29

104 11 0
                                    

Siang berganti malam, malam berganti pagi.

Mentari menyinari bumi dan dunia tanpa kata lelah. Dari mentari kita bisa belajar bahwa tidak boleh lelah atau menyerah dalam melakukan sesuatu. Capek, lelah, sakit tak apa tapi jangan berhenti. Boleh istirahat sebentar tapi jangan berhenti. Karena semuanya akan indah pada waktunya saat kita mau bersyukur.

Pagi hari dikediaman keluarga Sanders.

Ena sudah siap dengan hijab instannya lengkap dengan seragam panjang SMA lengkap dengan rok panjang. Muka tanpa makeup membuat gadis itu terlihat natural tapi cantik. Cantiknya alami tanpa makeup.

Berbeda dengan kembarannya yang bertolak belakang dari segi sikap maupun penampilan. Saudaranya memakai rok di bawah lutut, seragam SMA tidak dimasukkan ke dalam, rambut tergerai panjang, dan wajahnya dipoles dengan makeup tebal memakai alis, lipsbalm, serta bedak.

Jika dari jauh mereka memang tidak terlihat kembar karena banyak sekali perbedaan diantara keduanya.

Ena langsung duduk bersama papa dan saudara kembarnya.

Ena mengambil sepotong roti dan diberi selai stroberi karena memang dirinya suka dengan selai stroberi. Berbeda dengan Ita suka dengan selai cokelat seperti papanya.

Entah hari ini ada angin apa, ataukah semesta lagi berpihak padanya, papa dan saudaranya hanya diam.

"Pa, Ena berangkat sekolah dulu." Pamit Ena dengan mencium punggung tangan ayahnya.

"Iya," balas singkat papanya dengan tatapan datar. Sementara saudara menatapnya dengan tatapan sinis.

'Apakah hari ini memang mereka baik padaku? Ataukah Kak Ita merencanakan sesuatu untuknya?' batin Ena lalu pergi menuju depan untuk mencari angkutan umum.

"Ena ga tahu nanti disekolah ada kejutan besar untuknya." Gumam Ita dalam hati.

Kejutan apakah yang dimaksud oleh Ita? Apakah itu baik atau justru akan menjadi hal yang buruk bagi Ena?

Liat saja nanti biarkan alur cerita hidupnya membawa kisah Ena selanjutnya.

Saat Ena masuk ke dalam angkot, gadis itu melihat ada sosok laki-laki yang sering menguntitnya dari belakang. Laki-laki itu tersenyum simpul pada Ena.

"Pagi Ena," sapa laki-laki itu.

"Pagi Asa." Ena membalasnya dengan senyuman dan duduk dibelakang laki-laki itu.

"Kenapa hari ini kamu terlihat bersinar terang tanpa ada awan kelabu?" Selidik Angakasa. Biasanya gadisnya itu selalu memancarkan aura kesedihan di pandangan matanya. Namun kali ini beda dari sebelumnya.

"Alhamdulillah Kak Ita sama Papa bersikap baik sama aku. Tapi ...." Ena sengaja tidak melanjutkan ucapannya karena gadis itu tidak ingin bersuudzhon atas hal yang mungkin akan menimpanya.

"Alhamdulillah semoga itu memang benar dan tidak ada maklum lain ya Ena." Angkasa bahagia mendengar ucapan yang diutarakan oleh Ena. Namun disisi lain ada sedikit rasa cemas melihat perubahan sikap Ita. Apakah ini memang tulus dan ikhlas? Ataukah ada maksud lain seperti kata pepatah ada udang di balik batu?

Sebagai manusia biasa mereka berdua harus berhusnuzhon kepada Allah. Seperti yang tertuang dalam QS. Al-Hujurat ayat 12. Ayat tersebut berbunyi.

"Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

"Sesungguhnya Allah berkata : Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya." (HR. Muslim no. 4849)

Maksud dari dalil Al-Qur'an dan hadist ialah kita harus berhusnuzhon (berprasangka baik) baik kepada manusia maupun kepada Allah karena Allah tidak menyukai orang yang berprangka buruk karena sesungguhnya semua hal yang ada dunia itu sudah kehendak Allah. Sebagai manusia kita waspada atas akan yang terjadi. Namun tidak boleh berprangka buruk.

"Amin semoga itu yang terjadi. Jikalau tak sesuai ekspektasi dan harapanku. Ena yakin semua sudah diatur oleh Allah dan pasti akan ada gunanya." Terang Ena.

"Bener banget Allah lebih mengerti apa yang terbaik untuk kita. Karena yang kita kira baik belum tentu itu baik bisa jadi sebaliknya. Jadi kita berprangka baik saja pada Allah." Angkasa menjelaskan semuanya.

Ena hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Angkasa.

Arrhenphobia [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora