10

212 15 0
                                    

Hujan masih mengguyur daerah itu. Ena dan Angkasa masih meneduh sana. Sebenarnya Angkasa membawa Ena di sebuah taman kecil dan ada sebuah danau di dalamnya. Ditambah lagi dengan tumbuhan hijau seperti bunga, pohon palem, dll membuat suasananya semakin menenangkan.

"Asa kenapa kamu bawa aku ke tetapi danau ini?" tanya Ena.

"Karena aku suka." Angkasa tersenyum tipis.

"Tapi aku ga suka." Ena mencibikkan bibirnya karena kesal.

"Lah kenapa?" tanya balik Angkasa.

"Gpp deh." Ena kini malah menunduk.

Sebenarnya di tepi danau ini mengingatkan Ena pada sosok Alen yang dulu meninggalkan ditepi danau tanpa sebab. Makanya Ena tidak suka bukan karena tempatnya tapi karena kenangan pahit dari masa lalunya.

"Hmm." Angkasa hanya membalasnya dengan dehaman

"Asa aku boleh nanya sesuatu ga?" tanya Ena masih dengan gemetaran.

Tangannya gemetar bukan karena di situ suasana dingin. Akan tetapi karena phobianya itu. Entah sampai kapan Ena harus menanggung semua itu sendirian. Dulu ia sudah hampir sembuh akan tetapi karena sesuatu hal semuanya kembali pada masa lalunya membuatnya semakin frustasi.

"Nanya apa?" Angkasa malah berbalik nanya pada Ena.

"Kenapa kamu selalu ingin mendekati aku?" Ena menatap Angakasa dengan tatapan nanar.

"Karena kamu istimewa dan berbeda dari yang lain." Angkasa menatap Ena dengan sangat lekat.

"Maksudnya boleh lebih diperjelas ga?" tanya Ena sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya Angkasa supaya tidak kedinginan dan Angkasa tidak curiga dengannya karena tiap berdekatan dengannya pasti tangannya gemetar.

"Kamu berbeda dari yang lain dari segi manapun. Seperti disaat yang lain mendekati diriku kamu justru menjauh. Disaat yang lain memoles wajahnya dengan makeup kamu justru tak memakai apa-apa." Angkasa menjelaskan semuanya.

Maksud dari yang lain adalah perempuan. Biasanya kebanyakan zaman sekarang perempuan lebih mementingkan rupa untuk menarik hati lelaki. Akan tetapi Ena justru malah acuh dan tak peduli dengan semua itu.

"Apakah jikalau suatu saat nanti kamu tahu segala hal tentangku dan membuatmu kecewa/marah. Apakah kamu masih mengejarku?"

Ena masih saja menunggu jawaban dari Angkasa. Sebenarnya ia ingin memberi tahu semuanya termasuk phobianya pada Angkasa. Namun egonya tidak berani mengutarakan semua itu. Mungkin saat semuanya terbongkar Angkasa akan menjauhinya. Cepat atau lambat pasti itu akan terjadi.

Seperti yang Ena alami di masa lalunya. Mereka hanya datang sok peduli dan memecahkan misteri tentangnya. Setelah tahu semuanya mereka akan menjauhinya dan menyesal kenal dengannya.

Traumanya terhadap laki-laki yang dulu mengatakan mencintainya sekarang malah pergi tanpa sebab dan meninggalkan luka pahit yang sulit untuk disembuhkan. Bahkan jikalau bisa disembuhkan pasti akan ada bekasnya. Layaknya menancapkan paku di pohon, saat dicabut pasti ada bekasnya meskipun cuman sedikit.

"Sekarang giliran aku nanya ...." Angkasa menjeda ucapannya sebentar."Kenapa saat berdekatan denganku tanganmu gemetar? seperti orang ketakutan dan wajahmu juga nanar."

Ena tidak langsung menjawab ucapan dari Angkasa ia justru memikirkan terlebih dahulu.

'Kalau kamu tahu yang sebenarnya pasti kamu akan menjauhiku' batin Ena.

"Ena jawab," pinta Angkasa.

"Maaf aku tak bisa menjawab." Ena menunduk ke bawah.

"Kenapa?"

"Aku belum siap aja."

"Maksudnya?"

"Belum siap memberi tahu."

"Ya udah gpp, biar aku cari tahu sendiri."

"Terserah."

'Pasti kamu ingin memberi tahu aku tapi kamu terlalu takut' batin Angkasa.

"Kalau gitu ayok kita pulang hujannya udah reda nih," ajak Angkasa.

"Maaf baru bilang. Aku boleh kan panggil kamu Asa aja?" Ena masih saja menunduk.

"Boleh, nama Asa itu aku suka. Aku janji yang boleh panggil aku Asa cuman kamu."

"Makasih."

Ena duduk dibelakang motor Angkasa. Dengan jarak 50 cm karena karena ia takut kalau terlalu dekat nanti akan memperparah phobianya. Pastinya membuat Angkasa semakin tidak nyaman dengannya.

Sesampainya di rumah Ena, Angkasa langsung pamit untuk pulang. Ena hanya membalasnya dengan senyuman dan berterimakasih.

Angkasa mengantar Ena hanya sampai di depan pintu gerbang rumah Ena tidak masuk karena Ena menolak.

Arrhenphobia [END]Where stories live. Discover now