Kisah 36

3.4K 151 5
                                    

Jessica menggenggam tangan Felli, "lo gak boleh drop sekarang. Lo harus tetap kayak gini supaya gue bisa dapetin Sabda. Kita buat rumah tangganya hancur, setelah itu gue bunuh lo. Atau kalau gue gak bisa dapetin Sabda semuanya juga gak akan bisa dapetin Sabda termasuk Fara."

Jessica tersenyum licik. Seandainya saja Sabda tau bahwa selama ini dialah dalangnya, ia yang memberikan Felli obat yang tidak sesuai selama ini. Itulah yang menyebabkan Felli terus-terusan kambuh dan tak kunjung membaik. Dia mungkin tidak bisa menghentikan pernikahan Sabda dan Fara, tapi ia bisa menghancurkannya.

Jika Sabda bersikeras tetap seperti itu Jessica yakin ia tak hanya akan kehilangam Fara, tapi semuanya.

"Lo gila ya?! Itu bukan lagi cinta Jes, itu obsesi!"

Jessica mencebik, "Apapun untuk cinta pertama gue."

Pandu mengusap wajahnya frustasi, "Tapi gue gak akan ikut sama rencana lo."

"Terserah lo sih, gue cuma menyadarkan lo."

Pandu yang kala itu sedang duduk-duduk di coffe shop di kejutkan dengan kedatangan Jessica dengan gaya seksinya.

Ia menawarkan perjanjian gila dengan Pandu.

"Lo kenapa ngajakin gue sih?!"

"Setelah gue liat lo meluk Fara di ruangannya dan lo di tampar Fara hari itu, gue jadi berfikir mungkin lo mau menyelamatkan Fara kalau suatu hari hal ini terjadi."

"Lo jangan pernah sentuh Fara, gue gak akan tinggal diam kalau itu berhubungan sama Fara!"

Jessica tertawa pongah, "See? Lo masih cinta kan sama dia?"

🌼🌼

Sabda mengurus cutinya. Lalu beberapa keperluan yang harus ia bawa ke Bali untuk menemui Fara. Setelah bosan di teror setiap hari oleh Sabda, Melati akhirnya membocorkan kemana Fara pergi. Ia berniat menyusul Fara hari ini, ia harus meminta maaf pada Fara dan menyelamatkan pernikahan mereka.

Dalam perjalannya ke bandara Sabda berkali-kali dapat telfon dari Jessica, ia tau jika Jessica akan mengatakan tentang kondisi Felli. Bukan berarti kondisi Felli tidak penting, namun ada yang harus ia prioritaskan. Sudah cukup ia memprioritaskan Felli selama ini.

Sabda sampai di bandara pukul tiga sore. Jadwal keberangkatannya pukul setengah empat. Masih ada tiga puluh menit lagi untuk keberangkatannya, namun sebelum Sabda melanjutkan langkahnya menuju gate, sebuah timah panas dan suara letusan tembakan menghantam kepalanya. Sabda tak bisa melihat apapun, pandangnnya menggelap. Seluruh orang yang berada di sana panik, semua ornag mengerumuni Sabda. Namun di antara alam bawah sadarnya Sabda melihat Fara sedang tersenyum begitu cantik ke arahnya.

🌼🌼

"Mbok Ami kemana sih. Kok gak matiin tv?"

Tangan Fara sudah siap matikan siaran televisi, namun berita siang itu membuat lulutnya lemas. Wajah dan nama suaminya terpampang disana.

"Pukul tiga dini hari telah terjadi aksi penembakan di bandara Soekarno-Hatta, korban yang terkena tembakan yaitu pengacara Sabda Ergilang....."

Fara terduduk, seluruh sistemnya lumpuh total. Ia tak bisa lagi berfikir jernih. Ia mengambil handphonenya. Namun Mama mertuanya menelpon lebih dulu.

"Nay, Sabda.."

"Iya Ma, Nay kesana sekarang."

Fara tak lagi memikirkan apapun ia hanya ingin pulang, lalu melihat keadaan Sabda. Ia mengemas barang-barangnya, setelah memesan tiket lalu berangkat pulang ke Jakarta.

Unknown Location [Completed]Where stories live. Discover now