55 31 161
                                    

🍓 HAPPY READING 🍓

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

***

Nadya berjalan di koridor menuju kelasnya dengan perasaan kesal dan marah menjadi satu. Dia terus mengingat kejadian Budi yang membohonginya tadi. Dia paling benci dibohongi.

"Sok kegantengan! Padahal mukanya biasa aja." Nadya berdecih, memegang tali tas punggungnya dengan kuat. "Mana dia bilang kalau dia kembaran Cha Eun Woo lagi. Apa di rumahnya nggak ada cermin? Merasa banget. Padahal Cha Eun Woo sama dia bagaimana serbuk berlian dan serbuk rangginang. Jauh banget ... ."

Nadya terus berjalan sambil mengoceh tidak jelas. Hingga saat berbelok, dia bertabrakan dengan seseorang yang sedang membawa tumpukan kardus.

Bruukk!!!!

"Astaga ... maaf, gu-gue nggak lihat." Nadya kaget, melihat begitu banyak kardus dan kertas yang berserakan di lantai.

"Uuh ... sakit banget ... ." Korban Nadya mengelus bokongnya yang sakit. Dia bangun dan merapikan celana dan seragamnya. "Haahh ... semuanya berantakan, deh."

"Maaf ... gue nggak sengaja. Biar gue bantu beresin lagi." Nadya berjongkok dan mulai memungut satu per satu kertas yang berserakan di lantai.

Cowok jangkung yang berdiri tidak jauh dari Nadya memperhatikan Nadya dengan senyuman kecil.

"Lain kali, kalau jalan hati-hati. Lihat ke depan, biar nggak nabrak orang." Cowok itu juga memungut kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Nadya mengangguk lesu. "Iya ... ," lirihnya.

Tangan cowok itu bergerak membelai rambut Nadya, hal itu membuat Nadya menoleh.

"Ada debu," ucap cowok itu sambil tersenyum manis.

"Oh." Nadya kembali melanjutkan kegiatannya.

Sekarang semua kardus dan kertas-kertas yang berserakan di lantai sudah bersih.

"Akhirnya bersih juga," lega cowok itu. "Makasih, udah bantuin." Dia menoleh pada Nadya.

"Hm. Sama-sama. Lagipula ini udah kewajiban gue buat ngebantuin lo, karena udah nabrak lo tadi."

"Hahaha ... benar juga. Ternyata lo tau diri." Cowok itu berjongkok mengambil kardus yang ada di depannya. Dia kembali menatap Nadya. "Lo bantuin gue bawa yang itu, takutnya jatuh lagi."

Nadya melirik kardus yang ada di depannya. Dia hanya mengangguk, lalu mengangkat kardus itu. Mengikuti langkah cowok jangkung di depannya.

Sesampainya di gudang sekolah, mereka masuk dan meletakkan kardus yang mereka bawa di atas lemari.

"Makasih lagi," ucap cowok itu.

"Sama-sama. Kalau gitu, gue ke kelas dulu." Nadya hendak melangkah, namun tangannya dicekal oleh cowok itu.

"Kenapa?"

"Gue pengen tau nama lo," jawab cowok itu. "Emm ... nggak ada maksud apa-apa kok. Gue lihat lo kayaknya suka bantuin orang, mungkin suatu saat gue bisa minta bantuan lo lagi."

Nadya melepaskan tangan cowok itu. "Panggil aja Nadya," ucap Nadya sedikit datar.

"Gue Reza," ucap cowok itu. "Wakil ketua OSIS." Reza tersenyum manis pada Nadya.

Sepertinya cowok bernama Reza ini murah senyum. Atau ... ada maksud lain dari senyumannya?

"Kalau gitu, gue balik ke kelas dulu, ya. Makasih udah bantuin gue, adek Nadya yang cantik." Reza melambaikan tangan pada Nadya sambil berlari. Senyum di bibir manis cowok itu terus terukir.

Nadya Ayo PacaranWhere stories live. Discover now