Anak Tangga Pertama

1.3K 157 120
                                    

Tahu kah kalian, jika seseorang dapat menunjukkan sisi terdalam dan tersembunyinya pada sosok yang paling dipercaya? Dengan asas kepercayaan, orang itu akan meluapkan semua yang selama ini ia pendam dengan meleburkan seluruh ketakutan jika sisi rahasia dalam dirinya terkuak. Topeng wajah bahagia itu, harusnya hanya bisa terbuka oleh orang yang tepat, kan?

Dan topeng Soonyoung dibuka Jihoon dengan mudahnya. 

Soonyoung tak mengerti mengapa ia bisa-bisanya menumpahkan sisi rapuhnya pada Jihoon seluruhnya, tanpa ada lagi yang tertahan. Padahal Soonyoung tau, ia sudah sempurna menutupi topengnya. Bersikap hebat sampai terkadang lepas kendali, tidak mengenal diri aslinya sendiri. Soonyoung yang lucu, Soonyoung yang berisik, Soonyoung yang royal, Soonyoung yang konyol, Soonyoung yang selalu "iya", Soonyoung yang anti lelah, Soonyoung yang ini, Soonyoung yang itu. Semuanya hilang dalam pelukan Jihoon.

Apakah hatinya membenarkan bahwa ia percaya pada Jihoon? 

Entah, Ia sendiri tidak mengerti dan ragu bahwa Jihoon-lah orangnya. Mungkin karena ia ada di titik terendah akibat hati yang patah, dan hanya ada Jihoon yang ada di hadapannya saat ini.

Tapi Soonyoung tidak mengingkari bahwa Jihoon berhasil mengetuk ruang gelap yang mati-matian ia tutupi. Bahkan Soonyoung makin mengeratkan pelukannya pada gadis di pangkuannya hingga membuat bahu kecil itu basah. Tidak mengeluarkan suara sepatah kata pun, namun afeksi yang diberikan Jihoon sudah mampu menyampaikan pesannya pada Soonyoung bahwa semuanya akan baik-baik saja, saat ia mengeluarkan rentetan kalimat pedih menyesakkan.

Tak lama setelah pria yang lebih tinggi itu meluapkan semua yang ia rasa selama ini pada Jihoon, Ia melonggarkan rangkulan tangannya pada pinggang ramping itu. Mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat sosok didepannya. Dapat Soonyoung lihat mata kecil nan cantik itu menatapnya lembut sangat meneduhkan, pemiliknya tersenyum manis menatap dalam Soonyoung.

Soonyoung yang merasa kecil, tak pantas mendapatkan kehangatan atas apa yang ia lakukan tadi sore pada Jihoon dan juga setelah menunjukkan sisi rapuhnya. Ia kembali menenggelamkan wajahnya pada bahu Jihoon dan meracau aneh-aneh. Toh Jihoon sudah tahu semuanya. Bukankah lebih baik semua orang tahu kedok Soonyoung selama ini. Itu tidak akan merubah apapun, kan?

"Ji?"

"Hmm?"

"Apa gue salah jadi baik? Toh, orang-orang gak bisa suka sama gue juga. Kak Seulgi juga.... "

"..."

"Gue boleh jadi egois sebentar dan jadi jahat gak? Seenggaknya sampe ada yang bisa nyembuhin sakit hati gue..."

Jihoon terdiam. Bahkan elusan tangannya menggantung canggung. Gadis itu juga melonggarkan dekapannya pada Soonyoung perlahan. Laki-laki itu menahan napasnya, bersiap jika Jihoon menampar pipi karena racauan anehnya barusan.

"Kita pacaran aja, yuk?"

Kalimat itu keluar dari mulut Jihoon tanpa ragu, seolah kalimat ajakan biasa. Otak Soonyoung berkali-kali melamatkan kalimat Jihoon mencoba menerjemahkan apa maksudnya. Namun semakin ia lakukan itu, perut Soonyoung melilit tidak nyaman dan beberapa perasaan aneh lainnya. 

Kayaknya gue kelamaan nangis jadi gila, deh...

Ada jeda panjang yang sangat canggung setelah Jihoon mengatakan kalimat tak masuk akal barusan. Soonyoung yang secara perlahan mengangkat wajah, membuat Jihoon memejamkan matanya. Takut akan reaksi Soonyoung yang tak terduga.

"BUAHAHAHAHAHAHAHA."

Jihoon masih memproses jalan otaknya saat Soonyoung dengan heboh tertawa, sampai matanya benar-benar menghilang. Memang tawaran Jihoon tadi terdengar seperti lelucon sih. Namun tetap saja, tawa Soonyoung bukanlah respon yang diharapkan Jihoon.

Jl. Diamond Nomor 17Where stories live. Discover now