Chapter 11 : What's it called?

208 31 38
                                    

Hmmm... Mari kita tes ombak disini,
Anjaayy~

Happy Reading 💘


Malam semakin larut, namun mata pumanya justru terbuka saat merasa agak nyeri di bagian punggung dan leher. Ia agak meringis kesakitan lantaran posisi tidurnya salah. Belum lagi luka-luka yang belum sembuh di wajah dan perutnya. Perlahan lelaki itu bangun dengan nyeri di perutnya. Namun tidak senyeri tadi.

Lelaki itu bersandar pada punggung sofa. Menyadari bahwa ada panci dan mangkuk berisi mie yang tergeletak di meja. Ah, dia ingat jika tadi ada seorang gadis yang mengantarnya pulang dan mengobati lukanya. Namun, dimana gadis itu berada sekarang? Mungkinkah ia pulang?

Mengenyahkan sejenak pikirannya tentang si gadis, Riki berpindah tempat duduk. Dia duduk di atas karpet dan hendak memindahkan mie dalam mangkuk ke dalam panci berisi kuah. Namun niat tersebut terurungkan sejenak karena ia melihat secari kertas di samping panci.

Dia mengambilnya, dan melihat aksara Korea yang tertulis rapi di atas kertas putih bergaris ini.

Riki, maaf aku pulang dulu. Aku udah buatin ramyeon buat kamu. Aku juga pisahin mie sama kuahnya biar ga bengkak. Kalo kamu mau makan, di panasin dulu aja sebentar.

Sekali lagi aku minta maaf atas perbuatanku.

Cepat sembuh!

Tanpa disadari senyum tipis tercetak di bibir lelaki itu. "Kawaii nee..." ucapnya sendiri. Lalu dia meletakkan surat itu di meja lagi. Dan dengan perlahan bangkit dari duduknya, membawa panci serta mangkuk ke dapur untuk menghangatkannya. Dengan senyuman yang masih ia ukir tentunya. Ya tentunya karena surat itu.




🌸🌸🌸






Hari ulang tahun sekolah menyisakan tujuh hari lagi. Para siswa dan guru terus disibukkan dengan kegiatan mereka. Tak terkecuali Nami yang tampak kewalahan dengan pekerjaannya. Sebagian mengurus menu untuk dessert jamuan besok, dan juga pakaian untuk para pemain teater dan dancer.

Dan untuk sekarang ini, ia tengah berkumpul dengan teman-temannya di klub memasak. Gadis itu duduk di atas lantai bersama teman-temannya. "Jadi, karena sebentar lagi event sekolah bakalan diadain, kita udah harus prepare semuanya, ya. Dan maaf banget gue suka ilang-ilangan karena gue juga ada urusan di teater." ucap gadis itu sebagai pembuka rapat mereka.

"Trus, kita juga udah tentuin kan menunya apa aja. Gue juga udah catet trus kirim di grup. Dan rencana gue ini, kita bakal bikin dessert yang ga gampang basi," jelas Nami lagi. Sebelum Nami menjelaskan lebih lanjut, ada seorang gadis yang mengangkat tangannya. "Maaf Kak jika saya menyela. Saya izin bertanya, untuk menu yang akan dibuat apa saja ya? Saya belum masuk grup soalnya."

Nami agak terkejut mendengarnya, "Loh? Kok bisa? Emang ga ada yang undang kamu?" tanya Nami beruntun. Ngomong-ngomong semua anggotanya perempuan, jadi Nami bisa cerewet.

"Saya beberapa hari yang lalu tidak masuk Kak. Dan baru tahu kalau ikut tim dessert." jelas gadis itu. Nami menghela nafasnya panjang. "Bahiyyih, tolong masukkin dia di grup." titahnya pada temannya di samping. Dan masalah kecil pun terselesaikan.

"Oke, sekarang gue bacain satu-satu menu yang bakal kita buat. Yang pertama apple pie, trus waffle, yakgwa, skyr, mochi, sama brigadeiros. Totalnya ada enam menu, kita bagi oer orang aja gimana? Soalnya kalian kan tiga orang." tawar Nami, dia mencoba mencari pendapat dari para anggotanya.

Heartstrings [Nishimura Riki] ✓Where stories live. Discover now