Reina pagi ini berangkat dijemput Kenzo. Katanya, sekalian karena perjalanan cowok itu dari rumah ke sekolah melintasi rumah Reina. Gadis itu hanya mengiyakan. Tapi ketika Kenzo sudah sampai di depan rumahnya, Reina segera memberondongi cowok itu dengan pertanyaan.
"Ken, bukannya lo berangkat bareng sepupu lo? Terus juga biasanya kan gak lewat sini, terus bukannya lo selalu berangkat agak siang, ya?"
Pertanyaan yang seperti gerbong kereta itu membuat Kenzo gemas. Tangan cowok itu terulur mengacak rambut milik Reina. Bibir gadis itu langsung terkatup rapat serta pipinya menyemburatkan warna merah. Wajahnya memanas seketika mendapat usapan dari Kenzo.
"Ya karena hari ini mau jemput tuan putri, makanya gue lewat sini, gue gak bawa sepupu gue, dan...gue berangkat pagi," ucap Kenzo menjawab seluruh pertanyaan Reina.
Bibir gadis itu terangkat membentuk lengkungan indah ketika mendengar pernyataan Kenzo. Bisa-bisanya cowok itu menggombali Reina di pagi hari bahkan embun saja belum hilang sepenuhnya.
Kenzo lantas menyerahkan helm pada Reina dan membiarkan gadis itu naik ke boncengannya. Sengaja cowok itu sedikit memiringkan motornya untuk mengurangi tingkat kesulitan Reina meraih jok.
Sesampainya di sekolah, Kenzo langsung mendorong pelan bahu Reina agar gadis itu segera masuk kelas, "Rei, duluan aja, ya. Gue mau ke ruang OSIS sekalian mampir ke ruang Paskibra," ucap Kenzo yang diangguki oleh Reina.
Sesuai perintah Kenzo tadi, gadis itu segera menuju kelas. Di sana ia hanya melihat Naura yang sedang menyapu kelas. Dengan riang, Reina pun menyapa sahabatnya itu.
"Raaaaaaaaaaaa!" teriak Reina dari ambang pintu.
"Apa sih? Pagi-pagi dah bikin sakit telinga!"
Reina pun berjalan mendekati Naura lantas dengan heboh Reina mengguncangkan sapu yang sedang dipegang Naura.
"Ish, tahu gak sih...."
"Gak."
"Ish gue belum selesai ngomong. Gue berangkat bareng Kenzo pagi ini."
Naura langsung menatap manusia di hadapannya ini dengan garang. Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan wajah tak berdosanya. Lama-lama ditatap dengan tak enak seperti itu, Reina menjadi salah tingkah. Akhirnya ia mengeluarkan suara.
"Ra, kenapa sih?"
"Gak papa. Ntar nunggu Vita."
Ha? Sebentar, Reina tidak paham dengan arah pembicaraan Naura. Apanya yang harus menungu Vita. Piket kelasnya atau apa? Karena sepertinya mood Naura sedang tidak baik, Reina hanya menurut. Gadis itu diam saja di bangkunya sampai Vita datang.
"Ada apa?" tanya Vita begitu ia menaruh tasnya.
Gadis itu segera mendekat dan duduk di samping Reina. Sedangkan yang ditanya hanya diam. Reina tidak tahu harus menjawab apa karena memang dirinya tidak tahu apa-apa. Yang ia tahu Naura menyuruhnya menunggu Vita.
"Kasih tahu Vita yang lo ceritain ke gue tadi!" perintah Naura pada Reina.
"Tadi gue berangkat bareng Kenzo."
"Apa?!" Sentak Vita yang membuat Reina terkejut.
"Kenapa? Ada yang salah, ya?"
"Kemarin kan gue udah bilang, Rei jangan lanjutin lagi. Jangan libatin diri lo terlalu dalam sama dia."
Reina semakin tidak mengerti dengan dua sahabatnya. Kenzo tidak salah apa-apa, cowok itu hanya tidak bisa sepenuhnya berada di kelas dan menjalankan kewajibannya sebagai ketua kelas dengan seratus persen. Tapi bukan berarti dua sahabatnya bisa membenci Kenzo dan melarang Reina berdekatan dengan cowok itu, kan?
YOU ARE READING
Karmaolove
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW YA 🌻] Reina itu jauh dari tipe Arga, juga sebaliknya. Reina itu mulanya gadis yang gak suka ngomong kasar, tapi tidak berlaku saat berhadapan dengan Arga. Intinya, mereka itu gak mungkin disatukan dalam ketenangan tapi sepertiny...