31. Homegrounded

630 76 22
                                    


ROSEANNE berjalan dengan langkah perlahan setelah dipersilahkan masuk oleh salah satu pelayan. Rumah super besar yang ia masuki ini cukup membuatnya bingung ke arah mana ia harus melangkahkan kaki. Sudut matanya melirik sebuah LCD TV besar menggantung di dinding dan sebuah sofa merah maroon dengan seseorang yang tengah duduk di atasnya.

Seperti maling yang mengendap-ngendap, Roseanne memastikan langkahnya pelan tanpa bunyi hingga akhirnya tiba tepat di belakang seseorang yang tampak sibuk memainkan game di ponsel. Sedikit mendengus kesal, Rosie menarik nafas cukup panjang sebelum melayangkan telapak tangannya memukul bagian belakang kepala cowok di depannya.

"Heh!"

"Anjing!"

June, cowok yang lagi-lagi membuat onar di sekolah itu kini mendapatkan satu ganjaran atas kelakuannya yang diluar nalar. Ia diskors dari sekolah selama 3 hari.

"Roseanne? Lu ngapain ke sini?!"
Mata June melotot melihat Rosie yang masih dengan seragam sekolah, meletakkan sebuah parsel berisi makanan di atas meja dengan dengusan kesal. Kekhawatiran Rosie kemarin tampak sia-sia melihat bagaimana June justru dengan tenang menikmati waktu di rumah alih-alih panik dan gelisah karena diskors sekolah.

Roseanne benar-benar tak habis pikir.

"Nyesel gue bawain ginian segala," ketusnya, "gue kira lo sekarat!"

Ketika Rosie hendak membalikkan badan lagi, June menahan tangannya dan mendecak, "yaela pengen banget gua sekarat," ucapnya lalu menarik cewek itu duduk di sampingnya, "lagian tumben banget lu peduli dah."

Rosie yang melihat raut muka dan perkataan June sontak melayangkan kepalan tangan ke kepala cowok itu. June memang tak ada kapoknya, ingin rasanya Rosie mengacak-ngacak mukanya yang menyebalkan.

"Aduh aduh iya anjir maap maap!"

Rosie menghembuskan nafas kesal, mendorong June menjauh sebelum meneguk sebotol minuman yang ia bawa di tasnya.
"Gue tuh capek banget ya Jun, udah kayak mak-mak ngurusin anak tau gak??!!"

June berdehem, mengalihkan pandang ke seluruh penjuru ruangan dengan muka masih tak keliatan bersalah sama sekali, "lo bisa ga sih sekali aja gausah buat masalah??!!!"

Rosie menatap tajam June yang hanya menatapnya datar, memang benar bahwa keduanya memiliki kepribadian yang saling keras. Rosie sadar bahkan batu sekeras apapun tak kan mampu melunakkan June, sifatnya yang sudah jauh lebih dulu terbentuk tak kan mudah untuk diubah, bahkan mungkin tak kan pernah bisa berubah.

Dengan Rosie yang juga cukup bar-bar dan tak sabaran, kadang keduanya berbenturan begitu kuat hingga terpental menjauhi satu sama lain. Terkadang Rosie berpikir, mungkin ia harus lebih melunak, atau setidaknya memberi celah untuk memahami, tapi semakin banyak yang ia tau, semakin ia merasa mereka tak cocok. Rasanya seperti tak pernah bertemu, selalu berlawanan.

Gadis itu tiba-tiba menghela nafas panjang yang membuat suasana tegang tadi seketika mencair. June memperhatikan bagaimana Rosie mengambil sebuah plaster dari dalam tasnya, kemudian menarik tangan kanan June yang tanpa lelaki itu sadari, terluka. Perkelahian kemarin membuat punggung tangannya lecet dan memar, tampak jejak darah yang sudah mengering. Rosie tak tau harus bagaimana membayangkan berapa banyak orang yang telah menerima bogem mentah June kemarin.

Menempelkan plaster bergambar bintang-bintang kecil itu ke punggung tangan June, Rosie bergumam, "dah! Gue mau balik."

Perkataannya membuat June membelalakkan mata terkejut, dengan panik buru-buru menahan tangan Rosie untuk yang kedua kalinya, "baru dateng masa udah balik aja," ocehnya kemudian meraih sebuat stik PS di atas meja dan menunjukkannya ke depan muka Rosie yang kebingungan, "ayo main!"
***

RELATIONSHIT! | 97 line [COMPLETE✔️]Where stories live. Discover now