37 | Pencarian Yang Gagal

20.7K 1.5K 43
                                    

💕Jangan lupa vote, comment, and share cerita ini kalo kalian suka💕

37. Pencarian Yang Gagal
_____

BRAKK~

Suara gebrakan meja terdengar hingga ke meja Mutia. Di dalam ruangan, Arfi tengah melampiaskan amarahnya setelah mendapat telepon dari bawahannya. Tak lama, ia pun terduduk dengan helaan nafas berat.

"Sebenernya kamu dimana, Aya?" Lirih Arfi dengan kepala tertunduk lesu, "Kenapa kamu ngilang sejauh ini?"

Jika di tanya apa Arfi lelah? Tentu saja jawabannya iya. Tapi mengingat siapa sosok yang sedang di carinya, membuat tekad Arfi kembali menyala. Arfi ingin menebus kesalahan fatalnya di masa lalu.

Melalui foto yang diberikan oleh Nara malam tadi, Arfi langsung menyuruh anak buahnya mencari lokasi tersebut. Ternyata foto itu diambil di salah satu restoran yang ada di Sydney. Namun sayang, sosok Aya yang tertangkap di foto itu hanyalah pengunjung. Dan juga foto tersebut ternyata diabadikan 2 tahun yang lalu.

"Ya Allah, hamba mohon petunjuk dari-Mu." Batin Arfi.

Beberapa menit Arfi memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, hingga akhirnya ia menghubungi Mutia dan meminta sekretarisnya itu untuk datang ke ruangannya.

Tok~

Tok~

Pintu ruangan di ketuk dari luar. Wajah Mutia memang terlihat santai, namun tidak dengan jantungnya.

"Masuk." Balas Arfi tanpa beranjak sedikitpun.

Mutia masuk dan berjalan cepat menuju meja sang direktur, "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Kosongkan jadwal besok." Ujar Arfi.

Terlihat wajah Mutia yang sedikit mengernyit bingung, "Tapi, Pak-"

"Apa perintah saya kurang jelas?" Sela Arfi dengan tatapan tajam.

Untuk sesaat Mutia dibuat gemetar ketakutan, namun tak lama ia kembali menormalkan tubuhnya, "Bukan itu maksud saya, Pak. Tapi besok Bapak harus berangkat ke Melbourne. Kemarin Pak Tommy sudah mengirimkan undangan pernikahan anaknya, Pak."

Ya Tuhan, hampir saja Arfi melupakan rekan kerjanya di Australia yang kemarin menghubungi dan mengundangnya secara pribadi. Tidak mungkin Arfi melewatkan undangan tersebut begitu saja.

Terdengar helaan nafas berat dari Arfi, "Atur semua yang diperlukan untuk besok."

Mutia mengangguk kecil, "Baik, Pak."

"Kamu harus ikut." Lanjut Arfi tanpa melirik Mutia.

"Kemana, Pak?" Tanya Mutia yang bingung.

Barulah Arfi menoleh ke Mutia dengan tatapan datar, "New Zealand. Kita akan memantau perkembangan proyek disana."

Terlihat Mutia yang ber'oh tanpa suara. Bisa-bisanya Mutia berpikir jika Arfi akan mengajaknya sebagai partner ke acara pernikahannya anak Tommy.

"Baik, Pak." Balas Mutia dengan senyum manis, "Kalau begitu, saya permisi, Pak."

"Hm." Gumam Arfi.

Stay With Me [✓]Where stories live. Discover now