24 4 1
                                    

🍓 HAPPY READING 🍓

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT

***

Nadya terkejut, begitu keluar dari rumahnya Budi sudah menunggu di atas motor sport berwarna hitam. Kehadiran cowok berjaket abu-abu itu cukup menarik perhatian ibu-ibu dan para remaja perempuan yang hendak ke sekolah.

"Eh, my girl! Good morning." Budi tersenyum lebar begitu melihat Nadya berjalan ke arahnya.

"Lo ngapain ke sini?" bisik Nadya dengan nada kesal.

Para ibu-ibu yang lewat mulai berbisik-bisik tentang dirinya. Nadya yakin, mereka pasti membicarakan sesuatu yang tidak-tidak tentangnya.

"Itu cowoknya pasti anak orang kaya."

"Kok bisa sih, Nadya dapat cowok anak orang kaya?"

"Mungkin Nadya pake susuk."

"Atau mungkin cowok itu digodain sama dia."

Budi mengikuti arah mata Nadya. Dia mengangguk mengerti, "Emang nggak boleh, gue jemput calon ibu dari anak-anak gue nanti? Buruan naik, nanti kita telat." Lalu Budi memakaikan helm ke kepala Nadya dengan lembut.

Nadya masih diam sambil menatap Budi dengan kesal.

"Naik. Nggak usah dengarin omongan mereka."

"Emang lo siapa perintah-perintah gue?"

"Gue?" Budi menunjuk dirinya, "Jodoh di lauhul mahfudz lo." Cowok itu menunjuk dahi Nadya.

Nadya memutar bola matanya, "Mimpi."

Budi berdecak, "Kalau lo nggak naik, gue bakal cium lo sekarang."

"Lo berani lakuin itu, gue buat gigi lo ompong. Terus gue patahin semua tulang-tulang lo." Ancam Nadya menatap tajam Budi. Dari tatapannya, Budi yakin Nadya tidak main-main. Padahal dia cuman bercanda.

"Jahat banget lo sama jodoh sendiri." Budi cemberut.

"Nadya! Naik aja sayang, kasihan Budi udah nungguin kamu dari subuh," ucap Diana.

Nadya menoleh ke belakang begitu mendengar suara ibunya. Apa? Jadi, Budi sudah menunggunya sejak subuh? Pantas saja hidung cowok itu sedikit memerah. Nadya berpikir beberapa menit, lalu naik ke atas motor Budi.

Budi tersenyum bahagia. Dia memakai helm-nya, lalu menyalakan mesin motornya. Sebelum melajukan motornya, Budi menekan tombol klakson lalu melambaikan tangan pada Diana yang berada di teras rumah.

"Kami pergi dulu, calon mertua!" teriak Budi.

Mendengar teriakan Budi, Nadya langsung memukul kepala cowok itu.

"Aduh ... Nadya, kalau gue geger otak gimana? Nanti anak kita nggak pintar dong."

"Apa? Lo ngomong apa, sih?" Nadya sedikit mendekatkan kepalanya ke depan.

"Emm ... kalau kita emang jodoh gimana, Nad? Lo siap nggak, jadi anggota Keluarga Arrofannya?"

Nadya tidak menjawab. Hingga sampai di parkiran sekolah, Nadya turun dari motor Budi lalu menatap cowok itu dengan lekat.

Budi sedikit kaget. Jantungnya juga berdebar sangat cepat saat melihat Nadya menatapnya.

"A-apa?" tanya Budi gugup.

"Lo benaran suka sama gue?"

"Iya," jawab Budi cepat.

"Why?"

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: May 18, 2022 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Nadya Ayo Pacaranजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें