya supaya yang lain tidak mengetahui hal ia rahasiakan tentang phobia yang ia derita. Dalam ilmu kedokteran Phobianya biasanya disebut Arrhenphobia. Phobianya timbul ketika ia berdekatan/bersentuhan dengan cowo. Selama 1 tahun lebih ini yang tahu menahu soal phobianya adalah Bu Sania dan keluarganya.

Tapi desas desus soal phobianya sebenernya sudah banyak tahu. Tapi mereka hanya berprasangka dan mereka belum tahu kenyataan yang sebenarnya.

Biarkan kebenaran tentang phobia yang di derita Ena menjadi misteri yang tidak akan terpecahkan. Karena Ena tidak ingin mereka tahu karena Ena takut teman-temannya akan membenci bila mengetahui kebenarannya.

Jikalau terpecahkan mungkin Ena tidak kuat untuk menerima mungkin saat itu Ena akan pergi jauh dari yang lainnya.

Bel telah berbunyi semua murid yang ada dikelas langsung bersiap untuk pergi keluar dari kelas.

"Anak-anak pembelajaran jarak hari ini kita akhiri dulu. Sekian dari saya wassalamu'alaikum." Bu Sania pergi menghilang dibalik tembok kelas.

"Waalaikumsalam Bu," tutur serempak semua murid.

Sementara Ena langsung pergi keluar dari kelas dengan ekspresi muka pucat.

Angkasa yang melihat kejadian itu langsung mengikuti Ena diam-diam.

Ena kini langsung masuk ke toilet untuk memuntahkan segala isi yang ada diperutnya dan kepala terasa pusing karena tadi ia sudah cukup lama duduk disamping Angkasa.

Ena keluar dari kamar mandi, ia melihat Angkasa ada didepannya.

Ena langsung mencoba menghindari Angkasa namun tubuhnya dicekal oleh Angkasa yang badannya lebih besar darinya.

"Tolong lepasin aku." Ena meronta-ronta ingin melepaskan tubuhnya yang dicekal Angkasa dengan kedua tangannya.

"Kamu kenapa kaya menghindar dari aku?" tanya Angkasa menatap datar pada Ena.

"Gpp," balas Ena singkat.

"Kalau ga kamu bales, aku nggak bakal lepasin kamu," ancam Angkasa.

"Aku ga bisa jelasin lepasin aku," pinta Ena kembali.

Karena Angkasa tidak mau melepaskannya akhirnya Ena langsung mencubit tangan Angkasa lalu pergi meninggalkan Angkasa.

Disisi lain tanpa ada yang mengetahui ada seseorang yang mengintip percakapan Angkasa dan Ena.

Orang itu langsung berlari menuju kelas 11 IPA 4. Entah dengan maksud apa orang itu pergi kesana.

Orang itupun langsung masuk ke kelas dan memberitahukan ketemannya soal kejadian tadi.

"Ita, tadi aku liat Ena saudara kembar kamu bicara sama Angkasa," tutur orang itu dengan napas tersengal-sengal.

"Apa? Ena ngapain sama Angkasa murid baru itu. Harusnya 'kan aku yang Deket sama Angkasa bukan dia." Ita langsung menatap orang itu dengan tatapan tajam.

Arsaina Jelita Sanders atau biasanya dikenal dengan Ita adalah Kaka kembar Ena. Namun Ena dan Ita tidak seperti kakak adik yang saling menyayangi melainkan malah seperti musuh bebuyutan. Meskipun Ena tidak membalas perbuatan dari Ita.

"Masa sih Sha?" tanya Ara atau nama lengkapnya Quenara Alisya Bramasta.

"Iya bener Ra ini aku tunjukkin fotonya tadi." Shasa atau nama lengkapnya Galesha Darinda Marshall menunjukkan foto yang tadi ia ambil diam-diam.

"Aku harus kasih pelajaran nih sama Ena," kata Ita dengan muka menahan amarah.

Disisi lain Ena baru saja masuk ke kelas tiba-tiba tangannya langsung diseret sama Ita diikuti dengan kedua sahabatnya Sasha dan Ara.

"Ka Ita ngapain seret aku? Lepasin Kak." Mata Ena berkaca-kaca seolah menahan tangis.

Disisi lain ada seorang cowok yang diam-diam mengikuti mereka.




Arrhenphobia [END]Where stories live. Discover now