Inilah Lauryn

16.8K 1K 21
                                    

Weekend, saat yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, dimana hari melepaskan diri dari segala kepenatan dan berkumpul bersama keluarga. Tapi tidak dengan Oriel.

Laki-laki itu menatap malas acara makan siangnya bersama keluarga Anna. Harusnya sekarang ia sudah berkumpul bersama anak REXITER's yang lain, seperti weekend biasanya. Tapi semenjak kepulangan kedua orangtuanya dari luar negeri, Oriel jadi jarang berkumpul di basecamp.

Oriel jadi semakin malas karena sering bertatap muka dengan Anna.

"Bebep Oriel kenapa gak dimakan makanannya?" tanya Anna yang dibuat-buat imut.

Oriel memilih untuk tidak menjawab. Ia sesekali meminum, minumannya. Matanya sesekali melirik kearah penjuru kafe. Kemana saja, asal tidak melihat wajah Anna.

"Oriel, dimakan makanannya sayang," ucap Grisselda lembut, ibunda Oriel. Ia membelai lembut puncak kepala Oriel penuh kasih.

Oriel menggeleng pelan. "Belum nafsu," balasnya.

Grisselda tersenyum tipis. Ia tidak akan memaksa jika putranya tidak mau. Ia beralih menatap Anna. "Oriel lagi gak mau makan, jangan dipaksa ya Anna," ucap Grisselda lembut.

"Tapi ntar Oriel sakit, aku yang sedih Tante," balas Anna. Ia sengaja memasang wajah cemberut, agar Oriel luluh dengannya.

Grisselda hanya tersenyum membalas ucapan Anna. "Ada Tante, jadi kamu tenang aja," ucapnya.

"Sudahlah Anna, jangan dipaksa. Kamu habiskan saja makanan kamu," ucap Selinda, ibunya Anna.

"WAH GILA. DASAR ORGIL GILA!" teriak seseorang dari arah pintu kafe. Kedatangannya yang membuat ribut, menarik perhatian pelanggan kafe.

Oriel ikut menoleh kearah pintu kafe. Bibirnya tanpa sadar tersenyum tipis. Itu Lauryn.

Lauryn dengan cepat menutup pintu kafe rapat-rapat. "GAK BISA MASUK! KASIAN DEH LO, WLE." Lauryn menjulurkan lidahnya. Menertawakan kemalangan orgil yang tiba-tiba saja mengejarnya, yang kini tidak bisa masuk ke dalam kafe.

"Kamu jahat ninggalin aku," rengek orgil itu, "kamu gila, ninggalin aku sendirian."

"Heh! Malah ngatain lagi. Lo yang gila. Main ngejar gue aja. Gak tau apa gue lagi jogging."

Banyak pelanggan yang memvideokan Lauryn ada juga yang memotretnya. Tak hanya melihat, mereka juga ikut tertawa akibat ulah keduanya.

"Jogging?" tanyanya tidak mengerti.

"Lo gak tau jogging? Kasian banget," ucap Lauryn, prihatin. "Gue kasih tau mau gak?" tanya Lauryn, "mumpung gue baik hati nih."

Orang yang tidak waras itu terkikik geli. Ia kemudian mengangguk.

"Okay. Tapi habis itu lo harus pergi dari sini, gimana? Sebagai bonus, gue kasih tau tempat yang banyak cowok ganteng deh. Mau ga?" tawar Lauryn mencoba berdiskusi.

Gadis kurang waras itu kembali tertawa. Ia kembali mengangguk mengiyakan.

"Bagus. Joging itu..." jeda Lauryn, "joget sambil nungging," jawab Lauryn. Ia juga sempat memperagakan bagaimana caranya. Ia kemudian menunjuk ke salah satu arah. "Dan disana tempat cowok pada ngumpul, samperin gih. Kasian butuh belaian," ucap Lauryn.

Kasian orang gila itu mau saja dibohongi oleh Lauryn. Arah yang ditunjuk Lauryn adalah salah satu rumah sakit jiwa.

"Lo harus gangguin cowok yang pake baju serba putih ya, selain itu jangan. Bahaya, nyawa taruhannya," ucap Lauryn menakut-nakuti.

Orang gila itu membentuk kata 'ok' dengan jari tangannya, lalu pergi ke tempat dimana tadi Lauryn menunjuk.

Lauryn sempat tertawa. Dari tempatnya ia melihat sendiri bagaimana orgil itu menari-nari seperti yang ia contohkan tadi.

FATE (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ