Chapter 01 : His Name is...

425 52 48
                                    


🌸Happy Reading 🌸


Langkah kakinya gontai dengan pandangan yang tampak menerawang. Dia tampak berpikir sesuatu. Matanya lalu bergulir oda benda yang ia genggam saat ini. Pin nama milik lelaki pindahan itu. Memikirkan bagaimana caranya untuk mengembalikannya. Jika dia menemui anak itu langsung, terlalu malas rasanya. Dia ingin menitipkannya kepada seseorang saja jika begini. Mengingat setelah istirahat nanti akan ada razia. Kasihan jika dia harus mendapat catatan hitam dari sekolah di hari pertamanya sekolah. Dan itu hanya karena dia kehilangan pin namanya.

Nami saat ini telah berada di kantin, dia malah tidak terfokus mencari temannya yang menunggunya. Mungkin, bertanya dan meminta tolong pada Jaehee adalah ide yang bagus. Gadis itu kan selalu up to date tentang gosip hangat. Pasti dia juga tahu dimana kelas lelaki bernama Riki itu.

Hanya saja, saat Nami belum bertemu dengan sosok temannya itu. Dia malah tak sengaja mendengar perbincangan dua siswi yang satu angkatan dengannya, tetapi berbeda kelas. Mereka tengah sibuk membicarakan anak pindahan itu yang bernama Riki.

"Gais gais, gue tadi kan ketemu sama Roa di kamar mandi. Trus dia bilang kalo si anak pindahan tu namanya Riki, dia sekelas sama Roona."

"Beneran? Roona kelas apa sih?"

"Satu B dia. Katanya si Riki tuh aksennya masih agak macet-macet gitu. Tapi orangnya tuh sopan, "

"Wah, bener-bener tipe gue dia. Kira-kira dia ada instagram ga ya?"

"Gatau,"

Nami terdiam sejenak, dia pikir akan lebih baik jika dia mengembalikan pin nama Riki lebih dulu. Baru nanti dia akan menyusul Jaehee. Maka dari itu, gadis itu pergi dari kantin dan menuju deretan kelas satu yang berada tepat di seberang deretan kelas dua. Dalam perjalanan menuju ke kelas tersebut, Nami berpikir bagaimana dia harus memberikan pin namanya.

Sedangkan dia saja tidak kenal pada adik kelas satu orang pun. Tetapi akan lebih buruk lagi jika ia mengembalikannya langsung. Secara, gadis itu kan tidak mau membuka pembicaraan lebih dulu pada lawan jenis. Tadi saja saat mengucapkan sepatah dua patah kata pada Riki pun karena terpaksa saja. Karena tidak ada perantara antara keduanya. Dan sialnya, mengapa dia harus berurusan dengan lelaki itu juga?

Lihat, dia jadi harus repot-repot mengembalikan pin lelaki itu. Dan dia juga tidak ada ide bagus untuk membuka pembicaraan. Entah bagaimana bisa hal sekecil ini menjadi rumit karena jalan pikirnya sendiri. Nami memang suka seperti itu, mempersulit dirinya sendiri.

Kakinya berhenti melangkah saat dia telah berada tepat di depan kelas satu B. Berdiam diri sembari menatap kosong ke kelas yang tengah riuh dengan suara siswa-siswi di dalam sana. Pikirannya terus berkecamuk bagaimana dia harus memanggil dan memberikannya. Bukan malu, hanya canggung sebenarnya. Dan... Agak gugup sih.

Namun samar-samar dia mendengar percakapan antar gadis dari arah belakang. Terbesitlah sebuah ide di kepalanya. Gadis itu berbalik, dan memanggil kedua gadis itu. "Hai, maaf kalian kelas Satu B ya?" tanya gadis itu pada adik kelasnya. Keduanya melihatnya dengan tatapan heran. "Iya, Kak. Ada apa ya?"

"Oh... I-ini, tadi pin Riki jatuh. Tolong kasih ke dia ya?" pintanya sembari menyerahkan pin nama lelaki bernama Riki itu. Bagai diberi koin emas, kedua mata gadis-gadis itu berbinar. Mereka mengangguk semangat saat dimintai tolong Nami. Tentu, karena dengan ini mereka mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Riki secara langsung.

Heartstrings [Nishimura Riki] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang